37

260 18 0
                                    

Riasan elegant dan balutan gaun mewah tampak pas pada diri Vannya. Siapa sangka kepulangannya yang disetujui Ricky membawanya pada pesta megah. Mengingat pemilik pesta adalah musuhnya, Vannya jadi enggan untuk sekedar menikmati.

"Kita sambut pemilik perusahaan sekaligus Ceo Wiryatama crop_ tn. Adiano" suara tepuk tangan menggema, pemilik nama berdiri diatas podium mata laki-laki itu menatap Vannya lalu memberikan pidato singkatnya.

Sialnya Vannya harus terjebak dalam permainan gila itu. Saat laki-laki itu mengatakan bahwa Vannya tunangannya. Semua tamu undangan menatap Vannya penasaran.

"Wanita yang memakai gaun pink disana adalah tunangan saya, dia yang selalu mendampingi saya hingga dititik teratas berkat dia juga saya mampu berdiri sendiri tanpa ada bantuan orang lain selain ibu dan adik saya dia orang yang amat saya sayangi_ buat tamu undangan silahkan dinikmati acara ulang tahun perusahaan Wiryatama crop."

Kembali terdengar riuh tepuk tepuk tangan dari tamu undangan. Muka Vannya memerah bukan karna tersipu tapi karena malu. Awas saja kau Adiano_

"Maaf pak boleh kita wawancara sebentar" segerombol media mengerubungi Ano

Ano tampak santai bahkan kelewatan biasa saja menanggapi media yang memberondongnya dengan segala pertanyaan absurd. Hingga mata Vannya membelalak saat mendengar jawaban Ano sebagai penutup sesi tanya jawab dari mereka.

"Seberapa kuatkah hubungan kalian pak? Apakah anda siap kehilangan nona Vannya jika suatu saat dia meninggalkan anda?"

Mata Ano menatap tajam satu persatu media. Kembali pada ekspresi santai. Vannya tak peduli dengan Ano saat ini. Jarak mereka jauh tapi Vannya masih mendengar obrolan mereka.

"Pertanyaan macam apa ini. Sampai kapanpun saya tidak akan membiarkan dia pergi. Saya tekankan VANNYA RISKYA VISKA adalah milik saya sampai kapanpun saya tidak akan melepaskan dia jika ada orang yang berniat melukainya berurusan denganku nantinya, seperti ini kuatnya saya dan dia!"

Media mengangguk dan familiar banget dengan nama belakang tunangan orang yang diwawancarai saat ingin mengorek informasi kembali bodyguard Ano sudah menutup akses mereka, Ano berada ditengah para berseragam hitam. Ano berjalan kearah Vannya. Vannya mendelik tak suka saat namanya disebut begitu jelas apalagi nama belakangnya adalah marga keluarganya.

Sial_ jadi artis dadakan gue besok~ teriak Vannya dalam hati

Kesal itulah yang dialami Vannya...

Tersadar dengan lamunannya Vannya menatap orang didepannya dengan marah.

"Kenapa anda dengan lancang membeberkan marga saya? Saya salah apa hah."

"Buat kebaikan kamu Vannya, jangan bawel!" Ketusnya

"Anda_" gemas Vannya pada Ano.

Vannya memberi cakaran diudara tepat di wajah Ano. Vannya memilih mengalah mengambil tempat duduk disofa ruangan Ano.

"Saya mau berita sialan itu hilang, pertama saya kuliah sudah dirubung layaknya artis saya mau hari-hari saya dikampus tenang." Keluhan Vannya membuat Ano ingin tertawa.

"Why? Bukannya bagus kamu famous disekolah. Terkenal karena skandal_" kekeh Ano.

"Karena anda ini semua terjadi, kedamaian saya terganggu" balas Vannya kesal.

"Keluargamu sudah mempercayai saya untuk membuat rencana ini bukan hanya skandal ada maksud lain untuk melindungimu"

Vannya berdiri menghampiri Ano. Tersenyum miring menatap pria didepannya. Well, Ano mencoba membodohinya.

"Anda pikir saya percaya? Tidak! Kalau anda pikir saya mengikuti alur ini bagi saya kesalahan tidak dalam kamus saya mempercayai anda itu musrik"

Dengan perasaan dongkol Vannya keluar dari ruangan Ano. Sampai menambrak sekertaris Ano yang hendak masuk. Beberapa berkas tercecer. Bukannya membantu Vannya malah berucap pedas pada wanita yang menatapnya tajam.

"Mau saya bantu gitu? Jangan jadi wanita lemah ditabrak sedikit limbung gaya kertas dijatuhin segala_ minta bantuan bos kamu"

Wanita yang notabene sekertaris Ano mengelus dadanya. Ano berdiri didepan pintu. Menatap miris kepergian Vannya. Keberanian gadis itu sungguh mencekam sekarang. Sekertaris Ano adalah sepupu dekat Ano, Wina.

"Itu yang kamu bilang tunangan loe, No_ sial anak kecil seperti dia berani menceramahiku." Kesal Wina.

"Mau marah? Marahi dia jangan padaku"

Brak_ Ano masuk ke ruangannya dengan menutup pintu keras tepat dihadapan Wina.

"Dua kali kena sial gue, mereka pasangan macam apa hah. Tingkah mereka sama sama gilanya, kagak ada akhlak memang" gerutu Wina.

**********


Dikediaman Viska, Vannya duduk termenung di taman belakang. Untung rumah kakeknya sepi. Semuanya melakukan aktivitas masing-masing hanya ada beberapa pelayan yang bekerja.

"Vando lama banget sih, kemana tuh anak" sebal Vannya.

Hingga suara gaduh mengalihkan fokus Vannya. Disana Vando marah-marah tak jelas. Vannya masuk kedalam rumah. Vando memarahi satu pelayan.

"Jalan pakai kaki dan mata yang bener, mau ganti laptop ini karenamu." Kibas Vando mengurangi air yang masuk pada laptopnya. Tampak laptop itu basah dan lihat dilantai ada pecahan gelas.

Ternyata pelayan tersebut tak sengaja menabrak Vando. Laptop dia ketumpahan jus yang dibawah pelayan itu. Vannya cukup menonton Vando yang menindas pelayan. Vannya tidak tahu yang benar dan salah siapa disini. Vando sangat marah tentunya.

"Gaji kamu bulan ini saya potong untuk biaya memperbaiki laptopku." Ucapan talak Vando. Pelayan yang sedari tadi menunduk akhirnya mendongak menatap Vando berkaca-kaca. Vannya tak tahan dengan sikap Vando sekarang.

"Bik, kembali ke dapur jangan dipikirin perihal tadi" pelayan itu mengangguk.

Kepergian pelayan kedapur membuat Vando bertambah kesal. Berlalu begitu saja melewati Vannya. Vannya mengikuti Vando ke teman belakang. Vando menyimpan laptopnya diatas meja.

"Kenapa masalah kecil kamu besar-besarin, Vand?

"Salah mereka mengusik milikku"

"Vando uang jajan kamu nggak sedikit buat benerin laptop masih sisa lebih. Kamu pikir dengan motong gaji pelayan tadi buat mereka lega? Enggak_ kamu nggak kasihan ke wanita tua tadi pasti memiliki anak yang kebutuhannya harus dipenuhi olehnya"

Vando menatap Vannya, lalu kembali melihat kearah kolam didepannya. Vannya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Coba bayangin jika kamu berada di po_"

"Nggak usah dilanjut, aku nggak mau diposisi mereka jadi orang miskin kak."

Vannya tersenyum, itu kelemahan Vando setelah pulang dari Manado adik sepupunya sedikit berubah dan mau kembali ke keluarganya. Jika peristiwa Vando waktu itu tak terjadi maka Vando tak akan pernah mau kembali ke keluarga Viska.

''kakak yakin Vando kamu nggak sejahat itu''

"Kakak tahu kelemahanku sekarang adalah nggak mau jadi anak miskin harta dan hati"

Wanita Tangguh✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang