#10 Air

23 7 0
                                    

Enjoy this chapter!

"Cause I tried to find
Something better, but I won't"

-Alsava Keanandra

Suasana pagi yang cerah menyambut bangunnya gadis cantik itu dari ranjangnya, oh bukan, tepatnya ranjang yang akan ia tempati beberapa hari kedepan.

Gadis manis dengan rambut tergelung jedai itu melangkah kearah kamar mandi untuk segera mengawali aktivitasnya.

Hari ini, disekolahnya terdapat turnament futsal antar sekolah yang membuatnya merasa malas. Gadis itu benci turnament, banyak orang luar, dan pastinya ia harus menemani sahabatnya yang tak bisa jauh dari Rio,pacarnya.

Selesai berpakaian rapi, Alsava membenarkan tatanan rambutnya dan memoleskan sedikit pelembab diatas kulit wajahnya.

Tak sengaja, mata Alsa melihat Nadira yang masih hangat didalam selimut. Gadis itu segera membangunkan Dira yang ternyata cukup sulit. Maklumlah anak kecil.

"Ra, bangun yuk! Udah pagi lho" Ucap Alsava sembari menggoyangkan tubuh Nadira.

"Ira..." Panggilnya lagi,

"Umm" gumam anak itu,"Ira ngantuk" lanjutnya.

"Ira biasa bangun jam berapa?"

"Humm.."

"Ayo, Ra" ajak Alsava sekali lagi.

"Nggak perlu lo bangunin, dia bakal bangun nanti jam 9." Suara bariton dari arah belakanh mengintrupsi Alsava untuk membalikkan tubuhnya.

Entah sejak kapan David berada diambang pintu kamar Nadira, yang pasti cowok itu sudah rapi dengan seragam biru berbalut hoodie abu-abunya.

"Ayo turun" ajaknya yang diangguki Alsava.

Dimeja makan, om Dio dan Tante Okta sudah berkumpul menunggu Alsava.

David mengambil tempat tepat disamping Alsava dan Ayahnya.

Alsava merasa sedikit janggal. Ia tak melihat Davin pagi ini, dan mata David menangkap pergerakan Alsava barusan.

"Dia nggak dirumah" lirih David yang masih terdengar oleh Alsava.

Sarapan pagi ini masih tetap hening. Sepertinya, keluarga Radhitama memang jarang sekali berbicara, Itu pendapat Alsava.

Disela sarapan juga Tante Okta dan Om Dio beberapa kali meminta maaf atas kesalahan mereka kemarin.

Mereka merasa bersalah dan kembali mempercayakan David untuk menikah dengannya.

Labil. Bahkan kata itu sempat terlintas dibenak Alsava. Ia merasa menjadi boneka.
Walaupun ia tidak terlalu peduli dengan siapa ia menikah, itu hanyalah point bonus.Tapi ia merasa dipermainkan.

Tak mau berlama-lama, David segera pamit berangkat dengan Alsava yang ia tarik keluar. David dapat membayangkan bagaimana malasnya Alsava yang sedaritadi dihujani permintaan maaf itu.

Mereka menaiki motor besar David sampai kedepan halaman parkir SMA Garuda.

"Pulang sama gue"

Setelah mengatakannya, David mulai melajukan motornya pergi.

///

Siang itu, kantin lebih ramai dari hari biasa. Kalau kata Sia, lagi hujan cogan, karena banyaknya Siswa-siswi dari sekolah lain yang tadi bertanding.

ESPERERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora