Drakor ~ Drama Korea

182 75 15
                                    

Cintia Pov

Disini gue sekarang di kamar bernuansa hijau madu dengan perpaduan warna putih. Duduk di atas tempat tidur ditemani dengan sekotak tisu dan laptop yang menayangkan drama Korea. Bagaimana ngak nangis coba, orang di drama tersebut sedang perang dan salah satunya ada yang tertusuk pedang.

"Huaa, harusnya itu ya. Hiks... Hiks... lo itu ngehindar, bego," ucapan gue sambil menyeka air mata menggunakan tisu.

"Kok Rachel nggak ngasih kabar ya? Dia udah sampai belum sih?"

Gue pun mencari hp yang tadi gue lempar habis kesel sama Rachel, sih.

"Nah, ini dia, HP-nya."

"Tuh kan, belum ngasih kabar? Dia ke pesantren mana ya? Kok gue bego sih nggak nanya," gue menepuk jidat dan melanjutkan aksi nonton drakor.

Gue bukan tipe orang yang kalau sakit hati karena cowok gue langsung down nggak. Gue down waktu itu pas di tinggal mama, serta apabila ada omongan orang yang menusuk hati, wkwkwk.

'Jangan pernah dengerin omongan orang, mereka kalau ngomong nggak pernah dipikirin. Kalau mikir, pasti udah tahu arti perbedaan.' Nah itu kata Rachel yang masih gue ingat kata-katanya.


Tok tok

"Dek, kakak boleh masuk, nggak?"

"Masuk aja, kak," kak Kesya masuk melangkah menuju kasur gue. Dia duduk di kursi belajar gue tepat di samping kasur gue.

"Dek, kakak besok mulai KKN, kamu nggak papa kan, kakak tinggal?" gue pun memposisikan mata untuk menatap kak Kesya.

"Berapa lama, kak?" Tanya gue antusias.

"3 bulan, dek. Nggak papa ya, kakak tinggal?" Gue pun mengangguk dan meluk kak Kesya. Rasanya belum siap ditinggal walaupun selama 3 bulan.

"Jangan lupain, Cintia," gue menghapus air mata yang sempat jatuh di pipi gue ini.

"Dek, kakak, KKN bukan ke luar negeri," tuh, kak Kesya malah cengegesan.

"Iya, kakak."

Kak Kesya udah kembali ke kamarnya, katanya ia mau menata keperluan buat besok.

"Pada pergi aja, semua, biar Cintia disini sendirian," mengusap air mata yang sempat menetes.

"Mama, Cintia kangen. Kakak mau KKN, sedangkan Rachel pergi ke pesantren. Apalagi ayah sibuk kerja. Cintia kangen mama, Cintia nggak suka kesepian," kali ini gue menangis, mengeluarkan semua apa yang gue rasakan saat ini.


Adzan Dhuhr berkumandang.

"Perasaan gue cuma nonton drakor aja deh, kok udah Dhuhr aja ya?"

"Dekkk... Cintiaaaaa," teriak kak Kesya.

"Apaan sih, kak, kaya toa mesjid persis, malah," desis gue, sembari turun dari tangga.

"Dek, lo anterin makanan nih ke kantor ayah ya?"

"Kok aku sih, kak?"

"Ya kan, kakak sibuk. Ini aja, kakak luangkan waktu buat beli makanan. Kamu juga makan, itu nasi udah ada di meja makan," serunya, sembari memberi rantan.

"Nanti ya, kakak, habis sholat," yang mendapat anggukan dari kak Kesya.

"Kakak, taruh di meja makan ya, Dek."

"Kakak, sholat jama'ah yuk. Sholat jama'ah kan pahalanya 27 kali lipat dari pada sholat sendiri," ajak gue antusias.

"Ya Allah, ini adek gue apa bukan sih?" ucapan kak Kesya, sembari membolak-balikkan wajah gue ke kanan dan kiri.

"Beneran, kakak!!! Eh, tapi bener nggak sih, kak?"

"Bener, dek. Ya udah, sana, ambil wudhu dan mukena."

'Alhamdulillah, mah, Cintia udah berubah. Semoga mama bahagia,' ucapan Kesya dalam hati.

Gue pun beranjak menuju kamar untuk mengambil air wudhu dan mukena.

'Nggak tahu kenapa, gue pingin berubah aja ini,' ucapan gue dalam hati.


I'M Comeback.
Hai kalau ada typo tolong di komen ya, kasih saran serta kritikan.
Biar akunya tau

Jangan lupa vote dan komen
Terima Kasih semuanya

DUNIA HIJRAHKU [ END ] - TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang