Minggu Day

113 33 0
                                    

Hari ini hari Minggu. Pagi ini aku dan Yura memutuskan untuk jalan pagi ke sebuah taman.

"Yura, bangunnnnn! Aku akan siram kalau kau tidak bangun," teriakku di samping telinganya.

Namun, bukannya bangun, dia malah membalikkan badannya.

"Yuraaaaaaaaa," teriakku sekali lagi dengan suara yang agak keras.

"Iya, iya, iya," akhirnya dia bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah tempat tidur.

Taman pagi ini cukup ramai, banyak pasangan yang berjalan mengelilingi taman.

"Aish... Kenapa aku hanya menggendong seorang wanita?" rengek Yura.

"Kau ini, bersyukurlah kau bersama wanita yang cantik ini," aku pun berlari dan Yura pun mengejarku.

"Udah, Yur, aku capek."

Kami pun duduk di kursi taman dan menikmati udara segar. Aku pun mengambil ponselku, begitupun dengan Yura. Terdapat beberapa notifikasi yang aku lihat.

Pesan

Taemin ( toserba )
Annyeong, apa kau ada waktu?

Sepertinya tidak, ada apa?

Ayah
Anak ayah apa kabar?

Maaf ayah baru bisa balas, kabar Cinta baik sangat baik, sekarang Cintia sedang bersama Yura ditaman Bagaimana dengan ayah?

Kak Kesya
Dek tadi malam ayah menelfon mu

Ternyata Taemin mengajakku keluar siang ini. Katanya kita akan ke sungai Gangnam. Sejak kami bertemu, aku dan Taemin sempat bertukar nomor telepon.

Dia lelaki yang baik, walaupun sederhana, aku menyukainya. Tunggu, apa aku benar-benar menyukainya? Tidak, ini gila. Bagaimana dengan Rachel? Entah apa kabarnya sekarang.

Aku kini duduk di halte menunggu Taemin. Tidak butuh waktu lama baginya untuk datang. Dengan gaya yang sederhana, dia mengenakan jaket hitam, kaos putih di dalamnya, dan celana jeans hitam. Rambutnya ditata ke samping, memberi kesan manis pada wajahnya.

"Annyeong, aku terlambat," katanya berdiri di sampingku.

"Tidak," jawabku dengan anggukan.

Kami pun menunggu bis yang membawa kami ke Sungai Han. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya bis datang.

"Mari," kata Taemin.

Kami masuk dan duduk di dalam bis. Aku duduk di kursi ke tiga dekat jendela, sementara Taemin duduk di belakangku.

Setibanya di sana, aku dan Taemin menyewa sepeda untuk mengelilingi Sungai Han. Udara di sini sangat sejuk, dan sesekali kami berhenti untuk berfoto.

Setelah puas, kami berhenti di sebuah tempat duduk dekat sungai.

"Sungai yang indah," ucapku sambil berdiri di dekat sungai, merentangkan kedua tanganku.

Kuhirup perlahan udara yang sangat segar dan sejuk ini.

"Bagaimana, kau suka?" tanya Taemin yang berdiri di belakangku dengan jarak yang lumayan jauh.

Aku membalikkan badan dan mengangguk. Dia tersenyum dan aku membalasnya. Kami pun duduk kembali.

"Terima kasih sudah mengajakku kemari," ucapku.

"Nee, aku senang mengajakmu," jawabnya sambil tetap fokus menatap Sungai Gangnam.

"Aku harap kau tetap di sisiku," ucap Taemin dalam hati.

"Disaat aku merindukan eomma, aku akan kesini," ucapku sambil menundukkan kepala.

"Kenapa harus kesini?" Taemin menatapku sekilas, lalu kembali menatap ke depan.

"Karena terakhir aku bertemu eomma disini," ucapku.

Kini hanya ada kebisuan di antara kita. Aku memikirkan diriku sendiri, dan Taemin tampak sibuk memikirkan ibunya.

"Aku harap suatu saat bisa ke sini bersama Rachel. Jujur, perasaanku yang dulu semakin hilang," ucapanku dalam hati.

Aku memegang sebuah kalung di balik hijabku, menatapnya sejenak.

"Aku merindukanmu," lirihku, menundukkan kepala sambil masih memegang kalung. Tanpa diminta, air mataku turun dari tempatnya.

"Kau merindukan ibumu?" tanya Taemin, pandangannya mengarah padaku.

Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya. Kupeluk erat kalung itu dalam hati.

Tanpa terasa, waktu berlalu dan tiba saatnya untuk sholat. Aku mengucapkan salam dan mengeluarkan ponselku, mengecek waktu.

"Ayo pulang, hari sudah mau sore, aku harus sholat," ucapku.

Taemin mengangguk dan mengangkat satu alisnya, "Mau mampir di masjid?"

"Masjid?" kataku, terkejut oleh pertanyaannya.

"Nee, ayok jalan," akhirnya kami mengayuh sepeda masing-masing.

Akhirnya kami sampai di Masjid Seoul Central Mosque, sebuah masjid yang diapit oleh Sungai Han dan Gunung Namsan.

"Aku masuk dulu," kataku saat kami tiba di masjid. Taemin duduk di tangga, menungguku.

Setelah sholat, aku kembali ke tempat Taemin. Dia masih setia menunggu.

Dorrrr

Aku mengagetkan Taemin yang sedang melamun. Dia kaget dan berdiri, mengelus dadanya.

"Untung jantungku tidak terbang," ucapnya sambil mengelus dada.

"Mian, maaf," aku masih tertawa.

"Nggak lucu," katanya sambil melangkah menjauh dariku.

"Tunggu, Tae, kita belum foto dulu," aku berlari mengejarnya.

Dia membalikkan badannya ke arahku, "Mari berfoto."

Akhirnya kami berfoto di depan masjid. Masjid yang indah, masjid tertua di kota Seoul, Korea Selatan.

Setelah selesai, aku dan Taemin berjalan kembali ke halte untuk pulang. Di sepanjang jalan, kami terus mengobrol dan bercerita. Tanpa sadar, kami sudah sampai di halte.

Aku duduk, sementara Taemin berdiri di sampingku.

"Kau senang?" tanyanya, menatapku.

"Nee, gomawo," jawabku.

Dia mengangguk dan tersenyum.

Tidak lama kemudian, bis tiba. Aku masuk, diikuti oleh Taemin. Aku duduk di kursi sebelah jendela, sementara Taemin berdiri di sampingku dengan pegangan tangan.

Kubuka jendela dan angin segar menerpa wajahku. Udara sore yang indah. Setelah puas, kulanjutkan perjalanan dengan menutup jendela.

Taemin yang melihat mendekat, "Dah."

Aku yang sadar segera mengalihkan pandanganku.

Taemin mengantar ku sampai depan asrama.

"Gomawo, Taemin," ucapku kepadanya.

Dia mengangguk dan tersenyum. Aku masuk ke dalam kamar asramaku dan membersihkan diri. Yura belum pulang.

"Hari yang indah, bukan?" ucapanku sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Kalau suka jangan lupa vote dan komentar ya,

...

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah mau membaca ceritaku

DUNIA HIJRAHKU [ END ] - TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang