🌻Khitbah (tidak) Ditolak🌻

785 58 8
                                    

"TOLONG!!!"

Suara teriakan itu keluar dari bibir gadis berkerudung merah yang sedang diganggu sekelompok preman dipertigaan jalan.

"Jangan! Tolong jangan mendekat!"

Gadis itu terus berjalan mundur, berusaha menghindar dari para preman yang berusaha menyentuhnya.

"Hey Nona manis, jangan jual mahal kita bersenang-senang saja malam ini." salah satu preman berkepala botak itu berusaha meraih kedua lengan sang gadis.

"AAAAA! Tolong jangan ganggu saya, lepaskan! Tolong!!"

Tidak jauh dari tempat itu, sosok pemuda dengan motor vespa biru turun dari atas motornya. Dengan santai dia mendekat ke arah preman kampung itu.

"Lepasin dia."

Preman berambut gondrong mendekat ke arahnya. "Oho, ternyata ada pahlawan kemaleman nih."

Dengan sigap pemuda berwajah bak malaikat itu menangkap tangan kotor sang preman yang bersiap menghujaninya pukulan.

BUGH!

Satu pukulan mampu membuat preman berambut gondrong meringis kesakitan. Dengan wajah sangarnya dia kembali ingin melawan pemuda tampan itu, namun lagi-lagi pukulan itu justru membalik ke arahnya sendiri.

"Pergi!"

"Hey bro!" Preman dengan cincin batu aki itu menepuk bahu sang pemuda dari arah belakang.

"Gimana kalau kita bagi dua saja tubuh gadis ini. Lo pasti doyankan sama tubuh indahnya yang tertutupi gamis lebar itu." 


Dengan sekali pukulan, bibir kotor itu sudah robek akibat pukulan dari sang pemuda.

"Saya suaminya. Pergi!"

Mendengar kata 'suami' para preman pemabok itu pergi menjauh dari tempat itu. "Cabut!"

"Nazwa, kamu tidak apa-apa?"

Gadis berkerudung itu mengangguk dengan matanya yang terpancar ketakutan. Jantungnya berdetak tak normal saat pemuda yang ia kenal itu menanyakan keadaannya. Pikirannya fokus pada kalimat yang diucapkan pemuda berkemeja abu-abu berberapa menit yang lalu.

"A-aku tidak apa-apa. Terima kasih, Mas Hafiz."


Hafiz lega mendengar jawaban Nazwa yang tidak terjadi apa-apa dengannya. Melihat gadis di depannya ini menangis, ingin rasanya Hafiz memeluknya. Tapi apalah daya, ada batas yang harus dijaga.

"Mau saya antar pulang?" Sebenarnya Hafiz sedikit ragu menawarkan itu. Pasalnya, dia hanya naik motor vespa. Jika berboncengan berdua nanti bisa menimbulkan fitnah.

Nazwa tampak berpikir. Ingin menerima tapi takut terjadi fitnah karena mereka bukan mahrom. Ingin menolak tapi ini sudah larut malam, bagaimana jika preman itu kembali lagi.

"Tidak perlu, Mas Hafiz. Aku bisa pulang sendiri. Lagian rumah juga tidak jauh dari sini."

"Iya saya tahu, Nazwa. Tapi ini berbahaya buat kamu. Begini saja, kamu jalan di depan sedangkan saya di belakang untuk menjaga kamu."

Antara Dua PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang