Chapter 3

10 5 2
                                    

Playlist : CNCO, Manuel Turizo - Pegao

*****

"Azura apakah kau tahu dimana keberadaan Barclay? Aku merindukan otak jeniusnya," ujar Nicholas sembari menyalin tugas merangkum yang diberikan oleh Mr. Brando.

"Mungkin beristirahat. Dia terlalu banyak mendapat tekanan beberapa minggu ini. Biarkan saja, saat dia butuh kita. Dia pasti akan menelepon," jawab Azura yang sibuk dengan buku-buku sejarah.

"Sepertinya kau benar Sepupu. Dia meneleponku sekarang, kau mau mengangkatnya?" tanya Maxim. Azura hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mengambil ponsel milik Maxim.

"Darimana saja kau?" tanya Azura to the point pada Barclay.

"Hah? Aku baru tahu jika belakangan rumahmu memiliki hutan. Kau mau kita kesana?" Azura mengangguk-anggukan kepala mendengar celotehan Barclay.

"Baik, akan ku beritahu yang lain."

"Jadi ada apa? Apa terjadi sesuatu di hutan? Hutan mana?" tanya Cedric tidak sabar.

"Barclay meminta kita untuk datang ke rumahnya nanti sore. Orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis ke Maroko, jadi kita bisa menginap disana. Lagipula besok hari liburkan?" jelas Azura yang dibalas sorakan oleh yang lain.

"Yosh! Sudah lama aku tidak menggunakan wifi keluarga Carey. Pasti jaringannya sangat lancar!" ujar Nicholas dengan semangat. "Aku jadi tidak sabar untuk pulang!"

"Apa otakmu hanya terisi oleh gadget?" tanya Baron dengan bosan, bosan oleh Nicholas yang itu-itu saja.

"Jika aku diberi jawaban antara ya atau tidak, jawabannya tidak. Aku harus menghubungi pacarku setiap saat, kau tahukan bahwa mereka makhluk yang paling sulit dijinakkan?" Entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja Azura melempar tusuk gigi kepada Nicholas.

"Perempuan bukan binatang. Kau tahu itu kan?" Azura memiringkan sedikit kepalanya sembari menatap tajam Nicholas.

"Iya-iya aku tahu. Maaf, tidak akan ku ulangi lagi lain kali."

"Bagus, sadar diri itu harus!"

*****

Seperti yang dijanjikan oleh Azura. Kelima sahabat itu datang untuk menginap di rumah Barclay. Mereka mendapati Barclay yang sedang berenang di kolam renang samping rumah.

"Kenapa kau tidak mengajakku untuk berenang bersama? Dasar kau tidak setia kawan." Nicholas mulai melepas kemejanya lalu membuang kemeja mahal itu sembarangan. Lalu masuk ke dalam kolam renang dan mulai berfoto-foto.

"Ya setidaknya dia bisa diam di sana beberapa jam," ujar Baron dengan malas. "Jadi Barclay kenapa kau tidak masuk sekolah seminggu ini? Kau tahu, anak-anak sma Dalton membuat masalah disekitar pasar."

Barclay menatap Baron dengan penasaran, dia mulai keluar dari kolam renang dan menghampiri Azura. Bukan Baron. Baron yang merasa tidak dianggap keberadaannya pun berjalan menuju dapur. Dia punya misi sekarang, misi untuk menghabiskan semua isi kulkas milik keluarga Carey. Sedangkan Barclay berdiri di depan Azura dengan tatapan bertanya.

"Pakai dulu bajumu. Lalu kita bicara di ruang keluarga," ujar Azura sembari melangkah menuju ruang keluarga. Barclay hanya diam di tempat, lalu masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai 2.

"Aku benar-benar ingin tahu kenapa dia sangat sensitif dengan hal-hal yang berhubungan pasar daerah kita. Apa kau tahu Azura?" Maxim menoleh ke arah Azura dengan tatapan ingin tahu.

"Jika tidak salah, Barclay menyukai anak penjual sayuran di pasar itu."

"Azura... ada banyak sekali penjual sayuran di pasar. Kau mau aku menanyai mereka anak mereka satu-satu?" ujar Cedric kesal.

"kios sayuran paling sepi." Maxim dan Cedric seketika manggut-manggut. Tentu saja Barclay menyukai anak penjual sayuran itu. Benar-benar tipe Barclay.

"Baik, sekarang ceritakan padaku apa saja yang terjadi dalam seminggu ini," ujar Barclay yang baru turun dan langsung duduk di samping Azura.

"Jadi, para anak-anak Dalton itu mengambil uang milik para penjual. Aku melepaskan tim 3 di sana. Kurasa itu cukup untuk menekan tindakan mereka. Dan satu berita heboh selama seminggu ini, Alberto kalah dari murid baru," jelas Cedric.

"Murid baru? Siapa? Kalian mau memasukkannya ke dalam organisasi?"

"Tenang Barclay, kami tidak akan mengambil tindakan tanpa persetujuan darimu atau Azura. Dan nama murid baru itu Mike Myers, nama yang bagus bukan?" ujar Nicholas tiba-tiba. Tanpa rasa bersalah Nicholas masuk ke dalam dengan pakaian basah. Barclay hanya bisa memaki dalam hati.

"Jujur saja, terserah kalian mau memasukkannya ke dalam organisasi atau tidak. Aku merasa cepat lelah akhir-akhir ini, pikiranku juga sedang kacau. Jadi... mau bermain game konsol?"

Ucapan Barclay membuat keheningan sejenak, sebelum Baron datang dan berteriak. "Ayo kita bermain konsol! Aku sudah lama tidak bertarung dengan Nicholas!"

"Tentu saja Brother! Akan kukalahkan kau seperti biasa!"

*****

Seharian itu mereka habiskan waktu bersama-sama di rumah Barclay, tanpa keluar rumah. Berkumpul, bermain, makan, berbincang-bincang dan bercanda tawa bersama tanpa beban. Rasanya seperti hari paling damai dalam kehidupan.

"Aku sedikit kasihan dengan pengantar pizza tadi, wajahnya benar-benar terlihat tersiksa. Dan sepertinya film yang kita tonton akan segera berakhir," ujar Nicholas.

"Kau benar, 13 menit lagi Titanic akan selesai. Jadi film apa lagi yang akan kita tonton?" tanya Barclay yang sibuk mencari kaset film di rak buku."Indiana Jones? Jurassic World? Aqua Man? Avenger? Harry Potter? Disney? Maleficent 2? Frozen 2? Descendants 3? Yang mana?"

"Kau tahu aku masih belum selesai menonton Pirates Of Caribbean yang ke-6. Hm... jika tidak salah judulnya The Return Of Kraken ya?" tanya Maxim.

"Aku juga belum, aku baru saja menonton Salazar Revenge kemarin. Jadi bagaimana jika kita menontonnya bersama-sama hari ini?" balas Baron sambil memakan popcorn.

"Ide bagus! Aku juga ingin mendengar lawakan Jack." ujar Nicholas.

Ucapan Nicholas kembali membangkitkan tawa mereka. Tawa yang sangat merdu bagi Azura. Tawa yang sudah lama tidak dia nikmati, tawa yang dirindukannya, tawa yang membuatnya terasa lebih hidup walaupun hanya sehari.

'Akan ku lakukan apapun untuk membuat hari ini abadi selamanya. Hari paling damai yang ku rasakan. Bahkan akan ku serahkan hidupku hanya untuk hari ini.'

*****

Fipumk
21/05/2020

For My World, Please Be FineWhere stories live. Discover now