B a g i a n 1 | Teman Baru

36 6 0
                                    

Teman Baru
~~~
Bukan, bukan karena tak pandai berbaur, tapi karna terlalu insecure untuk membaur.

~ Diraya Maheswari ~

•••••

Awan mendung tampak menghiasi langit sore ini. Melingkupi gadis berambut sebahu yang berdiri di depan gerbang sekolahnya. Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tapi nihil, orang yang ia cari belum menampakkan batang hidungnya.

Gadis pemilik lesung pipi ini tampak melihat ke arlojinya. Tak terasa sudah 1 jam lebih ia menunggu. Ia lalu mengambil gawai di saku rok abu miliknya. Segera saja ia hubungi nomor yang bernama 'Papah'. Tetapi gerakannya terhenti, ketika ada anak kecil yang menghampirinya. "Kak," ucap anak itu dengan senyum yang menghiasi pipi chubby-nya.

"Kakak, tahu Kak Nessa, nggak?" kata anak kecil itu lagi. Sekarang, fokus gadis ini sepenuhnya kepada anak itu. Bahkan, ia tampak berjongkok untuk mensejajarkan tingginya.

"Nessa? Duh, maaf yaa, Kakak enggak tahu." Seketika saja raut wajah anak tadi berubah murung. Bahkan, matanya sudah terlihat berkaca-kaca.

"Eh, kamu jangan nangis. Kakak bakal bantu kamu nyari Kak Nessa. Kakak janji nanti kamu bisa ketemu Kak Nessa," ucap gadis itu, sepertinya ia berusaha menenangkan anak kecil ini.

"Janji?" Anak itu menjulurkan jari kelingkingnya.

"Janji-." Gadis ini melirik ke arah badge name yang berada di dada kanan anak itu. Lalu, ia melanjutkan ucapannya, "janji, Elsa." Kemudian, ia menautkan jarinya.

"Wah, Kakak tahu namaku. Kalo gitu, aku juga harus tahu nama, Kakak. Nama Kakak siapa?"

"Oke, Elsa. Kenalin nama kakak Diraya Maheswari." Gadis itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk berkenalan. Tapi gerakannya terhenti ketika ada pria paruh baya yang menghampirinya.

"Dira, maaf Papah sedikit terlambat hari ini. Tadi ada metting dadakan," ucap pria paruh baya itu, sebut saja Pak Surya.

Dira mendongakkan kepalanya dan berdiri sembari berkata, "iya, Pah, gapapa." Pria yang mengaku sebagai Papah Dira ini tampak mengelus puncak kepala putri tercintanya. Lalu, pandangannya jatuh kepada anak kecil yang masih setia memegangi sebelah tangan Dira.

"Wah, ini siapa?" tanya Papah Dira sembari berjongkok di depan Elsa.

"Namanya Elsa, Pah. Dia tadi nyari kakaknya, tapi belum ketemu sampai sekarang," ujar Dira membalas pertanyaan Papahnya.

"Halo, Om. Kenalin nama aku Elsa." Elsa melambaikan tangannya kepada Pak Surya yang berada di depannya.

"Halo, Elsa. Kamu kesini sama siapa?" tanya Pak Surya.

"Sendiri, Om. Aku lagi nyari Kak Nessa. Kata Kak Nessa, aku suruh nunggu di sana." Anak kecil berkucir kuda itu menunjuk halte depan Sekolah Dasar yang berada di samping sekolah Dira.

"Tapi, Kak Nessa nggak dateng-dateng. Akhirnya aku susulin ke sini. Tapi, Kak Nessa-nya nggak ada," ucap anak itu lagi dengan nada murung.

"Yaudah, yuk, Om anterin kamu pulang. Rumah kamu dimana?" kata Pak Surya sambil menarik tangan anak kecil itu menuju mobilnya. Tak lupa Dira mengikutinya di belakang.

"Rumah Elsa di Perumahan Kencana Residance. Rumah Elsa catnya warna putih." Mendengar jawaban Elsa tentu saja membuat Pak Surya dan Dira tertawa. Mana bisa mencari alamat rumah hanya dengan warna cat rumah.

Ketika di dalam mobil Elsa memilih duduk di belakang, dan terpaksa Dira mengikuti Elsa duduk dibelakang. Selama perjalanan ada saja yang mereka obrolkan. Mulai dari hal yang lucu sampai hal yang menyeramkan sudah mereka bahas.

"Jadi, Nessa itu tetangga kamu? Kakak pikir Nessa kakak kamu," kata Dira setelah mendengar cerita Elsa, mengenai keluarganya.

"Iya." Elsa mengangguk.

"Kak Dira! Kak Dira! Tau nggak, Kak Dira tuh mirip Princess Ana di film Frozen loh," ucap Elsa lagi dengan antusias. Ia bahkan duduk miring demi melihat ekspresi Dira.

"Masak? Kakak jadi malu nih," kata Dira sembari tertawa lebar. Lalu, diikuti tawa Pak Surya.

"Kalian ada-ada aja," ujar Pak Surya sambil berusaha mencubit pipi gembul Elsa di belakang.

Tanpa mereka sadari dari arah berlawanan ada pengendara motor yang melaju tak tentu arah. Dira yang melihatnya segera menepuk bahu Papahnya keras sembari berkata, "Pah, motor, Pah." Dengan segera Papah Dira menginjak pedal rem. Seketika bunyi decitan terdengar begitu nyaring.

Setelah mobil mereka berhenti, mereka segera turun untuk melihat Sang Pengendara motor. Ternyata seorang cowok yang masih memakai celana SMA dan hoodie yang menutupi seragam atasannya. Sepertinya tidak ada luka serius, terlihat dari Si Pengendara yang sudah bisa berdiri walau masih sedikit pincang.

"Kamu tidak apa-apa?" kata Pak Surya sembari membantu berjalan anak lelaki itu. Lalu, ia mendudukkannya di tepi jalan. Sedangkan Elsa dan Dira hanya mengikuti langkah Papahnya.

"Bang Dimas!" ujar Elsa tiba-tiba setelah Si Pengendara mendongakkan kepalanya dan melepas helm miliknya. Lalu, Elsa segera berlari ke arah orang yang ia sebut Dimas itu dan menghambur ke pelukannya.

Dira yang keheranan segera memutar pandangan ke arah Papahnya dan ternyata, Papahnya juga sedang melihatnya. Mereka seperti memberi kode satu sama lain. Lalu, Dira segera menghampiri Elsa yang sudah menangis sesenggukan di pelukan orang yang dipanggil Dimas itu. Tapi, gerakannya terhenti saat tangan besar pemilik nama Dimas itu terangkat, pertanda bahwa untuk Dira jangan mendekat. Hal ini membuat Dira menundukkan kepalanya dan berjalan mundur.

Setelah beberapa menit akhirnya Elsa berhenti menangis dan melepas pelukannya. "Bang Dimas, gapapa?" katanya.

"Abang, gapapa, udah jangan nangis. Sekarang yang terpenting, kenapa kamu bisa sama orang yang nggak kamu kenal?" Dimas melirik Dira dan Pak Surya bergantian lalu mengelus puncak kepala Elsa.

"Jadi, tadi Elsa nyariin Kak Nessa, tapi nggak ketemu. Terus di sana ada Kak Dira." Elsa menoleh kearah Dira. Lalu, ia melanjutkan ucapannya, "yaudah, aku sama Kak Dira. Kak Dira baik kok, cantik lagi." Dira yang mendengarnya hanya tersenyum kecil.

"Apa yang diucapkan Elsa benar. Karena sudah terlalu sore akhirnya saya berniat mengantarkan Elsa pulang ke rumahnya," kata Pak Surya ikut membantu menjelaskan.

"Biar saya yang membawa adik saya pulang." ucap Dimas sambil berdiri dan membopong tubuh Elsa. Belum genap mereka sampai ke motor Dimas, Elsa sudah memberontak minta turun.

"Bang! Elsa mau pulang sama Kak Dira. Elsa mau main sama Kak Dira dulu di rumah!" kata Elsa sembari terus memberontak minta turun. Dira yang melihatnya segera berjalan menuju ke arah mereka. Ia segera menangkap tubuh Elsa yang berlari kencang kearahnya.

"Tadi kamu nangisin abang. Sekarang giliran diajak pulang nggak mau," ucap Dimas memutar kedua bola matanya malas.

"Bodo amat, Elsa mau pulang diantar sama Kak Dira dan Om Surya pokoknya! Abang pulang aja sana, udah sembuh kan?" Elsa membuat gerakan tangan seperti mengusir Dimas.

"Yaudah, terserah. Abang mau pulang." Dimas berjalan menuju motornya dan segera membenarkan posisi motornya. Melihat hal itu, Pak Surya segera membantu Dimas. Ia juga tak lupa meminta maaf atas kejadian yang tak diinginkan ini.

"Saya minta maaf atas kejadian ini. Adik kamu akan saya antar sampai rumah dengan selamat," ucap Pak Surya.

"Kalau boleh saya minta kamu mengendarai motor pelan-pelan saja. Saya tidak mengerti rumah Elsa dengan baik," lanjutnya yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Dimas. Lalu, mereka segera menuju ke kendaraan masing-masing untuk meneruskan perjalanan menuju ke rumah Elsa.

****

Jangan lupa vote dan komen yaa
Share ke temen-temen kalian juga boleh banget

See you
Big love from me ♡

Lewat Garis BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang