-Chapter 3-

97 15 1
                                    

Bukankah perasaan yang tidak terbalaskan akan hilang dengan sendirinya?"

***

Happy reading!

***

Sudah seminggu lebih Erica sekolah di SMA Perwira tetapi ia sangat jarang melihat Valeron, padahal setiap pulang sekolah Erica selalu melewati koridor kelas sebelas.

Erica tidak pernah menyangka sebelumnya kalau ia bisa memiliki perasaan sedalam ini kepada seseorang yang bahkan belum mengenalnya.

Saat ini Erica dan Tiara sedang mengerjakan tugas kimia yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Erica merutuki dirinya sendiri, mengapa ia memilih masuk kelas IPA, padahal baru melihat angka saja otaknya sudah pusing.

Kini, rasa bosan mengganggu dirinya, ia ingin segera istirahat dan bertemu dengan sang pujaan hatinya, Valeron. "Ra, temenin ke toilet yok!" Ajak Erica sambil menggoyang-goyangkan lengan Tiara.

Tiara yang sedang mengerjakan tugasnya tentu saja merasa terganggu karena Erica terus menggoyangkan lengannya kencang. "Ih apaansi Ca! Gue lagi fokus nih!" Kesalnya.

"Ayo anterin!"

"Males, lo aja sendiri!"

Erica mencibir kesal, "Yaudah lah, gue sendiri aja!" Siapa tau gue ketemu sama Valeron, jodoh gue." Tuturnya percaya diri.

"Emang dia mau sama lo?"

"Pastilah!" Tegas Erica.

Erica pergi meninggalkan Tiara, karena ia sedang malas berdebat. "Bu, saya izin ke toilet." Erica keluar dari kelasnya setelah mendapat izin dari guru mata pelajaran. Ia tidak benar-benar pergi ke toilet, itu hanya alibinya saja untuk keluar dari kelas. Karena menunggu bel istirahat didalam kelas rasanya lama sekali.

Erica berjalan menuju rooftop untuk menenangkan pikirannya sejenak. Semilir angin di rooftop memang membuat sebagian orang menjadi lebih tenang.

Sesampainya ditangga paling atas, Erica terkejut saat melihat banyak cowok yang sedang nongkrong diatas sana, bajunya berantakan dengan dua kancing paling atas tidak dikaitkan, dan ada juga yang sedang merokok.

Erica memicingkan matanya, memandangi satu persatu orang yang ada disana. Betapa terkejutnya ia saat melihat keberadaan Valeron disana dengan satu batang rokok di bibirnya. "Valeron?" gumamnya.

Merasa ada yang memperhatikan, Valeron menoleh kearah tangga yang menghubungkan antara lantai 3 dengan rooftop. Valeron berjalan kearah Erica."Lo siapa? Tanyanya mengintrogasi.

Baru kali ini Erica menatap wajah Valeron dari dekat. "MasyaAllah, sungguh sempurna ciptaan-Mu ini." Batinnya meronta-ronta, matanya fokus memperhatikan Valeron sehingga Ia tidak sadar kalau sedari tadi Valeron melambai-lambaikan tangan didepan wajahnya. "Woi, malah bengong! Gue lagi bicara sama lo!" Sentak Valeron.

Erica tersadar dari lamunannya. "Oh ya, kenalin kak, nama gue Erica Ranaya, kelas sepuluh IPA dua. Salah satu fans lo yang sekarang lagi suka sam-" belum selesai Erica berbicara tetapi sudah dipotong oleh Valeron.

"Gue cuma nanya lo siapa! Dan ada kepentingan apa lo disini?" Tanya Valeron dengan nada yang sedikit tinggi.

"Hah?" Erica mengerutkan keningnya. "Gue bosen dikelas." Jelasnya.

Setelah mendengar jawaban Erica, Valeron langsung pergi dari tempatnya untuk menghampiri teman-temannya. "Cihh, ditinggal gue! Untung sayang!" Batinnya kesal.

Erica tidak jadi naik ke rooftop karena sekarang ia menjadi pusat perhatian oleh teman-temannya Valeron.

***

"Siapa Val? Baru lagi?" Tanya Marselino saat Valeron kembali bergabung bersama teman-temannya.

"Baru apaan! Gue aja kaga kenal." Valeron meralat ucapan temannya ini.

"Minggu lalu dia juga nanyain lo." Sambung Athallah karena sedari tadi ia juga memperhatikan Valeron bersama gadis itu.

"Nanyain gue?"

"Iya."

"Nanyain gimana, Thal?" Valeron semakin penasaran karena Athallah menggantung ucapannya.

"Ciee kepo, kalau suka bilang aja sih." Ledek Athallah.

"Tau lo! Nanti dia sama yang lo nangiss." Sambung Alex ikut meledek Valeron.

"Gue suka sama dia? Najis tau ga!" Tegas Valeron.

"Jaga ucapan, kan siapa tau dia yang bakalan jadi jodoh lo!" Marsellino memperingati.

"Ga mungkin!"

Cecen mendekat ke Valeron lalu menarik pipi Valeron."Kalau dikasih tahu itu di dengerin ya dedek gemess." Ucapan Cecen mengundang gelak tawa semua temannya.

Valeron menjauhkan tubuhnya dari Cecen."Idih! Jauh-jauh sanaa, jijik gue!"

***

Tiara mencari-cari Erica di toilet perempuan tetapi tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu. Tiara memutuskan untuk pergi ke kantinseorang diri.

"Dari mana aja lo Ca?" Tanya Tiara ketika melihat Erica akanduduk dihadapannya.

"Rooftop."

"Ngapain disana?! Lo bolos ya?!" Tiara mengintrogasi.

"Niatnya sih gitu, tapi ada Valeron sama temen-temennya, males gue."

Jawaban Erica membuat Tiara membelalakkan matanya. "Baguslah, Bukannya lo seneng ya kalau ketemu sama dia?" Tanya Tiara lagi.

"Seneng sih iya, tapi gue lagi sebel sama dia, masa gue lagi bicara dipotong. Gue selesai jelasin, malah ditinggal." Curhat Erica.

Tiara tertawa mendengar penuturan Erica. "Lagian salah sendiri."

"Salah gue?" Tanya Erica menunjuk kearahnya.

"Iya, salah lo karena udah cinta sama dia terlalu dalam." Ucap Tiara.

"Kok gitu? Nih ya Ra, cinta gue ke dia tuh ibaratkan papan skor, berusaha untuk terus bertambah tanpa ada niat untuk menguranginya sedikitpun!." Bijak Erica.

"Kalau misalkan dia tetap gak balas perasaan lo, gimana?"

"Gue akan tetap menunggu sampai dia juga memiliki perasaan yang sama kayak gue."

"Tapi sampai kapan, Ca?
hilang dengan sendirinya?"

"Seharusnya begitu, tapi sebisa mungkin gue akan terus mencintainya. Sampai dia sendiri yang menyuruh gue untuk menjauh."

Ketika mencintai seseorang, Erica akan memperjuangkan cintanya dengan sungguh-sungguh. Tak peduli seberat apapun rintangan yang akan ia hadapi nantinya, Erica tidak akan mundur sampai ia benar-benar lelah dengan perasaannya itu.

***

Bel masuk sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Valeron dan teman-temannya masih berada di belakang sekolah. Saat ini di tempat nongkrong mereka, hanya Valeron yang tidak mengeluarkan suaranya sedari tadi.

"Gak biasanya lo diam terus, Val. Lo kesambet?" Tanya Cecen.

Valeron mengerjapkan matanya. "Enggaklah, setan juga minder mau masuk ke tubuh gue." Jawab Valeron sombong yang disusul sorakkan oleh keempat temannya.

Mereka semua menyelipkan sebatang rokok di bibirnya sambil sesekali bernyanyi dengan Marsellino yang memaainkan gitarnya. Sampai suara Alex yang baru habis dari toilet mengejutkan mereka semua.

"Woiii, Pak Joko on the way kesini!"

"Cabut GC!!!" Teriak Valeron.

Semuanya langsung berlari kalang kabut menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Pak Joko adalah salah satu guru killer yang sangat ditakuti oleh semua murid di SMA Perwira.

***

Beloved IdolWhere stories live. Discover now