Chap 4

269 42 2
                                    

Vote dan comment nya ga boleh lupa!
Sekian.

"Terkadang aku berpikir. Kenapa aku berjuang begitu KERAS untuk hal yang belum tentu JELAS"

~Tet

"Revi, ayok" Seru Nia dari depan kelas, dibalas anggukan oleh Revi. Mengambil tas nya lalu berjalan menuju depan kelas disusul oleh chandra.

"Wah wahh, ada apa nih? Kalian pulang bareng??" Tanya Chandra.

"Iya dong" jawab Nia Senang.

"Udah ada kemajuan yah. Good luck Nia" Chandra mengusak rambut Nia.

"Apaan sih chan! Kusut nih jadinya" Gerutu Nia kesal.

"Ehehe maaf. Lagian lo gemesin amat sih" Chandra mencubit pipi Nia gemas.

"Uhhh sakit!" Nia menggeplak tangan Chandra

"Mending lo pulang deh, rusuh amat sih" Revi memandang sinis Chandra.

"Woo.. Oke gua bakal pulang, jangan lupa senang-senang okeyy!" Ujarnya sambil berlari menjauh.

"Cepat" Revi memandang Nia sinis. Lalu berjalan duluan disusul nia dibelakangnya. Sepertinya mood revi buruk. Jadi nia tidak mau menambah buruk mood pangerannya itu(?).

Sesampainya dimobil Nia langsung duduk di bangku belakang. Emang seharusnya seperti itu bukan? Selama di perjalanan hanya hening yang tercipta. Tak ada niat untuk berbicara ataupun mendengarkan lagu untuk melepas kesunyian.

"Eum, Revi. Kamu oke?" Tanya Nia memastikan. Raut wajah Revi sekarang benar-benar tak bersahabat.

"Diam" suruhnya.

Oke. Daripada dia dimarahin. Diam lebih bagus untuk saat ini. Saat dia menghampiri Revi tadi wajahnya terlihat baik-baik saja. Tapi saat dia mulai berbicara dengan Chandra wajahnya berubah. Seperti tak suka(?) ini bukan seperti tatapan tak suka seperti biasanya. Tatapan ini seperti.. Entahlah! Mungkin tatapan cemb-

"Turun" Suara berat Revi membuat Nia sadar dari lamunannya. Tunggu! Diatadi disuruh turun? Bahkan ini belum sampai di depan rumah Revi. Apakah dia disuruh berjalan kaki dari sini-

"Lo ga dengar?" Tanya Revi.

"Eum. Itu.. Tapi kan kita belum sampai dirumah" Jawab Nia takut-takut.

"Huh, kata lo tadi mau beli kertas. Cepetan beli sana" Tunjuk Revi ketoko Fotocopy yang lumayan besar. Yah mungkin disitu lengkap.

"Oh, maaf. Aku lupa" Nia menepuk jidatnya. Lalu segera membuka pintu mobil dan keluar. Tapi-

Brukk!

"Aduh" Jerit Nia tertahan. Dia barusan di serempet motor dari arah berlawanan dan dirinya jatuh bersamaan dengan motor dan pengendaranya.

"Astaga, lo ga liat gua? Hah?!" Bentak Bapak-bapak(?).

"Ma-maaf pak, saya tadi tidak melihat dulu" Ujar Nia yang sekarang susah payah untuk berdiri. Sepertinya lututnya terluka karena ada bekas darah di rok yang dipakainya.

"Maaf? Gua ga mau tau! Lo ganti rugi kerusakannya. Dan juga hp gua retak gara elo"

"Baiklah, saya akan ganti rugi. Saya minta alamat bapak, nanti malam saya antar uangnya karna saya tidak bawa uang lebih saat ini"

"Saya ga mau. Bisa saja kan kamu bohong? Pokoknya saya minta ganti ruginya sekarang juga"

"Eumm.. Gimana kalau jam tangan saya ini? Mungkin cukup" Tawar nya sambil memperlihatkan jam tangan mahal yang ada di tangan kirinya.

Big Body ✔Where stories live. Discover now