(13) Dia Adalah DIA

3.9K 520 75
                                    

"Woly. Apakah kau bisa memasuki manor yang bukan majikanmu?" Hermione bertanya pada peri kecil di hadapannya.

Peri itu mengangguk. "Tapi aku harus mendapat izin dari pemiliknya. Karena setiap Manor rata-rata memiliki sihir kuno yang tidak bisa di tembus oleh peri rumah asing."

Hermione menatap Draco. Pria itu mengangguk.

"Aku ingin kau ke Malfoy Manor." Ujar Hermione to the point.

"Aku Draco Lucius Malfoy sebagai pemimpin Malfoy, memberimu izin untuk memasuki Manorku."

Peri itu terkesikap pelan saat sebuah sihir perintah mengikatnya. Peri itu menunduk sedikit. "Apa yang bisa kulakukan untuk membantu Nona Hermione dan Tuan Draco?"

Draco dan Hermione sedang berada di kamar utama. Bayi kecil Malfoy sedang tertidur di sebuah ayunan bayi.

"Begini. Kau masuk ke Manor. Di sayap sebelah barat ada sebuah ruangan dengan pintu bercat putih. Masuk lah ke sana. Di sana terdapat ratusan lukisan manusia. Cari lukisan dengan nama Lucius Abraxas Malfoy, Narcissa Malfoy Knee Black dan Severus Tobias Snape. Usahakan kau tidak dekat dengan jendela. Aku takut para auror menyadari seseorang ada di manor. Kau paham Woly?"

Peri kecil itu mengangguk. "Paham, Mr. Malfoy. Kapan aku ke sana?"

"Sekarang!" Jawab Draco dan Hermione.

Peri itu mengangguk dan hilang di udara.

"Kau tidak punya peri rumah?" Tanya Hermione tiba-tiba.

"Saat kami disergap Auror, kami melawan. Saat itu aku dan orangtuaku terpojok. Malfoy memiliki tiga peri rumah. Seperti tugasnya, ia akan melindungi majikannya dengan hidupnya. Mereka membantu kami walau pada akhirnya mereka kalah dan mati."

Hermione menunduk sedih. "Maaf untuk itu."

"Jangan. Itu bukan salahmu." Draco tersenyum kecil.

"Kenapa kau tidak berapparate langsung ke Manor? Pemilik bukannya bisa?"

"Tentu bisa. Tapi aku yakin Manor di beri mantra pendeksi dari luar. Sihir manusia akan menyalakan alarm mereka. Tapi sihir peri rumah tidak akan memengaruhi mantra pendeksi itu. Terkadang aku setuju dengan SPEWmu itu. Peri rumah memiliki sihir hebat, tapi mereka diperbudakan." Ujar Draco.

"Dulu aku sangat bercita-cita untuk melanjutkan organisasi itu. Tapi perang dan semua ini merubahku." Bisik Hermione.

Ada keheningan yang agak canggung. Draco hanya diam dan menatap ke tangannya. Sedang Hermione masih setengah berbaring di ranjangnya.

"Omong-omong, bagaimana kau bisa punya potret Snape?" Ujar Hermione memecah keheningan antara mereka.

Draco menatapnya. "Severus adalah Ayah baptisku. Ia sudah di Anggap keluarga bagi Malfoy. Itu sebabnya kami melukisnya dan memajangnya ruang galeri. Di sana terdapat ratusan potret keluarga Malfoy. Baik yang sudah lama mati, atau yang masih hidup sepertiku. Potret lukisanku pasti tidak bergerak, yah itu disebabkan karena aku masih hidup." Pria itu terkekeh, entah mengapa hanya konyol saja jika dia meliahat lukisannya bergerak dan berbicara padanya. "Kami membuat lukisan Severus Snape karena dia adalah bagian dari keluargaku. Bisa dikatakan, dia dan ayah seperti saudara kandung."

DRAMIONE : DON'T HURT MY DEATH EATERWhere stories live. Discover now