18|Pray 🌙

44 10 2
                                    

" Sudah... Sudah... " Ucap Sa'id sambil menghapus air mata gadis di depannya itu.

Nadira akhirnya mengangkat dagunya, kedua matanya menatap Sa'id ragu. Kenapa lelaki itu masih perhatian padanya? Kenapa saat teman temannya mulai meragukannya lagi lelaki itu justru masih setia di samping Nadira.

" Gw antar lu ke apartemen ya... Jangan nangis lagi. " Titahnya.

Sa'id membantu Nadira bangun. Lalu, lelaki itu merangkul tubuh Nadira. Rasanya Sa'id tak bisa meninggalkan gadis itu dulu sesaat, karena bagaimana pun ada sesuatu yang pasti ingin dia sampaikan. Sebenarnya Sa'id juga sedikit kecewa dengan perbuatan Faad tadi.
.
.
.
.
.
.

" Pakai ini.... " Ucap Sa'id sambil memberikan sebuah headphone yang sudah dia sambungkan di HPnya.

Lelaki itu berniat menghibur gadis di sebelahnya itu dengan cara menyuruh gadis itu mendengarkan beberapa lagu dari nissa sabyan. Mungkin itu aneh apalagi mengingat Nadira berstatus non islam, sudah di pastikan tidak menyukai lagu seperti itu.

" Gw harap lu bisa tenang... " Desisnya sambil mengelus rambut Nadira.

Nadira memejamkan kedua matanya, gadis itu merasakan ada sesuatu yang aneh setelah mendengar lagu dari nissa sabyan itu.

" Sa... Sa'id... " Rintihnya. Mata sayupnya menatap wajah lelaki di sebelahnya itu.

" Kenapa?  Lu butuh sesuatu? "

Pertanyaan dari Sa'id itu membuat Nadira menggeleng, bukan itu yang di inginkannya. Nadira ingin membuka rahasia besarnya, tetapi sangat disayangkan tak ada orang yang mempercayainya.

" Bukan...  " Desisnya.

" Lalu? "

Nadira tak menjawab pertanyaan dari Sa'id itu. Gadis itu langsung memeluk tubuh lelaki di sebelahnya. Pikirnya Sa'id akan langsung melepaskan pelukannya itu,  tetapi pikirannya itu salah Sa'id justru tetap terdiam dan tak membalas apapun.

Reaksi dari Nadira itu membuat Sa'id terdiam. Tak ada di pikirannya untuk melepaskan pelukan gadis itu,  tetapi tak ada di pikirannya untuk membalasnya. Rasanya dia sangat canggung melihat reaksi itu.

" Makasih... Makasih... " Rintihnya membuat Sa'id tak tega dengan gadis itu. Refleks Sa'id langsung meletakkan telapak tangan kanannya di pucuk kepala Nadira.

Entah kenapa Sa'id merasakan ada yang ingin Nadira sampaikan, mungkin ini berhubungan dengan orang terdekatnya.

" Udah jan nangis....  " Ucap Sa'id yang mengatakan hal itu lagi. Entah sudah berapa kali Sa'id mengatakan itu karena dia tak bisa menghibur gadis di sebelahnya.

" Lu percaya sama gw kan? " Tanya Nadira yang kembali menatap mata Sa'id.

Sa'id terdiam dia benar benar ragu ingin menjawab apa,  mengingat hampir sepenuhnya Sa'id berpendapat seperti temannya itu. ' Nadira itu licik. ' Kalimat itu selalu terngiang di kepala Sa'id, saat ada seseorang yang menanyakan seperti ini.

" Lu juga pasti meragukan gw...  " Tukas Nadira sambil memalingkan pandangannya seolah bisa membaca pikiran lelaki di depannya.

Sa'id refleks memutarkan tubuhnya,  lalu memegang kedua pundak Nadira dengan kedua tangannya. Kedua matanya menatap Nadira sangat lembut, sebisa mungkin Sa'id menepis pikiran buruknya itu.

" Berhenti bilang gitu.... Gw bakal di samping lu di saat lu down kayak gini.. Selama lu gak salah gw bakal percaya sama lu. "

" Thanks. "

Sa'id mengangguk. Kedua matanya masih menatap lirih Nadira,  lelaki itu benar benar merasa simpatik dengan gadis di sebelahnya.

" Andai saja gw bisa suka sama lu.. Bukan Faad,  mungkin gw termasuk gadis beruntung sama seperti Cadenza. " Gumam Nadira dan seketika Sa'id langsung mengernyitkan dahinya.

Blood MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang