Dua puluh lima

7.4K 1K 101
                                    

#teamRadit dan #teamTanan...siap-siap yaah

***

Ingatan Radit kembali saat melihat Asha menangis, berkali-kali. Bagaimana mata itu sedih sekali. Atau saat mereka di bar dulu dan Asha mulai minum dan terlihat begitu terluka. Hari itu, Asha bertemu Tanandra. Ya, dia tahu karena hari itu juga dia bertemu dengan Asha di factory. Lalu Asha bilang dia memiliki hari yang sangat buruk. Dan dia sendiri langsung menawarkan untuk menjadi penghibur hati gadis ini. Tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya yang membuat gadis ini terluka adalah sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa? Kenapa begini?

"Radit, maafin saya. Karena itu dari awal saya sudah bilang ke kamu, jangan jatuh cinta dengan saya. Peringatan itu tidak main-main Radit. Saya benci melihat kamu begini karena saya."

Dia menarik nafas dalam. "Kamu berusaha terlalu keras untuk menghindari saya. Kamu tahu, dengan bersikap seperti itu banyak laki-laki yang menganggap hal itu seperti tantangan. Termasuk saya."

"Saya sangat menghargai kejujuran kamu dari pertama kita bertemu. Jika dulu saya selalu bertanya-tanya, apa yang terjadi pada pikiran wanita dan sangat ingin tahu apa isinya, dengan kamu, saya hanya cukup bertanya. Lalu kamu akan bicara tentang apa yang kamu rasa." Dia diam memberi jeda. "Tapi tetap saja, itu tidak mengurangi ketertarikan saya. Sekalipun saya sudah tahu apa isi pikiran kamu sebagiannya."

Dia berpikir sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Sabila Asha, mulai malam ini saya juga akan jujur dengan kamu. Mungkin dengan begitu ini semua jadi lebih mudah untuk saya. Saya tidak bisa mengganti masa lalu kamu dengan sesuatu yang baru, sesuatu atau seseorang yang tidak menyakiti kamu dan buat kamu terluka bertahun-tahun seperti ini. Sekalipun saya ingin, tapi saya tidak bisa mengganti hal itu. Saya juga belum yakin dengan seberapa dalam perasaan saya untuk kamu. Yang saya tahu, saya benar-benar tidak suka jika saya tidak sedang berada bersama kamu. Saya tidak ingin melihat kamu sedih lagi, saya sangat ingin lihat kamu selalu tertawa dan berada didekat saya."

"Untuk saat ini, saya belum tahu harus bagaimana saya menghadapi kamu. Tapi menyerah itu tidak ada didalam kamus saya Sha."

Radit mengangkat ponselnya. "Lin, minta Pak Tarwo jemput tamu dan antarkan kembali ke villa. Sisanya saya akan hubungi lagi kamu nanti. Thanks."

Tangannya sudah menggenggam tangan asha yang ada di tengah meja. "Maafin saya, saya nggak bisa antar kamu pulang. Tapi supir saya akan tiba paling lama tiga puluh menit lagi dan antar kamu kembali ke villa. Saya harus kembali ke Jakarta."

Asha menggenggam balik tangan Radit yang dingin. "What will you do?"

"Saya harus mendinginkan kepala saya Sha. Saya nggak mau kamu terus berada sama saya malam ini sedangkan saya masih emosi."

Asha terkejut dengan kejujuran Radit padanya. Entah kenapa dia merasa ada yang tidak benar. Seperti Radit ingin melakukan sesuatu pada Tanandra. Tapi dia tidak berani bertanya.

"Jangan pergi, saya ingin temani kamu malam ini." Tangan Asha mencengkram kuat.

Radit melihat tangan itu pada tangannya sendiri lalu tersenyum. "Saya bisa anggap itu kesempatan Sha."

"Anggap apapun tapi jangan pergi. Kamu sendiri yang bilang, melakukan sesuatu yang bodoh di hari yang buruk itu bisa memperburuk keadaan, bukan memperbaiki. Dulu kamu bilang itu sama saya." Tiba-tiba perasaan cemas itu menguat.

Dia tersenyum lagi. Sesungguhnya dia hanya ingin menggenggam tangan itu erat dan tidak melepaskannya lagi. Tapi paham benar bahwa saat ini tangan itu masih bukan miliknya, seperti hati gadis itu sendiri. Jadi dia melepaskannya perlahan lalu berdiri.

"Berakhir seperti apapun malam ini, buat saya ini malam yang sempurna. Terimakasih Sha. I will call you later." Dia membungkuk dan mengecup ujung kepala Asha. Lalu meninggalkan perempuan itu pergi.

Love, Hate and Something in between (TERBIT)Where stories live. Discover now