pesantren

176 80 7
                                    

~Bukan apa hanya saja aku sangat menghawatirkanmu~

RACHELLL....

"Sayang, bangun," ucapan sang ayah yang ditemani Kesya, kakaknya.

"Ayah..." ucapan Cintia sembari memeluk sang ayah.

"Cintia takut, yah, Cintia bermimpi Rachel meninggalkan Cintia." cerita Cintia sambil mendapat belaian dari sang ayah.

"Itu cuma mimpi, sayang," balas sang ayah yang mengelus lembut rambut putrinya yang kini tengah memeluknya.

"Makanya, lo tuh jangan mikirin Rachel mulu, jadi kebawa mimpi," ucapan Kesya.

"Udah, Kak, Kakak balik ke kamar deh," balas sang ayah yang mendapat anggukan dari Kesya.

"Ayah tidur di sini ya, temani Cintia."

"Iya, sayang," akhirnya mereka pun tidur.

Allahu akbar, Allahu akbar

Suara adzan subuh berkumandang membangunkan sang ayah yang tengah terlelap tidur. Dibelainya anak kedua serta anak terakhirnya, yang entah mewarisi sifat dari siapa. Anak yang petakilan, ceplas-ceplos, asal nyosor.

"Cintia, bangun, Nak, sholat dulu," ucapan sang ayah sembari menggoyangkan badan Cintia.

"Errrgh..."

"Sudah subuh, ya yah?" ucapannya yang mendapatkan anggukan dari sang ayah.

"Kamu sholat di rumah, ya? Ayah mau siap-siap ke masjid."

"Iya, Yah, hati-hati."

Saat Cintia selesai mengambil air wudhu, betapa terkejutnya ia melihat sang kakak duduk di tepi ranjang.

"Ngapain, Kak?" ucapan Cintia, sambil berjalan mengambil mukena.

"Menurut lo, gue pakai mukena ini mau ke mall gitu?"

"Kakak," panggil Cintia.

"Gue kangen Mama, Dek, jadi gue ingin kita sholat jama'ah di musholah rumah. Kamu nggak keberatan?" ucapan Kesya, sambil menghapus air mata yang menetes.

"Iya, Kak, ya udah, ayo, Kakak yang jadi imam tapi!" Kesya mengangguk.

Akhirnya, Cintia dan Kesya sholat dan bertadarus bersama.

Ini hari weekend, jadi Cintia menggunakan waktu ini untuk menonton MV BTS dan nonton drakor.

"Ajak, Kak, Kesya nonton drakor, ah. Dia kan suka," ya, Kak Kesya suka drakor, cuma sekadar suka, nggak berlebihan seperti Cintia.

Bukannya beranjak, Cintia malah mengambil benda pipih yang disebut HP.

Kak Kesya

Kak kesini temenin adek nonton drakor,

Males ah dek

Ih kak gitu adek nagis nih

Ya udah nagis aja.

Emang dasar kakak lacknut sama adeknya sendiri

"Eh bentar ada notif dari siapa nih, " Cintia pun membuka notif itu ternyata dari Rachel
Tukang ngatur

19.29
Cintia bisa ketemu di taman nggak?

'Lah ini tadi malah, kan gue udah tidur ya' ucapannya dalam hati

Mbb, tadi malam ketiduran ada apa emang?

Ketemu ditaman sekarang ya

Oke

Cintia pun bergegas bersiap-siap untuk ke taman, berjalan kaki.

"Uh, seger nya," Cintia menghirup udara dalam-dalam.

Sesampainya di taman, Cintia mendapati seseorang yang tengah duduk di taman sendirian. Ya, masih pagi, jadi taman sepi, weekend biasa, pada ngebo, kaya yang baca, misalnya, wkwkwk.

"Dor!"

"Astagfirullah, Cintia, bikin kaget aja," Rachel mengelus dadanya yang hampir copot.

"Ya, maaf, Assalamu'alaikum, Pak Ustadz," senyum Cintia.

"Wa'alaikum salam, sono, duduk di bangku sono."

Di sini, Cintia duduk saling berhadapan, cuma di tengah ada meja gitu, tahu nggak, thorr.

"Ada apa?" Tanya Cintia.

"Ehh... Ehh..."

"Eh, ah, eh, gue pergi aja, dah, buang waktu, lo mah gitu," ucapan Cintia kesal. Dia pun bersandar pada kursi dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Eh, sebelumnya, gue minta maaf."

"Lo mau mati, kah, sampai minta maaf?" Cintia berdiri sambil melotot.

"Nggak gitu, lo duduk dulu napa, Cin" Cintia pun kembali duduk.

"Gue minta maaf karena gue sekarang harus balik ke pesantren," ucapan Rachel dengan mata tertutup. Masih tertutup, tidak mendapatkan jawaban dari Cintia. Sampai Rachel membuka matanya.

'Kok lucu sih ekspresinya,' batin Rachel.

Bagaimana tidak, Cintia terkejut dengan mata melotot, mulut terbuka.

"Cintia..." Rachel meniup wajah Cintia, nggak dekat ya, gess

Sontak, Cintia bangkit dari rasa syoknya.

"Lo boong, kan? Lo tau kan boong itu dosa?" Ucapan Cintia, dengan tawa yang hambar.

"Gue serius, Cin, ini udah tinggal berangkat," ucapan Rachel, sekali lagi.

"Lo kok jahat sih, Hel," Cintia kembali duduk, dengan tangan menutup mukanya yang sedang menangis.

"Lo kok jahat sih, Hel, lo tega sama gue. Di saat gue mau ngikutin kata lo, lo malah mau pergi."

"Maaf," ucapan Rachel. Dia nggak tega melihat Cintia kayak gini.

"Jangan nangis dong, gue nanti bakal pulang kok. Kan, gue ke pesantren buat menuntut ilmu, sama seperti lo sekolah," ucapan Rachel, seraya menenangkan Cintia.

"Tapi nggak gini caranya!"

Diam hening, hanya isakan tangis yang ada. Cintia bangkit dari duduknya.

"Makasih, udah mau jadi teman Cintia, dan semoga lo di sana nggak lupa sama gue, yang petakilan ini," ucapan Cintia, sembari menghapus air matanya.

"Mungkin ini takdir Allah, kita ketemu sekilas untuk saling mengingatkan. Sebelumnya, maafkan Cintia."

Cintia pergi, melangkah, berlari menuju rumahnya. Entah dia ikhlas atau enggak, yang pasti hatinya belum siap.

"Maafin gue, ya, Cin," Rachel pun berjalan menuju tepi jalan untuk menghentikan taksi dan pulang ke rumah.

'

Lo, kalau lagi syok, lucu, Cin. Gue jadi pingin nyubit.' ~ Rachel

'Kok hati gue sakit denger Rachel mau ke pesantren.' ~ Cintia


Jangan lupa komentar dan vote

DUNIA HIJRAHKU [ END ] - TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang