Chapter 16: Library

58 16 0
                                    


"Yaudah, nanti lo kabarin gue kalo ada sponsor lagi yang acc permohonan kita."

"Nanti gue mau ngajuin ke Unilever, lo mau ikut nggak?"

Berjalan dengan buku-buku yang baru saja dia bawa dari perpustakaan, Raya memegang ponselnya dengan tangan kiri. Satu bulan lagi, acara anniversary sekolah akan berlangsung. Sejak masuk semester kedua, Raya sudah disibukkan dengan ini dan itu. Apalagi dua minggu sebelum acara berlangsung, ada ajang perlombaan yang harus Raya ikuti. Tentang pembuatan karya tulis bertemakan Economy 4.0  tingkat SMA. Mengharuskannya membanyak baca untuk memperkaya kosakata. Sebagai sekretaris pelaksana dan Taehyun yang menjabat sebagai ketua dari proker terakhir kepengurusan, Raya dibuat lebih sibuk karena tidak ingin mengecewakan orang yang telah banyak membantunya hingga dititik seperti ini.

"Jam berapa lo bikin perjanjian?" Raya memasuki ruang kelas. Saat ini adalah jam istirahat tetapi perempuan itu memilih untuk belajar mengingat waktu lomba semakin dekat.

"Jam tiga sore."

Raya menganggukan kepalanya. "Boleh deh. Jangan lupa ajak anak HPD."

"Oke. Jisung bilang dia mau kok."

"Okay." Raya memutus sambungan telepon lantas membuka bukunya. Mulai mencatat hal-hal penting yang dirasa perlu. Dia juga memakai headsetnya hanya disebelah kiri, agar kalau ada yang ingin berbicara, Raya masih bisa mendengarnya.

"Ish, gue kok sebel banget liat dia."

"Tau, gue juga."

"Ngapain si masih jam istirahat masih aja buka buku."

"Mungkin mau cari muka biar di puji orang."

"Iya, sih. Dia kan suka banget di puji."

Raya mendengar sindiran-sindiran tersebut dan kupingnya terasa panas karena memang ditujukan untuk dirinya. Dia tahu, tidak semua orang bisa menyukai dan berteman dengan Raya. Sulit sebenarnya untuk membungkam mulut mereka ketika setiap gerakan yang diambil, selalu ada celah untuk dicibir orang. Daripada diambil pusing, Raya memutuskan untuk tidak peduli.

Menaikkan volume lagu yang sedang ia dengar, dentuman musik yang keras dan menghentak seolah membuat rasa percaya diri Raya naik lagi. Terlebih, saat bagian lirik, "I love, I love, I love my self. Ya player, haters, you should love yourself. Brr, brr." Raya menyuarakan lirik itu keras-keras tanpa peduli tatapan mengejek dari orang yang melihatnya.

"Ra," seseorang menarik bangku yang ada di depan Raya dan duduk mendekatinya.

Merasa terusik, Raya mematikan musik dan menatap Minhee yang terlihat serius ingin bicara dengannya. "Ha?"

"Itu bener?"

"Apanya?"

Kepala Minhee mendekat, dan berbisik pelan, "Lo udah mengakhiri hubungan lo sama Eunsang?"

"Apasih," Raya mendadak teringat lusa lalu saat ia mabuk dan menelepon cowok itu pada jam dini hari. Omong-omong, setiap Raya mabuk, dia memang seringkali menelepon orang dan berakhir dimarahi keesokan harinya karena Raya terus-terusan mengumpat. Sejak itu, dia selalu merekam percakapan ketika Raya mulai menghubungi seseorang ketika kesadarannya masih dirasa. Saat mendengar putaran rekaman tersebut, Raya sukses merinding dan merasa tubuhnya baru saja dirasuki setan genderuwo. Dia kepalang malu untuk mengirim pesan pada Eunsang untuk meminta maaf karena man, durasi teleponnya 30 menit?! Bahkan Raya sampai menghindar untuk melewati kelas IPA, demi memperkecil kemungkinan untuk bertemu dengannya. Sial, malu sampe teranjing-anjing. "Lo ngomong gitu seolah gue memang memulai sesuatu hubungan sama dia."

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang