WYLS #12

774 114 21
                                    


Happy Reading;)

****

"Wen?"

Wendy yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah jadi mengurungkan niat ketika suara seseorang memanggil namanya. Bukan Mark. Karena laki-laki itu sudah pergi satu menit yang lalu.

"Jae?"

Tak jauh dari tempatnya, Jae tengah berdiri menatap Wendy dengan tatapan yang Wendy sendiri tidak bisa mengartikannya.

"Hape lo dimana?"

"Ada kok di tas. Kenapa?" tanya Wendy heran ketika tiba-tiba saja Jae menanyakan perihal ponselnya.

Sontak Jae mendengus yang terdengar kesal. Menatap tak suka ke arah Wendy yang menatapnya dengan kebingungan.

"Buang aja hape lo!"

Sontak Wendy tergelak. Jae tiba-tiba menaikkan nada suranya dan menyuruhnya untuk membuang ponselnya.

"Hah?" Wendy linglung. "Ke-kenapa?"

"Gue telpon lo bisa sampe ratusan kali tapi lo nggak angkat?! Apa gunanya lo bawa hape sih, wen?!"

Lagi-lagi Wendy terkesiap. Tidak bisakah Jae tidak perlu menyentaknya? Tidak taukah kalau dia menjadi takut ketika menghadapi Jae yang sedang seperti ini.

Wendy tau, Jae terlihat marah. Matanya memerah dan rahangnya yang mengeras. Bahkan Jae juga tak segan-segan membentaknya.

"Kemana aja? Ini udah jam sebelas malem dan lo baru pulang?!"

"Gue nungguin lo disini dari siang karna gue khawatir sama lo?!"

"Tapi lo bahkan nggak ada niat buat ngabarin gue!!" Jae menjeda sebentar. Menghela napas untuk sedikit mengendalikan emosinya. "Sesepele itu gue buat lo?"

Wendy tertunduk takut untuk menatap ke arah Jae yang benar-benar sedang marah padanya. Ini adalah yang pertama kalinya Jae semarah ini. Dia tidak tau kalau hanya dengan tidak menjawab telepon, Jae akan semarah ini.

"Ma-maaf.. Jae.. Tapi tadi akuㅡ"

Jae berdecak. Sontak berhasil menghentikan ucapan Wendy.

"Udahlah! Lo emang nggak pernah anggep gue penting," cercanya malasan.

Lantas Jae membalikan badan hendak pergi dari sana. Namun sebelum itu dia berhenti sejenak. Tanpa menoleh ke arah Wendy, Jae kembali mengatakan sesuatu.

"Oh ya, selamat buat jadiannya."

"Sekarang lo punya cowok. Jadi kehadiran gue nggak lo butuhin lagi."

Selanjutnya kaki jenjang milik Jae kembali melangkah pergi dari hadapan Wendy yang semakin termangu akibat ucapannya yang terakhir tadi.

Wendy bungkam. Dia kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Jae. Bahkan untuk mencegah laki-laki itu pergi, bibirnya terasa kelu untuk memanggil.

Mata Wendy yang merah dan memanas, tanpa sadar mengeluarkan cairan bening yang jarang sekali dia keluarkan.

Ini kali pertama Jae marah besar padanya. Dan ini juga kali pertama dia menangis karena Jae.

When You Love Someone[✔️]Where stories live. Discover now