Part 21 | Trauma

1.7K 125 13
                                    

Musim hujan, Gaes. 😊🙏

****

Zaky meremas kemeja yang ia kenakan. Kenangan masa lalu begitu lekat di ingatan, bagaimana bisa ia melupakan Luna? Sekeras apa pun berusaha, nyatanya kehadiran Keyra belum mengubah apa pun. Hati memang tidak bisa dipaksa. Namun, haruskah mengorbankan cinta yang tulus sekali lagi demi keegoisan?

"Lepas!"

Teriakan itu membuat Zaky mendongak, ditatapnya jendela kamar Keyra. Ia bangkit dan langsung masuk, mengabaikan suster yang berdiri di depan pintu.

"Aku benci laki-laki!" bentak Keyra tak suka. Terpaksa dokter memerintahkan perawatnya untuk menyiapkan alat suntik. Keyra harus dibius, kalau tidak ia akan mengganggu ketenangan di rumah sakit.

Usai menenangkan, dokter mengajak Zaky ke ruang kerja. Trauma Keyra mulai parah, ia jadi membenci setiap laki-laki yang dilihatnya. Bahkan mungkin jika bertemu dengan Zaky nanti. Wajar saja Keyra bersikap seperti ini. Tubuh yang hampir saja dijamah laki-laki bejat itu bergidik ngeri. Terbayang bagaimana hancurnya hidup Keyra bila Rey tidak datang menyelamatkan.

"Jadi, apa yang bisa saya lakukan, Dok?" tanya Zaky usai mendengar penuturan sang dokter.

"Bantu ia keluar dari traumanya," jawab lelaki berjas putih itu.

"Bagaimana? Sedangkan lihat saya aja dia bisa teriak ketakutan."

Cinta dan kasih sayang.

Hanya itu.

Zaky keluar ruangan dengan perasaan gelisah. Kebetulan Rey lewat dan langsung menyapanya. Meski terbesit rasa cemburu mengingat Rey lumayan dekat dengan Keyra. Ia berusaha menepis ego itu dan meminta tolong. Ya, memperbaiki hubungan yang renggang ini. Tak ingin bercerai karena itu sangat dibenci Allah.

Setelah berdiskusi santai di sebuah kafe, Zaky tersenyum mantap dengan rencananya. Besok pagi Keyra boleh pulang. Kandungannya tidak bermasalah. Hanya sedikit syok karena hampir diperkosa. Sesuai perkiraan Zaky, Keyra tinggal di rumah Siwi. Mamanya juga tidak mempermasalahkan. Sela paham keregangan hubungan yang dialami kedua insan ini.

Pagi hari usai berbenah, Sela bersolek cantik di depan kaca rias. Dirinya begitu pandai merias wajah hingga terlihat lebih muda.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh. Sejenak, ia menduga itu Zaky. Namun, ternyata ....

"Keyra? Sama siapa ke sini? Zaky mana? Kandunganmu gimana?" tanya Sela beruntun. Keyra yang terdiam hanya menunjukkan ekspresi wajah datar.

"Ra?"

Wanita itu menatap mertuanya sendu. Lelehan air mata jatuh satu persatu. Sela yang paham bagaimana perasaan menantunya, lantas menarik tangan itu ke dalam kamar. Hanya mereka berdua di sini; merundung duka.

"Bu, Keyra minta cerai nanti boleh? Setelah bayi ini la—"

"Apa? Kamu mau cerai?"

"Bu, Keyra gak tahan diginiin terus. Sampai kapan Kak Zaky ngungkit Luna terus? Kapan ada cinta buat Keyra?"

Sela terdiam. Ini memang salah Zaky dari awal.

"Ra, apa kamu gak mau usaha dan sabar dulu? Zaky itu sayang sama kamu. Bedanya dia masih cinta sama almarhumah mantan istrinya. Mama gak rela kamu pergi. Bagaimana nasib anak ini?" Sela mengelus perut Keyra yang mulai membuncit.

"Anak ini bakal Keyra urus. Kakak Keyra banyak dan siap bantu Keyra," jawab wanita itu mantap. Seakan sudah yakin bahwa ia ingin bercerai.

***

Mendiang [END] Where stories live. Discover now