00

6.4K 753 152
                                    

Prolog

Jalanan Jakarta masih tetap ramai walau hari telah larut malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jalanan Jakarta masih tetap ramai walau hari telah larut malam. Amanda memeluk tubuhnya sendiri yang terbalut hoodie berwarna merah jambu. Pulang larut malam seperti ini merupakan keputusan yang salah. Ia selalu saja lupa waktu ketika pergi ke rumah Rose. Ah, seharusnya tadi ia memutuskan menginap saja di rumah Rose. Ia menghela nafas sambil menyusuri trotoar dengan hati yang terasa sakit.

Malam ini, ia tengah merasakan sindrom patah hati karena di putuskan sepihak oleh Mas Mantan. Namanya Jaehyun Saputra, teman akrabnya yang berwajah tampan, mempunyai postur tubuh tinggi layaknya seorang model papan atas, memiliki senyuman manis yang selalu menghiasi bibir tipisnya dan jangan lupakan dimple yang selalu menghiasi pipi tirusnya.

Amanda menengadahkan kepala sembari menguap lebar dan saat itu juga hawa dingin masuk ke dalam rongga mulutnya. Matanya mengeluarkan air mata lagi, padahal sudah banyak air mata yang sudah ia keluarkan ketika di rumah Rose. Memang tak ada habis-habisnya untuk Jaehyun. Dia merupakan sosok lelaki yang sangat Amanda cintai dari sekian lelaki yang menyandang sebagai kekasihnya. Masalahnya Amanda baru pertama kali berpacaran dengan teman akrab sendiri. Jelas, mereka sudah dekat dan sudah saling mengerti satu sama lain.

Amanda menghela nafas lagi. Ia melangkah menjauh menghindari keramaian menuju gang sempit yang selalu ia lalui untuk mencapai apartemennya. Gang sempit itu lumayan seram jika malam hari. Namun, Amanda tidak peduli. Karena itu merupakan jalan pintas paling cepat menuju apartemennya tanpa harus melewati jalan memutar. Lagipula ia ingin segera pulang dan siapa tau kakaknya masih ada di apartemennya agar ada tempat untuk bersandar.

Srek

Amanda menghentikan langkahnya ketika ia mendengar sebuah suara aneh. Ia menatap sekeliling, sedikit gelap, ia takut sesuatu hal mistis terjadi padanya di tempat ini.

Srek

"Siapa disana?"

Tak ada jawaban. Hanya terdengar suara derik jangkrik dengan gema suaranya sendiri. Merasa tak ada yang aneh dan mencoba untuk tidak peduli, Amanda kembali melanjutkan langkahnya.

Bruk

"Miauw..."

Amanda menghentikan langkahnya dan menatap ke arah seekor kucing yang kakinya terjepit di antara tumpukan-tumpukan genteng. Ia mendengus dan melanjutkan langkahnya dengan bergumam "Hanya kucing." Amanda tidak suka kucing, jadi ia tidak ada niatan untuk menolong kucing itu.

"Miauw miauw..."

Kucing itu mengeong lagi, membuat Amanda berbalik dan melihat ke arah kucing yang terjepit di antara tumpukan genteng itu. Kucing itu nampak berusaha membebaskan diri. Usaha yang ke sekian kalinya kembali gagal, sepertinya kakinya tak akan bisa lepas dari jepitan genteng.

Amanda melangkah mendekati kucing itu, mengangkat genteng-genteng yang menjepit kakinya dan perlahan mengangkatnya menuju tempat yang lebih aman. Kucing itu berbulu putih dan abu dengan mata yang tidak terlalu besar. Bulunya begitu lembut dan bersih, terlihat terawat. Amanda yakin, kucing ini punya majikan.

"Kamu kenapa bisa terjepit disitu?" tanya Amanda pada kucing itu. Ah, ia merutuki kebodohannya karena berbicara pada seekor kucing. Kucing mana mungkin mengerti bahasa manusia, pikirnya.

Kucing itu nampak tertatih, hendak melarikan diri dari Amanda. Namun, ia terjatuh lagi karena kakinya terluka. Amanda mendengus dan mendekati kucing itu. Ia menatap lehernya, mencari tanda pengenalnya. Namun ia tidak melihat apapun di sana.

Kucing itu menatap Amanda sejenak, dan berdiri lagi hendak pergi. Namun baru 3 detik pun ia sudah jatuh lagi.

"Ah, kucing bodoh ini." gerutu Amanda kemudian meraih tubuh kucing itu.

Kucing itu mengeong keras, kuku-kuku kakinya keluar mengenai kulit tangan Amanda, seolah-olah tak menginginkan di gendong Amanda.

Amanda mendengus dan meringis, karena tangannya terasa sakit ulah kuku tajam kucing itu.

"Diamlah kucing! Pikiranku sedang kacau. Lagi pula aku hanya menolongmu. Kalau sudah selesai, akan kubuang kau ke pasar!"

Anehnya kucing itu berhenti mengeong ketika Amanda selesai berucap. Amanda mengerutkan kening, tak lama kemudian ia pun tersenyum. Sepertinya kucing itu mengerti dengan perasaannya sekarang.

"Kelihatannya kau mengerti omonganku ya kucing?" gumam Amanda sambil membawa kucing itu pergi dari sana. Sesekali ia mengusap bulu kucing itu.

Pikirannya jadi tidak sekacau tadi setelah kucing itu diam, seolah-olah mengerti dengan perasaannya.



To be continued.




Jangan lupa vote dan komen!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen!

Funny Cat ; WinwinWhere stories live. Discover now