14. Run!

344 41 15
                                    

People change and forget to tell each other.
.

.

.

Beberapa waktu pun berlalu, semua naga kembali ke tempat mereka masing masing, kecuali Kuroko yang di kurung di kamarnya oleh Akashi agar dia tidak pergi kemanapun.

"Tetsuya,

Aku dengar kamu tidak mau makan beberapa hari ini?" ucap Akashi mendekati Kuroko dan mengusap lembut rambut baby blue Kuroko.

". . ."

"Ingat, kau tak akan mati, aku tak akan mati,

Dengan tidak makan kau hanya akan menyiksa dirimu,

Karena kematian takkan pernah datang menyambut" ucap Akashi menyentuh wajah pucat Kuroko dan mengarahkannya padanya.

"Akashi-sama" ucap Kuroko lemas.

"Katakan-" ucap Akashi mulai tersenyum seolah tak ingat apa yang telah ia lakukan beberapa waktu lalu.

"Bagaimana bisa Akashi-sama melakukan itu?" ucap Kuroko akhirnya menatap Akashi dengan tatapan putus asa.

"Bagaimana kau bisa membunuh anak anakku?

Kau tahu betapa sakitnya yang aku rasakan?

Akashi-sama?" ucap Kuroko mengigit bibirnya seolah darah akan segera keluar sebentar lagi.

"Aku tah-" ucap Akashi mencoba menghapus air mata Kuroko.

"Akashi-sama tidak tahu! (Sesaat menatap Akashi begitu dingin)

(Mengambil napas lalu dia kembali tenang)

Kalau Akashi-sama tahu apa yang aku rasakan,

Akashi-sama takkan melakukannya" ucap Kuroko menahan air matanya.

"Aku melakukannya untukmu" ucap Akashi memeluk lembut Kuroko, satu tangan di pinggangnya, satu tangan di belakang kepala Kuroko, menyentuh rambutnya lembut.

"Apa?" ucap Kuroko mulai tak mengerti.

"Aku tidak membutuhkan siapapun selain kau... Tetsuya.

Kalau kau pergi lagi seperti yang terakhir kali,

Maka aku tak tahu apalagi yang akan aku lakukan, untuk membuatmu tetap di sisiku.

Meski mereka harus menjadi bayarannya" ucap Akashi tiba tiba mencengkram kepala dan pinggang Kuroko bersamaan,

". . ."

"Dari awal ini adalah salahmu, Tetsuya.

Dengan keabadian ini,

Kemanapun kau pergi aku tak perlu takut lagi kau akan meninggalkanku dan pergi bersama dewa kematian,

Dengan keabadian ini,

Kalaupun kau pergi,

Aku hanya perlu mencari mu" ucap Akashi dan melepaskan kedua tangannya, lalu mengecup lembut bibir Kuroko.

"Anh Mnph?" Kuroko terkejut karena tiba tiba Akashi menciumnya,

"Sekarang kau mengerti bukan?

Tak ada gunanya menyiksa dirimu,

Jadi buka mulutmu dan makanlah" ucap Akashi tersenyum kemenangan, dia menyuapi sesendok demi sesendok bubur yang di siapkan untuk Kuroko.

Dan Kuroko mulai diam membisu, melakukan apapun yang Akashi inginkan,

Makan, tidur

Makan, tidur

Dan begitupun sampai kondisi Kuroko mulai membaik kembali.

.

.

.

Hubungan Kuroko dan Akashi semakin hari semakin baik, Kuroko akan melayani Akashi setiap Akashi menginginkan nya,

Seperti yang diinginkan Akashi, Kuroko selalu berada di sisi nya.

Tanpa tahu malam ini adalah malam dari rencana Kuroko,

"Akashi-sama mau kemana?" gumam Kuroko setengah tertidur, sebenarnya ini sudah bagian dari rencananya.

"Mengambil air minum, apa kau mau-?" namun belum sempat Akashi turun dari kasur nya,

"Ini minumlah, aku tadi membawanya" ucap Kuroko memberikan segelas air ke tangan Akashi, tanpa tahu sebenarnya Kuroko sudah memberikan ramuan tidur yang sangat kuat, tidak berasa dan tidak berbau namun sangat manjur.

Cup

"Arigatou~

glup

Glup

Glup" Akashi langsung meminumnya setelah mengecup singkat kening Kuroko.

"Akashi-sama" ucap Kuroko sesaat setelah Akashi meminum semua airnya.

"Ada apa Tetsuya?" Akashi mendekati wajah Kuroko,

"Amnpp ahnnn ahhhh~" Kuroko tiba tiba mencium Akashi dalam, membuat Akashi kehilangan rasa kantuknya.

"Hmp~

Kau selalu bertindak di luar perkiraan ku,

Apa tadi malam kurang untukmu, Tetsuya?" ucap Akashi tersenyum jail, namun saat ia tengah mencium Kuroko tiba tiba dia merasa aneh,

". . ."

"Tetsuya!?

Apa yang kau lakukan!?" ucap Akashi tiba tiba membentak Kuroko,

"Hari dimana Akashi-sama membunuhku,

Pada hari itu tak ada lagi perasaanku untuk mu, Akashi-sama,

Karena itu,

Sayonara~" ucap Kuroko untuk terakhir kalinya, tentu saja Akashi tidak tinggal diam dia hendak menarik tubuh Kuroko dan menggenggamnya erat agar Kuroko tidak pergi kemanapun,

"Egh?!!" mata Akashi terlalu berat, kepalanya mulai pusing bila dia tidak segera menutup matanya,

.

.

.

Lagi harinya, Kuroko sudah tidak ada di sisi Akashi,

"TETSUYA!?" Akashi sangat panik padahal dia baru saja bangun,

"Aku tak bisa merasakan keberadaan Tetsuya meski hanya setitik?" tentu saja Akashi tidak bisa merasakannya,

Karena semalam, Kuroko memberikan seluruh energi spiritual nya pada Akashi, kini Kuroko hanya siluman naga terpilih tanpa energi spiritual dan abadi, tidak lebih atau kurang,

"Ha?

Hahahahaha" Akashi tertawa getir, dia telah menghabiskan waktu begitu lama untuk bisa bersama Kuroko,

Membutuhkan waktu begitu lama untuk merencanakan pengorbanan anak anaknya, yang tentu akan membawa kemarahan Kuroko,

Namun itu semua hanya untuk menjaga Kuroko tetap di sisinya selamanya,

Dan kini semua sia sia, Kuroko terus melarikan diri dari sisinya,

"Sampai kapan kau menguji kesabaran ku, Tetsuya?

Hmp!?

Tetsuya, kau hanya bisa bersembunyi,

Tapi takkan bisa lari dari ku"

.

.

.

TBC

8 Naga Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang