3.arsen noval xaviera

5.8K 151 0
                                    

Jujur aku tidak ingin melakukan itu
Tetapi takdir mengatakan
Bahwa aku harus melakukan itu pun
Tanpa sengaja
Jadi maafkan aku atas kesalahan ku.

<arsen>

_________________________________________________

Arsen POV
Flashback on
Malam itu adalah malam yang membuat ku berjalan di atas jalan yang salah. Aku mengendarai sebuah mobil hitam BMW bersama seorang perempuan, dia adalah wanita sewaan ku.

Tanpa ku ketahui jalur dari samping telah mengendarai dan aku tidak sadar bahwa mobil ku juga berjalan. Sebuah mobil putih terpelanting sangat jauh, kaca pintu mobil pecah dan dapat ku lihat bahwa mereka satu keluarga.

Aku melihat seorang laki laki yang kira kira baru berumur kepala 4 terpelanting sangat jauh kepalanya juga mengeluarkan darah, tampaknya sudah tidak bernyawa lagi.

Dan juga seorang perempuan yang memeluk seorang anak yang sekitar berumur 12 tahun. Badan sang perempuan terlihat mengeluarkan darah segar namun tidak dengan seorang anak perempuan itu dia tampak baik baik saja namun lutut dan siku nya mengeluarkan darah.

Aku terkejut atas apa yang ku perbuat, dan aku memutuskan melarikan diri karena aku belum siap untuk membusuk dalam penjara. Jujur rasa bersalah itu selalu ada di dalam diri ku, aku menyesal mengapa aku harus kabur dari hal yang telah aku perbuat.

Flashback off

Pagi ini sangat cerah aku pergi ke kampus pagi pagi untuk menemui seorang gadis yang kemarin baru saja ku temui. Gadis yang memberikan sebuah rasa berbeda namun tidak dapat ku ungkapkan seperti apa rasa itu.

Sesampai di kampus aku memakirkan mobil ku seperti biasa, aku beranjak keluar dari mobil itu. Banyak sekali yang memuji ku ini lah itu lah tetapi jujur aku merasa jijik.

Ketika aku berjalan aku bertemu seorang gadis yang ku harapkan. Dia berbeda dengan wanita yang pernah ku temui dia terlihat polos, lugu dan wajah nya sangat lucu.

Aku memutuskan untuk menghampiri nya, walau dia bersama teman-teman nya... ah, tidak apa apa yang penting bersama diri nya dulu.

"Liana..." panggil ku seraya berjalan ke arah nya dia terdiam dan menoleh saja.

"Ya, ada apa pak? Saya mau ke kelas" kini wajah nya sedikit tidak bersemangat mata nya sembab dan menjadi dingin, bahkan matanya tidak berani menatapku.

"mata mu kenapa? Kamu habis menangis? Ada yang menggangu mu? Katakan pada ku biar aku menghampiri nya" perkataan itu membuat reffa teman liana memeluk sebuah dinding di kampusnya.

"Uhhhh, romantisnya udh aku meluk dinding aja. Kalian lanjutkan saja anggap aku tidak melihatnya" ucap reffa dan di hadiahkan sebuah cubitan oleh liana.

"Saya tidak apa apa pak, saya permisi" jujur aku merasa ada yang ganjal.

Tidak ku biarkan dia pergi, aku mengenggam pergelangan tangan nya dan menarik nya ke ruangan peribadi ku. Sesampai di sana dia hanya meringgis karena aku menarik tangan nya dengan kencang.

"Kamu ada masalah? Cerita sama saya, atau kamu tidak suka dengan saya? bilang, saya tidak suka kamu diam. jika kamu mau nangis, saya bisa jadi tempat sandaran tangis mu" ucap ku berusaha menenangkan nya.

Arana (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now