one

7.7K 626 75
                                    

Taehyung tak ingat kapan semuanya bermula. Hingga di sinilah dirinya; menopang tubuh yang mulai lemas pada permukaan dinding stall kamar mandi. Dengan napas terengah dan sekujur tubuh merasakan euforia menggila.

Dia hampir sinting. Oh, ya. Permainan Jeon di bawah sana tak main-main. Playing around at the time of the Gala; pilihan bagus, Taehyung.

"Good?" Napas beraroma mint memenuhi indra penciumannya. Taehyung sangat suka.

"Yeah. Keep going—holy shit ...."

"Keep the volume down, babe." Suara maskulin di belakangnya berkata ringan, gigitan-gigitan kecil sepanjang tengkuk membuatnya geli. Entah sudah berapa buah kancing yang terbuka, kulit yang terekspos mulai merasakan hawa dingin. Sebelah tangan membentuk tinju untuk menutup mulut. Sangat, sangat sadar kalau ini adalah toilet umum di mana siapa pun bisa masuk.

Puncak surga dunianya kian mendekat dan Taehyung meremas surai kelam Jeon tanpa peduli.

"Your thighs, Kim. Fuck—"

Itu pujian. Taehyung merasakan darahnya berdesir dan perutnya tergelitik. Jemari lentik menorehkan kelim di kemeja Jeon, tentu akan ada permukaan yang kusut setelah ini.

"Like it?" Taehyung bertanya balik dengan nada menggoda. Tulang pipi tinggi bersemu merah muda. Ini pengalaman paling seksi yang akan dia ingat.

Ada senyum miring ditawarkan oleh partnernya malam itu. "Love it." Dijawab pelan.

Setelahnya, tak ada lagi percakapan mengalir. Taehyung sibuk menerima apa pun yang diberi. Kuluman bibir, serta nafsu yang saling berpagut. Bahkan memekik kecil karena tiba-tiba mereka kini saling berhadapan. Aroma musk mendorong Taehyung lebih dekat ke pinggir tebing rasionalisme pikiran.

Permintaan Jeon dia turuti. Jaga agar jarak antar tungkainya seminimal mungkin. Ketika penetrasi tak dapat dijalankan, mereka berakhir dengan thigh-fucking berkedok quickie.

Bukannya Taehyung ingin komplain.

Jeon menghabiskan waktu memanjakan bokong Taehyung sepuluh menit ke belakang. Taehyung hanya memberikan kenikmatan yang sama sebagai balas budi.

Dan, dia dekat. Oh, dia sudah dekat. Taehyung bisa merasakannya lewat perubahan kecepatan pun napas Jeon yang kian menderu. Cengkeraman jemarinya di leher Jeon berpindah, menangkup pipinya dan mendekati wajah. Berbisik kecil di telinga partnernya dengan suara yang sama kepayahan.

"Cum for me, gimme a reward?"

Geram halus Jeon mengisi rungu Taehyung. Rendah, buat sesuatu dalam dirinya berdesir hangat. Taehyung menginginkan lebih, namun situasi dan kondisi tak mendukung. Hati kecilnya berharap akan ada next time, dan mungkin next time lagi.

Taehyung mengulas senyum tipis saat Jeon akhirnya selesai. Tubuh tinggi pria itu melemah, dan dia membenamkan wajahnya di leher Taehyung. Di sisi lain, mengikuti insting, Taehyung bubuhkan ciuman-ciuman kecil ke sisi kepala Jeon. Sebagai balas budi, dia ingatkan dirinya.

Toh, tidak bisa menolak juga saat pasang oniks Jeon menatapnya lamat. Pergumulan bibir sulit dicegah. Berakhir dengan Taehyung yang mengeluarkan suara-suara kecil meminta.

"Can't help it. Sorry. Terlalu indah untuk terlewat." Jeon berkata ringan, menggaruk bagian belakang kepala.

Yang dibalas kekeh kecil Taehyung. "Won't complain. You play your cards good, Jeon," candanya. Akhiri dengan kecup ringan di pucuk hidung si lawan bicara.

"Jeongguk."

"Hm?" Alis Taehyung terangkat sementara dia sibuk benahi kancing kemejanya.

"Jeon Jeongguk. Namaku."

[✓] Lowkey • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang