chapter 10

424 29 0
                                    


"Sebenernya..."

Ucap mama terputus, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia ragu menyatakan kejadian yang sebenarnya pada Dita.

"Sebenarnya.."

"Apa sih maa" Dita mulai frustasi oleh tingkah mamanya ini.

"Sebenarnya mama mau bilang sesuatu sama kamu tapi mama ragu"
Jelas mama kepada Dita.

"Hmmm,, bilang apa ma? Penasaran ini Dita" ucap Dita dengan mulutnya yang tak berhenti mengunyah makan siangnya.

"Jadi gini,, kamu tau kenapa restauran ini terlihat antik?" Tanya mama.

"Hmm,, gatau, kan Dita baru pertama kali makan disini ma, mana lah Dita tau tentang restauran ini" ucap Dita

"Iya juga ya kan ini baru pertama kamu makan disini"

"Jadi gini,,, Ditempat kamu duduk itu dulunya..." ucap mama

"Ada orang kebunuh dikursi Dita duduk sekarang?! Hah? Yang bener ma? Iiihh Dita takut ih Dita pindah samping mama aja yaa" cerocos Dita bertubi tubi dengan suara keras membuat seisi restauran mengalihkan pandangan mereka kearah Dita sekarang.

Ia sekarang menjadi sorotan semua orang yang ada di restoran ini. Sontak sang mama membulatkan matanya sempurna karena malu akan kelakuan Dita saat ini.

"Anak ini!!"

"Emmh,, maaf ya buk, pak, anak saya emang ada gangguan psikis sedikit. Maaf ya pak, buk" ucap mama meminta maaf kepada semua orang yang ada di restoran ini. Dan hanya mendapatkan gelengan dari orang seisi restauran atas alasan konyol mamanya itu.

Dita yang belum sadar dengan kelakuannya saat ini kembali mendapatkan pukulan dari mamanya karena telah membuat tujuh keturunan mereka malu hanya karena kelakuannya yang sangat memalukan.

"Iih ma sakit ah.."

"Sakit kamu bilang?, Sakit karena pukulan mama ini ga ada apa apanya ketimbang malu yang mama rasain sekarang. Lagian kamu ini suka kalii potong pembicaraan orang"

"Yaaa,, maap ma. Lagian mama sih ceritanya lelet kali kan Dita salah paham, yaudah Dita minta maaf, terus gimana kelanjutannya ."

"Au ah, males mama cerita sama kamu"

"Iih maaaaa,, ceritainn"

"Nggak mau"

"Huaaaaaa" Dita kembali berulah kini ia tidak melakukan hal konyol, tetapi ia menangis sejadi jadinya layaknya anak kecil yang minta dibeliin mainan.

"DIEM"

satu kata keluar dari mulut mama namun mampu menciptakan keheningan dari mulut Dita.

Dita terdiam..

"Makan cepet, biar kita bisa pulang" ucap mama.

Setelah itu hanya ada keheningan.

Tidak terasa setetes demi setetes butiran air keluar dari pelupuk mata, Dita menangis tanpa suara. Ia selalu seperti ini ketika ada orang yang lebih tua darinya membentak dirinya. Sifat keras kepala itu hilang begitu saja tatkala seseorang membentaknya. Bagaikan kehabisan kata kata untuk diucapkan yang akhirnya menangislah yang mampu menjelaskan semuanya.

Mama melihat kondisi Dita sekarang juga merasa bersalah, ia sangat tau bagaimana tingkat kesensitifan perasaan putrinya ini akhirnya meminta maaf karena telah membentaknya dengan kasar tadi, walaupun sebenarnya apa yang Dita lakukan juga salah, tapi ia harus mengubah kebiasaannya itu.

"Yasudah, mama minta maaf ya karena ngebentak kamu tadi" ucap mama dengan nada yang begitu lembut.

"Hiks hiks... I- i-iya ma hiks,, salah Dita ju-juga suka potong pembicaraan o-orang" ucap Dita menahan isakan tangisnya.

"Makanya lain kali jangan suka motong pembicaraan orang ya" ucap mama dengan suara lembut.

"I-i-iya maaa" jawab Dita disertai isakan tangisnya.

Keadaan kembali normal. Tidak ada lagi suara isakan tangis dan drama. Acara makan siang pun sudah selesai, mereka duduk duduk santai. Dan mama Dita merasa bahwa inilah saat yang sesuai untuk menyatakan yang sebenarnya.

Mata Dita sedari tadi tidak beralih dari benda kotak pipih yang berlogo apple itu.

Mama mulai membuka suara.

"Ditaa,, kamu bahagia sama Adrian?"

JLEBB!!

Pertanyaan yang tidak Dita harapkan  pun keluar dari mulut mama.

"Kenapa mama nanya gitu?, Dita baik baik aja kok sama mas Adrian" ucap Dita berlagak seperti tidak ada pertikaian antara mereka.

"Mama cuma mau tau aja, apakah Adrian memperlakukan kamu dengan baik atau tidak. secara, hubungan kalian atas dasar perjodohan. Mama takut aja kalo Adrian memperlakukan kamu tidak baik"

"Ouh,, Alhamdulillah sampai saat ini ga ada masalah apa apa sih ma" ucap Dita berbohong kepada mamanya. Setidaknya mama kesayangannya itu tidak jatuh sakit apabila mendengar yang sebenarnya terjadi dalam
hubungan Dita dan Adrian.

"Alhamdulillah kalo hubungan kalian baik baik aja, mama khawatir sama kamu soalnya pernikahan kalian berdua atas dasar perjodohan bukan karena cinta"

Dita menatap mamanya dengan tatapan kosong, pikirannya kini penuh sesak oleh sosok Adrian.

"Mama kurang tahu tentang nikah lewat perjodohan, soalnya dulu mama sama papa kamu nikah karena cinta."

"HAH?!" Dita terkejut bukan kepalang mendengar bahwa mamanya dulu menikah karna cinta, tapi anaknya malah dijodohin.

"Terus kenapa mama ngejodohin Dita kalo mama sama papa dulu nikah karna cinta, harusnya Dita juga merasakan hal yang sama ma, ini ga fair buat Dita"

"Mama dulu nikah karna cinta itu banyak banget rintangannya. Dulu..."

Flashback on*

3 Oktober 2003

Telah lahir ke dunia putri dari bapak Prasetya dan ibu Ratna. Bayi itu memiliki kelopak mata yang sangat indah, pipi chubby seperti bapau itu menambah kesan imut paras wajahnya, serta bibir mungilnya dan kulit putih bersih membuat siapapun yang melihatnya ingin memiliki anak seimut itu.

Bayi itu diberi nama Dita Anggraini Prasetya. Ia terlahir disaat yang kurang beruntung. Disaat keluarganya jatuh bangkrut setelah membangun usaha restoran yang sangat terkenal dengan masakannya yang lezat dan murah.

Sang ayah sangat senang atas kehadiran putri pertamanya yang telah dinanti nantikan itu selama kurang lebih 6 tahun yang lalu. Hal itu nampak dari raut wajahnya yang menampakkan aura kebahagiaan yang tiada tara.

Namun berbeda dengan sang ibu. Ia sangat khawatir tentang bagaimana nasib anaknya kedepan. Dulunya ia sangat ingin mempunyai anak perempuan, tetapi saat ini entah mengapa ia berharap andai waktu bisa kembali terulang mungkin ia tidak akan pernah melahirkan putri kecilnya itu. Ia tidak sanggup melihat malaikat kecil yang tak berdosa itu tidak mendapatkan haknya sebagai anak dari keluarga yang kaya raya karena ekonomi keluarganya sedang mengalami kebangkrutan.

"Bagaimana dengan anak ini pa?" Tanya sang ibu yang sedang berusaha menahan air matanya yang akan luruh sebentar lagi dari pelupuk matanya.

"Apanya yang bagaimana ma? Inilah anak yang sudah lama kita dambakan. Kini ia sudah terlahir ke dunia" senyuman merekah tak henti hentinya terpancarkan di wajah rupawan sang papa.

"Tapi Pa. Anak kita lahir diwaktu yang salah, ia akan merasakan pahitnya kehidupan di masa yang akan datang. Mama ga akan sanggup Pa." Tangis sang mama pecah setelah mengucapkan kata kata itu.

"Udah Ma, udah rezeki sudah Allah atur ma" papa segera memeluk mama untuk menenangkannya.

"Dia ga seharusnya merasakan ini semua Pa." tangisnya semakin pecah ia tak sanggup lagi menahan tangisnya.

Keadaan menjadi haru disertai tangis sang mama yang tak kunjung berhenti menatap mata bayinya yang memancarkan aura kesedihan dimasa depan.

Gendut No Problem(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang