;- Dua.

220 24 0
                                    

PELAYAN mulai menghidangkan satu per satu makanan dan minuman yang telah dipesan oleh Mbak Rini, agak sedikit cukup banyak untuk ukuran dua orang, tapi ya mau bagaimana lagi, Zia dan Aska hanya bisa terduduk diam, bahkan setelah pelayan selesai dan pergi meninggalkan mereka.

Zia, yang paling pintar menghadapi suasana awkward—karena hidup dia isinya moment canggung semua—mengambil garpu untuk memulai menikmati spaghettinya. Aska yang melihat pergerakan itu pun ikut mengambil garpu dan pisau untuk memotong steaknya.

mereka makan dalam hening...

serem banget...

padahal restaurantnya bagus banget, dekorasi klasik dan berkelas disaat bersamaan, juga meninggalkan kesan tegas, sayang banget kalo suasananya nggak dinikmatin.

detik demi detik, menit demi menit, akhirnya Zia menyelesaikan makanannya lebih dulu, ingin pamit pulang duluan tapi nggak sopan, kata Mama Zia sih...

Zia mengeluarkan handphonenya, membuka kunci dan mulai berselancar di instagram-twitter-whats app-line- padahal isinya gitu-gitu aja.

Hingga akhirnya Aska berdeham pelan dan berkata "Zee..." yang membuat Zia mendengakan kepalanya, meletakan handphonenya lalu membalas "Don't call me Zee." tegas, tak terbantah, mendominasi, aura Zia yang sebenarnya agak sedikit menyeramkan. Ditambah mata tegas, alis sedikit tebal, lipstick maroon, dan rambut coklat gelap yang sedikit bergelombang.

Aska menghela napas "Bisa nggak kita temenan aja? Oke, diluar pekerjaan maksud gue." Zia tetap dengan ekspresi datar andalannya "Lo mau temenan sama gue? Setelah semua yang lo lakuin? Gila lo ya."

"Gue minta maaf, Zee, enggak, maksud gue Zia. Gue minta maaf banget. Is that not enough?"

"I was forgive you, tapi bilang sama gue gimana caranya lupa?"

Aska terdiam.

Zia melanjutkan dengan tegas "Told ya, kamu nyakitin aku banget tau? Dua tahun, sebegitu lama aku berjuang sendirian buat kamu terus apa balasan kamu? You still stuck with another women. Setelah kamu ambil dan hancurin semuanya dari hidup aku, masih punya muka kamu minta temenan sama aku? Sakit jiwa." Lalu pergi begitu saja meninggalkan Aska, persetan dengan sopan santun, orang semacam Aska tidak masuk list orang yang harus di-sopan-santunin dalam hidup Zia.

***

Aska duduk diam didalam mobil, tidak menyalakan mesin mobil tapi malah menempelkan keningnya pada setir mobil, menghela napas panjang dan berat, seolah beban dipundaknya sangat berat, kenapa juga ia harus bertemu Zia, perempuan yang...

Ya Tuhan...

mengambil handphone lalu mengetik sesuatu di grup yang berisikan dirinya, Umam, Nicko, dan Arvin.

Bagaskara Gaharu : bro

Arvin Rahaja : paan

Aska tertawa pelan, Arvin yang paling cepat memang kalau urusan respon grup, tapi judes banget kayak cewek lagi PMS.

Nicko : nape

Bagaskara Gaharu : pusing gw

Umam : clientnya nyebelin?

Bagaskara Gaharu : lebih ancur wkwkwk

Umam : lah?

Bagaskara Gaharu : Zee

Bagaskara Gaharu : clientnya Zee.

Umam : holy shit.

Nicko : gila?

Arvin Rahaja : ayo mabok.

NAH INI YANG ASKA MAU.

***

HAIIII!!!
apakabar kalian? maaf updatenya agak lama karena aku sibuk podcast juga sekarang dan kemarin habis sedih di real life takut kalo aku paksain nulis part ini malah ancyur:(((

semoga kalian suka yaaa!!

jangan lupa vote dan comment, ily so damn much💛

Until We Meet AgainWhere stories live. Discover now