🌸Chapter 14🌸

8.2K 425 6
                                    

  Suara bel pulang, menggema di seluruh penjuru sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Suara bel pulang, menggema di seluruh penjuru sekolah. Sudah waktunya bagi para siswa-siswi pulang ke rumahnya masing-masing guna beristirahat setelah seharian mengasah otak. Begitu pula dengan dua gadis kembar sedang berjalan kecil beriringan menuju ke tempat parkiran, di mana mobil mereka berada.

  "Laras." Sedikit lagi mereka sampai ke parkiran, tetapi Saras memanggil kembarannya yang ada di sampingnya.

  "Apa?" Laras bertanya tanpa menoleh sedikit pun ke arah saudara kembarnya tersebut.

  "Misalkan anu, ini misalkan saja, sih," ucap Saras seraya menggigit bibir bawahnya.

  Merasa kesal karena omongan Saras seperti habis melihat hantu, lantas saja Laras menghentikan langkahnya dan menatap kembarannya seperti cacing kepanasan itu.

  "Kalau bicara nggak usah berbelit-belit, langsung aja to the point!"

  "Tapi, lo jangan marah."

  "Kesel tahu nggak bicara sama lo? Untung, tuh, muka sama dengan gue!" ketus Laras agak gemas.

  "Menurut gue, nih, apa kita harus baik sama Sara? Lagian, ya  Sara 'kan nggak salah. Ini semua salah ibunya. Waktu itu juga 'kan, Sara masih kecil, dianya aja pasti nggak ngertilah. Em  jujur, ya, Ras. Gue nggak tega nyakitin dia. Entah kenapa menurut gue pribadi Sara itu seperti adik kandung gue sendiri. Lihat dia disakitin sama Mama dan Papa, hati gue sangat sakit." Pada akhirnya, Saras bisa mengutarakan perasaan ke kembarannya itu.

  Bukannya menanggapi ucapan kembarannya barusan, Laras malah kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Saras yang melongo. Padahal yang sebenarnya terjadi, isi hati Laras berbeda dengan tanggapannya yang cuek tadi.
Benar apa kata Saras.

  'Gue juga bingung, entah kenapa gue seperti sangat kecewa kalau Sara itu diperlakukan tidak baik di keluarga gue. Gue juga rasa Sara itu kayak adik kandung gue sendiri,' batin Laras berkecamuk. Ego dan isi hatinya seakan bertubrukan.

  Saat ini semua murid yang lain sudah tidak ada lagi dan hanya menyisakan Sara seorang diri juga satpam penjaga sekolah yang tengah bersiap-siap untuk pulang.

  "Eh, sepedaku mana?" Otak Sara loading, berusaha mengingat kembali. Setelah ingat, dia menepuk jidatnga pelan.

  "Bego kamu, Ra! Terus, aku pulang gimana, dong? Apa jalan kaki aja, ya? Tapi, kan, jauh. Pengen naik ojek, tapi uang pemberian Bibi udah ke pakai buat ojek pagi tadi! Kenapa, sih, sekali aja keberuntungan berpihak kepadaku. Kenapa aku selalu menderita begini? Kasian Bibi, harusnya aku yang kasih uang ke Bibi, bukan sebaliknya. Emang, ya, aku ini anak yang nggak berguna!" keluhnya mulai pasrah dengan keadaan.

Broken Home [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang