#4

3.9K 264 2
                                    

Adira berjalan menyusuri koridor rumah sakit, ia tidak betah apabila harus berlama-lama terperangkap di kamar. Saat berjalan pandangannya beralih kepada seorang cowok berseragam SMA, yang sepertinya tak asing bagi Adira sedang duduk di bangku rumah sakit. Setelah dilihat lagi ternyata dia adalah Sean.

Dengan sedikit buru-buru ia berjalan kearahnya dan duduk disamping Sean lalu menghadapnya. "Ko ke rumah sakit lagi? tangannya kan udah sembuh?" Adira yakin karena punggung tangan Sean sudah tidak dibaluti perban lagi dan terlihat sudah sangat membaik, hanya ada bekasnya saja.

"Kenapasih lo selalu ingin tau urusan orang." ketus Sean.

Tidak menjawab pertanyaan Sean, Adira malah tersenyum menampakkan barisan gigi putihnya.

'cantik.' batin Sean. Tersadar akan pikiranny ia pun langsung menepis dengan apa yang ia ucapkan itu walau hanya dalam batin.

"Bener-bener aneh lo malah senyum-senyum sendiri." Sean meninggalkan Adira.

Belum sempat kakinya melangkah, Adira dengan sigap mencekal tangan Sean. Cowok itu membalikkan badan dan menatap Adira tajam, sedangkan lawannya mengacungkan jari dan menggerakannya kanan dan ke kiri. "Hehee, kali ini gabisa pergi gitu aja."

"Mau lo apasih?" sedikit membentak Adira.

"Kita temenan." sambil memandang Sean yang masih menatapnya tajam, lalu Adira mengedipkan matanya berkali-kali genit.

Sean melirik tangannya yang masih dipegang oleh perempuan di hadapannya kemudia melepaskannya sedikit kasar. "Gua gaada waktu untuk hal seperti itu."

Adira mengerutkan dahinya. "Maksudnyaa?" tanya Adira

Sean menaikkan bahunya acuh. Lalu Adira menarik tangannya lagi mengajak Sean menemaninya jalan untuk menyusuri rumah sakit, Sean yang ditarik tangannya hanya diam pasrah mengikuti tarikan Adira menuju kemanapun yang Adira mau.

"Ngomong-ngomong Sean sekolah dimana?"

"Pelita." jawabnya seperti biasa dengan nada dingin.

Adira pun diam sejenak menghentikan langkahnya memikirkan nama sekolah yang tadi Sean sebut, tidak asing terdengar. Dia pun mengingatnya, sehingga ingatlah bahwa yang sekolah disana itu adalah kaka perempuanya yaitu Almeta.

"Kenapa lo berhenti disitu?" Sambung Sean ketika menyadari Adira tidak ada disampingnya melainkan berdiri cukup jauh dibelakangnya.

Adira pun berlari kecil menuju Sean. "Sekolah disana asik gaaa?" tanyanya antusias.

"Gak." jawabnya, namun yang keluar bukan nada ketus melainkan nada dingin yang sedikit sendu.

"Lohhh ko gituu? Kenapa emang?" ketika Adira menyadari bahwa air muka Sean berubah.

Sean lagi-lagi menjawabnya dengan mengedikkan bahunya acuh dan lagi-lagi ucapan Sean membuat kedua alisnya berkerut..

"Ehhh di taman ada ayunan baru loh, kita naik itu yukk. Kayanyaa seru." seru Adira lalu menarik tangan Sean membawanya lari ke taman.

Dari kejauhan seseorang tersenyum senang, dia menaruh harapan pada gadis itu, Pribadi gadis yang ceria mungkin bisa membuat lawannya itu lebih berpikir positif, membuatnya mau berjuang demi hidupnya.

UnspokenWhere stories live. Discover now