24. Ikut Bersama Mama dan Ayah

4.1K 520 61
                                    

" Siapa nama anak ganteng ini?"

Saat ini Byakta, Baheera, dan juga Taya sedang berada di daerah belakang perumahan mereka. Banyak warga yang masih kekurang. Jika ditilik begitu besar perbedaan antara tempat tinggal mereka dan disini, padahal mereka hanya dipisahkan oleh tembok saja. Terlihat sekali mencolok.

" Nataya Pakdhe."

Baheera mewakili putra gembulnya yang terlihat malu-malu itu untuk menjawab pertanyaan. Taya memegang baju mamanya dengan erat.

Masih merasa asing dengan suasana baru.

" Pintarnya cah bagus. Hari ini ikut sama mama sama papa yah?" puji pak RT gemas, terlihat malu-malu sekali.

" Ndak papa, Ayah." protes Taya cepat. Namun tetap saja menyembunyikan wajahnya dibelakang kaki mamanya.

Mata bulat itu mengintip sedikit, melihat reaksi yang kata ayahnya itu Pak RT yang malah tertawa senang.

" Ini ada sedikit rezeki dari Taya Pakdhe, semoga bermanfaat yah."

Baheera meringgis tak enak dengan pak RT, sebab Taya protes masalah panggilan untuk ayahnya itu.

Byakta juga sedang memastikan lagi jika semuanya sudah diangkut kesini, butuh beberapa kali bolak-balik agar semuanya dapat diangkut ke aula RT ini. Tentu saja dibantu beberapa warga yang dengan sukarela.

Byakta senang karena mereka disambut dengan hangat. Data warga yang berhak untuk mendapatkannya sudah Byakta kantongi, hal itu juga atas kerja sama dan bantuan RT setempat. Sebentar lagi beberpa warga akan segera datang untuk mengambil miliknya, dan hal ini sudah diinformaksin sebelumnya.

" Abang duduk sini nak."

Baheera menuntun Taya agar ikut duduk bersamanya, sedangkan Byakta masih sibuk koordinasi dan berbincang dengan beberapa warga.

" Nanti olang datang sini yah Mama?"

Taya mencondongkan dirinya agar bisa bisik-bisik dengan mamanya, namun apalah arti bisik-bisik itu jika suara Taya masih terdengan oleh orang lain.

" Iyaa, eh itu sudah ada yang datang."

Taya melihat kearah gerbang depan, sudah ada beberapa orang yang datang. Taya melihatnya antusias. Berusaha turun dari kursi yang ia dudukin.

" Ayah datang?" Taya menghampiri ayahnya, memeluk kaki Byakta erat. Terlihat sekali berminat namun masih sedikit malu-malu karena baru pertama kali bertemu.

Menggemaskan sekali.

" Iya, Pakdhe sama Budhenya datang." Byakta membawa Taya dalam gendongannya. " Abang happy?" tanya Byakta lagi, memastikan putranya bisa menikmati kegiatan mereka hari ini.

" Happy dong, nanti disayang Allah." Taya merentangkan tangannya agar ayahnya tahu jika ia happy sekali.

" Pakdhe sama Budhenya happy?"

" Pasti happy juga dong."

Taya menganguk tanda mengerti. Semua orang happy, Taya suka itu.

" Terimakasih banyak yah Pak, semoga Allah melimpahkan rezeki yang banyak. Diberi kesehatan dan umur panjang."

Salah seorang warga menghampiri Byakta dan Taya. Mendoakan keluarga ini dengan doa-doa baik.

Byakta tentu saja sangat terharu. Padahal itu bukan hal yang besar.

" Sama sama Budhe, semoga bermanfaat yah Budhe sedikit bantuan dari Nataya. Doain Taya jadi anak sholih yah Budhe." pinta Byakta tulus.

" Semoga putranya menjadi anak sholih yah, pintar, dan rendah hati."

" Taya pintal kok. Sholih juga."

Taya tak mau ketinggalan pembicaraan ini. Taya ingin ikutan juga, menurut bocah gembul ini telihat keren sekali.

" Aamin.. Terimakasih banyak atas doanya Budhe." Byakta mengamini doa itu dengan khyusuk. Semoga para malaikat mendengarkan doa mereka.

" Iya dong, Abang itu anak sholih. Pintar, baik lagi. Terimakasih yah sudah menjadi kesayangan Ayah dan Mama."

Bykata mencium putranya sayang, dan terdengar kekehan geli dari Taya yang tak bisa menghindar.

Semoga sedikit kebaikan ini bisa membuat Allah semakin sayang terhadap mereka sebagai umatnya.

Semoga.

Hello Nataya!Where stories live. Discover now