Aud dan Empat Begundal

7.4K 1K 75
                                    

Di sekolah, dari kelima perkumpulan anak komplek generasi ke-22 cuma Yeri dan Hendri yang ada di jurusan IPS. Lucas, Mark dan Dejun anak IPA. Gak heran kalau kelihatannya Yeri sedeket itu sama Hendri. Walaupun begitu, teman mereka di sekolah gak anak-anak itu doang, bahkan mereka cenderung jarang bersama kalau di sekolah.

Emangnya gak bosen apa, kalau di rumah dan di sekolah ketemunya sama itu-itu aja?

Yeri kalau di sekolah, punya dua teman dekat. Namanya Chaca dan Jelita. Kemana-mana sering bertiga, yang kalau jalan sejajar dan Jelita di tengah udah kayak menara di antara dua gubuk.

Maksudnya Jelita tinggi sendiri, sedangkan Chaca dan Yeri badannya mungil.

"Eh, Yer," Chaca mencolek lengan Yeri yang sedang mengunyah sarapan paginya di kantin.

"Oi?"

"Katanya si Lucas jadi model, ya?" tanya Chaca.

Yeri berhenti mengunyah nasinya sejenak, "baru di-casting aja, sih. Gak tahu fix apa enggak." jawab Yeri sekenanya.

Jelita yang sedang meminum es cokelatnya menimbrung, "wah, serius? Model apa?"

"Model biji kopi, kali. Dia akan anak senja."

"Ish, yang bener lo tuh!"

Padahal Yeri gak bohong. Emang benar, kok, Lucas ditawari salah satu produk kopi untuk menjadi brand ambassador-nya. Jangankan orang lain, Yeri, Mark, Dejun dan Hendri awalnya juga gak percaya pas pertama kali dengar kabar itu. Masalahnya random banget, gitu. Lucas tiba-tiba ditawarin buat dijadiin model produk kopi. Mau nyaingin Iqbaal Ramadhan, apa?

Ya, apa pun hasilnya, mari doakan yang terbaik buat Lucas.

"Keren juga ya tetangga-tetangga lo itu. Udah Mark kepilih jadi ketua OSIS, Lucas jadi kapten basket, dan si Dejun vokalis resmi band sekolah angkatan kita," ujar Chaca, "terus kalau Lucas beneran kepilih jadi model, makin keren aja itu Lucas." tambahnya.

"Heeee?"

Yeri gak tahu mau respon apa. Bingung juga, sih. Ini di antara si Chaca yang lebay atau emang Yeri yang gak excited kalau bahas kawan-kawan kompleknya itu.

"Kenapa lo gak seneng gitu, sih, Yer?" tanya Jelita.

Emangnya keliatan, ya?

Yeri menggeleng, "enggak, bukan gitu. Aheng belum lo sebut." Yeri beralasan, daripada ngerusak obrolan temannya gitu kan.

"Oh, iya, si Hendri...." Chaca berhenti sejenak, "iya, sih, gara-gara sejurusan gue juga tahu tingkah dia. Tapi ya, menurut gue dia juga keren, tahu. Rame banget orangnya, kemarin gue liat dia di koridor main sulap-sulapan kartu sama anak IPA."

KEREN APANYA SIH MEREKA.

Yeri meringis aja gitu dalam hati. Gimana, ya... buat Yeri mereka udah gak ada keren-kerennya.

"Hehehe," ujung-ujungnya Yeri cuma cengengesan aja. Terlalu malas buat mengupas kebusukan teman-teman kompleknya itu.

Mereka bertiga lanjut ngobrol di kantin, bahas-bahas awal semester ganjil di kelas sebelas ini dan bagaimana mereka kedepannya. Terhitung sudah dua bulan mereka menjadi aud.

Aud artinya dua, maksudnya kelas dua. Biasa, anak ibukota sukanya pakai bahasa dibalik-balik.

"Emang kenapa pelatih cheers diganti, Ta?" pertanyaan keluar dari mulut Yeri begitu mendengar kalau pelatih klub Jelita udah gak bertugas lagi.

Jelita menggeleng, "berhenti. Bukan diganti. Sekarang cheers gak punya pelatih."

"Lah, terus gimana dong?"

Five or Nothing (Yeri x 99l NCT WayV)Where stories live. Discover now