Part 15 | Broken

2K 128 11
                                    

Siwi memasang wajah terkejut. Keyra mantap mengucapkan keputusan itu, meski ia ragu jika suatu saat Keyra menarik kata-katanya kembali. Siwi paham betul sahabatnya ini masih kekanakan, bisa saja emosi yang membuncah membuat Keyra berucap sembarangan. Namun, melihat nada keputusasaan dan ekspresi yang entah bagaimana, Siwi mendengkus kasar.

"Kamu yakin, Key? Bukannya kamu bilang sayang banget sama Zaky?" tanya Siwi memastikan.

"Sebenarnya aku ragu, Wi. Tapi sebagai wanita apa harus selalu begini? Aku juga punya hati," balas Keyra masih sesenggukan. Siwi menuntun Keyra untuk duduk di sofa.

"Aku ambilin teh hangat dulu, ya. Kalo mau nonton, itu remotnya di atas meja," ucap Siwi lalu beranjak ke dapur.

Rumah sederhana berlantai satu ini membuat khayal Keyra melayang. Teringat masa-masa di mana ia tinggal bersama ibu dan ayahnya di rumah kecil. Ketika itu, kasih sayang masih menyelimuti. Meskipun hidup sangat sederhana, senyum kebahagiaan selalu terpancar di wajahnya.

Namun, sejak kenyataan pahit itu terkuak, Keyra kecil selalu murung dan jarang bermanja lagi dengan Wijaya—ayahnya. Ketika itu, Keyra belum paham arti perselingkuhan. Hingga ia melihat sang ibu hampir gantung diri karena depresi. Suasana damai di rumah ini membuat luka lamanya kembali terbuka.

"Key, kakak-kakakmu di mana sekarang? Masih kerja?" tanya Siwi sembari meletakkan nampan berisi dua gelas teh hangat di atas meja. Keyra menggeser posisi duduk, ia memberi ruang untuk sahabatnya.

"Kak Aisyah sibuk kerja. Sama aja kayak Kak Alif, mau wisuda," jawab Keyra datar.

"Istri Kak Arga baru lahiran kemarin, anaknya kembar. Aku nggak ke sana karena jauh, jadi lewat video call aja," lanjut Keyra lalu mengambil teh hangat itu.

"Terus, ayah ibumu?"

Keyra seolah berhenti bernapas, pertanyaan yang entah mengapa membuat hatinya perih.

"Oh, iya, aku lupa! Bukannya waktu itu kita mau nyari ayah kamu, ya? Gara-gara Zaky datang dan bawa kamu pulang jadinya gagal deh," lanjut Siwi. Mendadak tatapan Keyra serius menyimak pembicaraan gadis di hadapannya.

"Kamu tau dari mana?"

"Waktu itu aku piknik di desa tempat kamu tinggal dulu, nggak sengaja liat ayahmu jalan berdua sama seorang perempuan. Aku curiga itu istrinya," jawab Siwi menjelaskan.

Keyra mendesah kasar, ia tak tahan mendengar penuturan Siwi lagi. Diselingkuhi itu sakit, ia khawatir tentang keadaan ibunya. Entah ada di mana Darsiah sekarang. Tidak pernah menelepon, atau berusaha mencari Keyra sejak setahun pernikahan.

"Seingatku, ibu dan ayah masih terlihat akur waktu aku nikah, Wi. Kata Kak Aisyah, ayah memang udah selingkuh pas aku umur sepuluh tahun. Di situ rumah tangga mulai hancur. Ibu sering nangis. Pas ibu hampir bunuh diri, ayah janji nggak ngelakuin itu lagi," jelas Keyra mengingat masa lalunya.

"Dan ternyata ayah bohong, ayah pergi ninggalin ibu. Sekarang ibu nggak tau ada di mana. Jelasin ke aku, Wi. Kenapa takdirku pahit banget kayak gini?"

Siwi tidak berucap sepatah kata pun. Ia turut merasakan rapuhnya menjadi korban keegoisan orang tua. Ia paham bagaimana rasanya ayah selingkuh dan menikah lagi, lalu ibu anak dibiarkan terlantar. Terkatung-katung menjalani kehidupan. Keyra jatuh dalam pelukan, tangisnya pecah lagi malam ini.

Tak terasa, wanita itu tertidur pulas. Siwi mengangkat pelan kepala Keyra supaya ia bisa mengambil bantal dan selimut. Terpaksa Keyra tidur di sofa malam ini, Siwi tak tega membangunkan sahabatnya itu.

"Key, aku kangen sama sifatmu yang ceria. Moga cepat selesai masalahmu, ya."

Tok, tok, tok!

Siwi terjerembab, ia melirik ke arah pintu depan. Siapa yang berkunjung malam-malam begini? Jangan-jangan Zaky sudah menyadari bahwa Keyra kabur dari rumah. Siwi sudah menyiapkan kata-kata yang dianggap bisa mengelabui Zaky.

Mendiang [END] Where stories live. Discover now