10th

41 7 4
                                    

"Aster sudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aster sudah ... hilang, Everest." Begitu sang kakek mengonfirmasi, Eve tidak dapat mendongak dengan berani. Pundaknya terasa berat mendengar deretan kalimat itu keluar melalui mulutnya.

"Saya sudah berusaha menghidupkannya dengan kristal glauckeite yang telah kau kembalikan waktu itu, tetapi ... saya lagi-lagi gagal, Everest."

Walau tidak paham apa maksudnya, tubuh Eve mulai gemetar. Dia teringat kembali dengan sosok terakhir Aster yang ditemuinya kemarin, serta solusi Lixa untuk menemuinya kembali.

Kedatangan Eve hari ini hanyalah sebuah niat akibat dari rasa bersalahnya. Dia ingin bertemu Aster kembali seperti pertemuan kebetulan kemarin. Mungkin, jika dia memperbaiki ucapan tajamnya, dan minta maaf, mungkin Aster bisa tersenyum kembali, kemudian mengutarakan apa yang dia ingin sampaikan pada Eve.

Namun, sekarang sudah terlambat bagi Eve untuk tahu isi hatinya.

"Maaf, Kek. Aku sungguh minta maaf," lirih Eve berulang kali. Mungkin saat ini dia harus jujur pada teman tertuanya tentang janji yang pernah dia patahkan. Sejak hari itu Eve menjadi seorang pengkhianat, membuat petaka besar bagi Aster. Empat tahun menghilang, dan setelah Eve berhasil, dia hanya membawa tubuh gadis itu kembali ke kakeknya, serta kepingan kristal glauckeite yang masih tersimpan di tas.

Eve tidak tahu kalau kristal itu bisa tercemar. Percikan portal membuat sihir dari kristal itu berkurang menjadi lima tahun. Dia tidak tahu Kakek Greg berjuang menghidupkannya dengan bergantung pada kristal itu. Tubuh Aster yang lemah, membuatnya bergantung dengan glauckeite.

Namun, kali ini Aster tidak terselamatkan. Kristal itu tidak lagi berdaya. Sihirnya telah menghilang.

"Saya sepertinya tidak bisa lagi menjadi teman maupun mempercayaimu. Maaf, Everest."

Punggung Kakek Greg perlahan menjauh dari hadapannya. Kekecewaan terpancar dari wajah keriputnya. Eve dapat melihatnya, dan dia termenung kembali. Bungkam, dan tidak berani untuk meminta maaf.

Eve memutuskan pergi dari kekediaman Hawthorne. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan sekarang. Semua sudah cukup terlambat baginya. Aster sudah mati, dan Kakek Greg kecewa atas tindakan Eve.

"Bodoh. Padahal bukan akhir ini yang kuinginkan," umpat Eve. Dia kesal di titik ini. Andai saja dia tidak membawa kristal itu bersamanya, mungkin saja hal ini tidak terjadi. Namun, menyesali perbuatannya di masa lalu tidak akan mengubah apa pun.

Kaki Eve tanpa sadar berhenti di depan pohon ungu. Lixa pernah cerita kalau Aster suka pohon ungu itu sejak saat masih sekolah dasar. Kini, pohon itu berada di hadapannya sekarang. Apa yang dia katakan benar, pohon itu tampak indah dilihat dari posisi manapun. Cahaya matahari yang menembus bunga-bunga, membuat penampilannya tampak berpendar.

Seketika, bisikan Lixa timbul di ingatannya kala Eve menatap tumbuhan besar itu.

"Jujurlah, Eve. Sebenarnya kau tidak pernah mengharapkan temanmu hilang, kan?"

🥀 primavera: the end🥀

PrimaveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang