how loves bye pt.1

742 61 5
                                    

Banyak hal luar biasa terjadi di dunia ini, seperti kelahiran seseorang yang disambut penuh kebahagiaan dan kehangatan, seperti rasa takjub saat senyuman terukir di wajah mungilnya, atau langkah pertama menuju orang terkasih yang sedang merentangkan tangan. Kali pertama aku mengingat mimpi yang terjadi di waktu tidur adalah saat aku berumur lima tahun. Itu bukan mimpi di mana aku bermain atau berada di dunia lain penuh gulali, itu malah mimpi buruk di mana aku tenggelam dalam genangan air yang dalam dengan banyak mahkluk buas di dalamnya. Aku menangis saat terbangun, lalu ibuku datang berusaha menenangkan dan ia bertanya apa yang terjadi. Aku tidak menjawab, terlalu malu untuk menceritakan jika mimpilah yang membuatku histeris. Dan aku sendiri tahu ibu pasti akan menceritakan hal itu juga pada bibi atau sanak saudaraku yang lain. Itu akan jadi cerita paling memalukan.

Ngomong-ngomong, namaku Min Yoongi dan aku tinggal di Daegu bersama ayah, ibu, adik perempuan, dan nenek―ibu dari ibuku. Ayahku sering pulang malam karena bekerja, dan ibu...dia selalu membuat aturan sesuka hatinya di rumah. Aku tidak tahu kenapa, tapi ayah sangat penurut pada ibu. Adikku, dia menyebalkan seperti tetanggaku yang selalu membawa pulang mainanku ke rumahnya. Lalu nenekku, dia setiap hari selalu pergi mengurus kebun satu hektarnya di bukit, dia wanita yang kuat asal kau tahu.

Suatu hari ibu dan ayah mengajak aku dan adikku ke suatu tempat. Mereka tidak memberitahu tepatnya di mana karena aku sendiri tidak banyak bertanya soal itu. Perjalanannya memang cukup jauh hingga kami tiba di sebuah pasar tradisional yang sangat padat. Kupikir, kenapa ibu jauh-jauh mengajak kami kesini jika bisa ke supermarket atau pasar yang tidak terlalu jauh dari rumah. Dan lagi, udaranya panas dan cuaca sedang terik.

"Yoongi? Di sini, nak!"

Aku mengalihkan pandanganku pada ibu yang sudah berada di seberang jalan di mana deretan bangunan rumah toko berdiri.

Serius, aku belum tahu bagaimana menyeberang jalan, jadi ayah dengan senyum konyolnya kembali lalu menggendongku dengan cepat kemudian berlari ke arah ibu yang sedang menggandeng adikku.

Mereka terlihat antusias sekali, sementara itu aku masih kebingungan dan memandang sekeliling yang tampak ramai. Perhatikan teralihkan ketika kami tiba di teras sebuah toko atau apapun itu sebutannya.

Aku memaksa turun dari gendongan ayah lalu mengikuti ibu dari belakang. Yang ku lihat pertama kali adalah barisan puluhan atau bahkan ratusan kaset yang berjajar memenuhi dinding, poster-poster besar, dan boks telepon.

Tempat apa ini sebenarnya. Terlihat aneh dan begitu asing.

Tidak berselang lama, aku melihat seorang wanita datang menghampiri kami. Dia tampak terkejut juga senang di waktu bersamaan. Aku bertanya-tanya, siapa pula wanita ini? Lalu muncul seorang pria yang jika dugaanku benar merupakan suaminya. Lama bergeming, aku kemudian terpikirkan oleh sesuatu. Sekitar minggu lalu, ibu pernah membawa pulang amplop besar berwarna coklat, dan saat ku tanya, dia bilang jika itu berisi surat-surat untuk menjualku pada pasangan suami istri dikarenakan aku sering nakal dan tidak penurut.

Aku memandang ibu yang masih betah bercakap-cakap dengan wanita itu, lalu ayah yang terlihat akrab dengan si pria.

Mereka tidak sungguh-sungguh akan menjualku bukan?

"Wah, jadi ini Yoongi?" kata wanita itu kemudian berjongkok mensejajarkan diri denganku, "Kau manis sekali"

Benar, ibu dan ayah berniat menjualku pada wanita ini. Aku tidak siap mendapat keluarga baru.

Karena memikirkan hal itu, aku beringsut mendekati ibu lalu bersembunyi di belakangnya. Jemariku meremas kuat celana ibuku karena takut jika tiba-tiba aku di tahan oleh wanita itu lalu ibu dan ayah kabur untuk pulang karena berhasil menjualku dengan harga mahal. Tidak.

"Mama?"

Seruan kecil membuat wanita itu menoleh ke belakang, menghiraukanku yang masih betah bersembunyi di balik tubuh ibuku. Saat merasa tidak lagi terancam, aku menyembulkan kepala melihat seorang lagi yang datang. Dirinya kuperhatikan; anak laki-laki yang kira-kira usianya sama denganku, kulitnya putih dan tubuhnya sedikit berisi, rambutnya hitam pekat dan senyumnya lucu. Aku kembali bertanya pada diriku sendiri, siap lagi orang ini?

"Yoongi, kemarilah untuk berkenalan"

Wanita itu memanggil dengan suara lembutnya, tapi aku tidak langsung menurut. Aku mendongak terlebih dahulu memandangi ibu, sampai detik berikutnya ia mengangguk mengisyaratkan agar aku keluar dari persembunyian.

Aku bukan tipikal yang akan mudah berbaur dengan suasana baru apalagi akrab dengan orang yang baru kutemui. Jadi, dengan setumpuk perasaan ragu-ragu, aku bergerak untuk berdiri di depan ibuku sambil memilin jari-jari tanganku sendiri yang terasa dingin.

"Nah, Yoongi. Perkenalkan, ini Kim Taehyung. Dan, Taehyung, ini Min Yoongi. Kalian akan jadi teman bermain mulai sekarang"

Ini awalnya. Awal pertama kalinya kami bertemu. Saat-saat paling menakjubkan ketika aku jatuh hati pada sosok Kim Taehyung, teman masa kecilku.











[...]

How Loves ByeWhere stories live. Discover now