Bag 3 : Namanya Michelle

197 70 2
                                    

Pagi itu Gery akan bertanding basket. Ia bersiap - siap untuk berangkat. Dalam dunia perbasketan Gery memang cukup dikenal sebagai pemain handal, bahkan ia didaulat menjadi captain tim basket di Sekolahnya. Tahun ini menjadi sangat spesial, karena akan diadakan seleksi atlet nasional yang akan mewakili Indonesia di ajang olimpiade pelajar di Malaysia.

Gery sedang mengikat tali sepatunya, sementara Tjokro masih saja mengunyah roti nya.

"Mbah,, ayo mbah,, telat nih nanti". Teriak Gery.
"Satu biji lagi Ger, enak nih". Jawab Tjokro dengan tumpukan roti yang ada di dalam mulutnya.

Karena Tjokro lahir pada abad 17, dan selama menjadi arwah penasaran ia tidak pernah meninggalkan keratonnya, ia menjadi sangat aneh sekali, bahkan terlihat sedikit kampungan.

"Loh,,loh,, mau kemana mbah?". Tanya Gery.
"Ayo katanya kamu mau tanding basket?"
"Ya iya,, tapi engga jalan kaki juga mbah,, Ayo naik mobil,, aku yang nyetir".

Mungkin agak sedikit sulit bagi Gery, Ketika ia harus mengurusi Tjokro si arwah penasaran ini. Tapi ia tetap bahagia, melihat kelakuan aneh sang mahapati yang membuat ia senyum - senyum sendiri.

"Ayo masuk mobil, jangan lupa tutup pintu". Perintah gery kepada Tjokro.
"OK". Tjokro malah berbalik badan dan menuju rumah.
"Eh,, mau kemana mbah?". Tanya Gery.
"Tadi katanya disuruh nutup pintu?" Jawab Tjokro.
"Bukan pintu rumah,, Omaigat!! pintu mobil nih,, masuk dulu deh,, diem sini,, duduk ya".

Gery menggandeng tangan Tjokro dan membantunya masuk ke dalam mobil, lalu ia menutup pintu mobil. Terlihat sangat romantis, tapi sayangnya mereka bukan sepasang kekasih. Mereka hanyalah mbah dan cucu angkat.

"Ger,, ini kepala ku kok mentok.."
"Ya jangan begitu juga kali.. duduk yang bener.. ampun deh gue sama orang tua ini.. bisa masih muda udah darah tinggi aku". gerutu Gery.
"Darah tinggi maksudnya darahnya setinggi ini". Jawab Tjokro sambil mengukur dengan tangan nya sejajar dengan dada.
"Tolooonggg.. momy tolonggg,,, udah mbah,, diem aja deh mbah,, esmosiii gue.."

Tak habis - habisnya Gery menggerutu di dalam mobil akibat ulah Tjokro yang memang kadang menyebalkan. Setelah 30 menit perjalanan, mereka pun sampai di stadion lapangan basket. Gery langsung bergegas ke ruang ganti pakaian untuk mengganti baju nya dengan seragam, ia pun menemui teman - teman se-tim nya dan mengenalkan Tjokro kepada mereka.

Akhirnya tibalah waktunya tim Gery bertanding. Gery dan tim nya mulai bertanding melawan juara bertahan. Sementara itu Tjokro duduk di kursi penonton dan memperhatikan jalannya pertandingan. Entah mengapa ada salah seorang peserta dari tim lawan yang blasteran belanda, sehingga Tjokro pun teringat dengan musuh besarnya Jendral Stephen. Kemudian ia berniat untuk mengerjai lawan main dari tim Gery.

"Anak jaman sekarang kenapa tampangnya songong - songong. Kerjain ah,,,," celoteh
Tjokro sambil mengerutkan alisnya dengan lirikan mata yang penuh dengan kelicikan.

Sementara itu Gery dan tim nya agak sedikit kerepotan mengingat lawan mereka kali ini bukanlah tim basket biasa. Mereka adalah tim basket yang cukup di segani di dunia perbasketan tingkat remaja.

"Ambil Ger". Teriak Miki sambil melemparkan bola ke Gery.
"Sorry mik". Dan ternyata bola diambil lebih dulu oleh lawannya.

Melihat itu Tjokro semakin gemas, apalagi yang merebut bola dari Gery adalah anak yang wajahnya kebule - bulean itu. Tjokro langsung memainkan jari nya seolah ia sedang mengatur bola basket yang di pegang oleh lawan Gery, secara mengejutkan lawan Gery malah lari dan memasukan bola ke dalam ring milik tim nya sendiri.

Semua orang terkejut. Penonton pun tertawa. Namun teman se tim si bule itu langsung memukulnya karena gemas. Gery sudah merasakan ada yang tidak beres, ia menduga itu adalah ulah Tjokro. Gery menengok ke arah Tjokro, kemudian Tjokro hanya mengacungkan jempol dan mengedipkan sebelah matanya, menandakan bahwa pertandingan ada di dalam kendalinya.

Funny GhostWhere stories live. Discover now