38

289 18 0
                                    

Vannya menatap kesal orang didepannya. Niatnya pupus karena orang itu menghadangnya. Apa-apaan ini mereka jadi pusat tontonan sekarang. Ano tak peduli niatnya menjemput gadis didepannya. Biarkan saja gadis itu marah-marah.

"Kenapa anda menguntit kemanapun saya pergi. Well, saya disini kuliah. Lihat mereka melihat kita, huh."

"Biarkan_ toh mereka penasaran sama tunangan kamu. Nah tuh banyak kating kamu."

Vannya menoleh ternyata benar banyak kakak tingkatannya yang melihat kearahnya penasaran. Ano_ sialan!

Vannya pasrah masuk kedalam mobil Ano. Vannya sudah cukup malu. Sekeren apa mantan bosnya itu hingga memiliki fans banyak. Jangan bilang bosnya itu juga jebolan kampus ini. Dunia sempit banget atau kalau nggak dia donatur terbesar. Huh, pasrah Vannya ikuti permainannya.

"Kita mau kemana?" Tanya Vannya saat tersadar bukan jalan kearah rumahnya.

"Bandara"

Vannya menoleh melihat Ano sepenuhnya. Serius, pria ini mau kemana. Jangan-jangan dia diculik lagi seperti Ricky dulu tiba-tiba membawanya ke Manado tanpa persiapan. Big no, Vannya nggak rela kalo itu Ano yang membawanya.

"Jemput Bella" ucap Ano tersadar kerutan didahi Vannya.

Hell, apa Ano baca pikiran Vannya? Gila, pria arogan seperti Ano sangat bahaya untuk Vannya. Vannya bernafas lega, jika tujuannya ke Bandara menjemput Bella adik Ano. Eh, ingat terakhir bertemu dengan Bella kan saat wanita itu nangis disebabkan Ricky setelah itu kemana dia. Aneh, ini kok tiba-tiba udah perjalanan jauh. Maklum lah Bella kan wanita karir patut dibanggakan.

"Nggak mau turun_ udah sampai bandara."

Vannya gelagapan menyusul Ano. Sial_ pria itu membuatnya terkejut. Hell, dia mengejar Ano sekarang? Serius? Sadar Vannya dia bahaya. Vannya memelankan jalannya tak menyamai langkah Ano. Ternyata Ano menyadari ketertinggalan Vannya, pria itu berhenti dan menarik tangan Vannya gerakan begitu cepat hingga tubuh kecil Vannya membentur dada bidang Ano. Kerasnya_ Vannya mengusap keningnya. Ano mengandeng Vannya disampingnya. Mereka jalan masuk ke Bandara.

"Hay kak Ano, hay Vannya" sapa Bella ceria beda dengan terakhir Vannya ketemu.

"Gimana keadaan kamu udah benar-benar pulih? Makanya jaga kesehatan, tumbang kan jadinya kalo kamu acuh sama kesehatan."

Beiuh Ano to the point banget, Bella menatap Ano malas, sifat Ano yang posesif inilah yang Bella nggak suka. Adiknya baru sampai sudah dicecar tentang kesehatan. Vannya sedari tadi menyimak. Dalam hatinya, ah ternyata Bella jatuh sakit sebelum ini apa karena masalah kemarin Bella sampai memikirkan terlalu dalam sampai melupakan kesehatannya dan selama ini Bella dimana?

"Ayo pulang"

Ketiganya berjalan kearah mobil. Jangan ditanya sikap dingin Ano muncul kembali. Dengan menyeret koper miliki Bella, Ano bahkan berjalan duluan meninggalkan Vannya dan Bella dibelakang.

"Kakakku menyebalkan_" bisik Bella pada Vannya.

Vannya terkekeh membetulkan perkataan Bella. Sepenuhnya benar bukan, Vannya sendiri jenggah.

*******

Ano prove
.
.
.


Setelah mengantar Vannya pulang, kini aku dan adikku masih diperjalanan menuju rumah kita. Bella mungkin lelah tapi aku tahu wanita itu kuat, nyatanya dari Bandara sampai sekarang tak memejamkan mata.

"Gimana ada perubahan?" Tanyaku_

Bella menggeleng lemah, sudahku duga dia pasti banyak pikiran. Pekerjaannya pun di lempar ke staf yang lainnya. Aku sebagai kakak turut sedih melihatnya murung. Sialnya_ kenapa aku masih mau membantu orang penyebab adiknya sedih. Bella baik, buktinya dia yang selalu membuatku sebaik sekarang. Dia selalu bilang: biarkan mereka jahat, kita harus bantu dia_ dia nggak salah disini yang salah Bella terlalu berharap pada laki-laki yang sama sekali nggak melihatku sebagai wanita. Apa boleh buat, ini keinginan Bella aku harus tetap membantu keluarga itu. Aku yakin di Manado kemarin Bella ada masalah karena sepulang dari sana Bella nggak langsung pulang melainkan langsung pergi ke London negara tempatnya mengenyam perguruan tinggi. Disana Bella memiliki rumah sendiri, kado dariku dulu. Bella seperti ini karena dari dulu cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Kita kemana?" Tanyaku, nggak mungkin semalam ini kita pulang ke rumah mama, bisa khawatir mama melihat wajah pucat Bella.

"Ke apartemen kakak aja. Bella izin kerja lagi ya kak. Mau have fun besok dan seterusnya." Ucapnya

"Kalo bisa keluar juga dari perusahaanku_ makan gaji buta, huh" dengusku, Bella merespon dengan tertawa kecil.

Memang siapa yang berani melawan aturanku kalau bukan Bella, adikku sendiri. Dia selalu begitu, membuat isi ATM ku kosong disaat ingin menuntaskan hastar have fun. Menghamburkan uang tentunya. Ya sudahlah biarkan pikirannya segar dulu baru boleh kerja. Resikonya besar juga kalo dia nggak fokus kerjaan hasilnya pasti banyak klien yang protes, malah ribet nantinya.

"Jangan belanja aneh-aneh, nanti repot mau di taruh dimana_ cukup gudang apartemenku aja yang kamu buat penuh"

Pernah si Bella kalut belanja. Hasilnya nggak dia pakai malah ditaruh di gudang, barangnya juga masih bersegel. Ingin sekali ku jual kembali agar nggak memenuhi gudang apartemen milikku sayangnya Bella tidak mengizinkanku dan lebih parahnya Bella mengataiku begini: Kak Ano jatuh miskin sampe mau jual barang-barang milik Bella.

"Hahhaha, kakak mengingatkanku lagi. Nggak deh, besok Bella cuma mau mengunjungi beberapa wisata" balasnya.

"Pantai lagi?"

Bella mengangguk, sudah ku duga pasti list pertama perjalanannya pasti tempat itu, pantai selalu menyimpan banyak ketenangan menurutnya. Kalau aku jadi Bella mana mau aku meluangkan waktu untuk menghitamkan kulit, bagiku unfaedah mendatangi tempat wisata.

"Selanjutnya kemana? Biar kakak minta Vannya nemenin kamu besok dia kosong jadwal kuliahnya." Saranku supaya Bella nggak pergi sendiri.

"Tidak, aku mau sendiri seperti biasanya. Nggak perlu orang lain mengetahui semuanya tentangku." Ucap Bella menolak.

Aku tersenyum ternyata Bella tetap sama kalau ingin ketenangan pasti sendiri. Aku melihat gelang yang Bella pakai. Ternyata masih dipakai adiknya gelang dari Ricky. Gimana mau move on pemberiannya aja masih di pakai. Aku nggak buta soal Ricky, pria itu gengsinya tinggi dan masih menyimpan rasa pada adiknya. Bella nggak tahu aja gelang itu ada gps berupa cips kecil terpasang diberlian gelangnya, Ricky memang hebat perihal memantau keberadaan Bella dari jauh. Selama ini aku diam karena aku yakin Ricky dan Bella bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Sekarang tugasku menjaga Vannya.

Permainanku terbalik jadi melindungi gadis itu dari musuh keluarga_

Wanita Tangguh✓Where stories live. Discover now