Epilog

1.1K 102 14
                                    


Happy Reading:)

....

Satu minggu sejak keberangkatan Mark ke Kanada. Sejak itu pula Wendy menjadi sosok yang nampak berbeda dari kelihatannya. Dia yang awalnya tidak peduli pada laki-laki, sekarang semakin tidak peduli. Dia seperti menutup diri pada laki-laki yang tidak dikenalnya. Tentu saja terkecuali Jae.

Sampai sekarang Wendy dan Jae masih berteman seperti sebelumnya. Tidak ada kecanggungan antara mereka. Yang berbeda adalah mereka jadi lebih terbuka satu sama lain.

Dan sosok Mark, tidak mungkin sosok yang satu ini dengan mudah menghilang dari hati dan pikiran Wendy. Perasaan gadis itu masih sama, tak berubah sama sekali. Justru dia malah semakin memendam rasa rindu yang tidak bisa dia luapkan.

Meski di luar Wendy nampak beraktivitas seperti biasa. Namun ketika malam tiba, gadis itu menangis sembari berbaring menunggu kantuk datang hingga tertidur dengan sendirinya.

Yang muncul di pikirannya setiap malam sebelum tidur hanyalah satu sosok, yaitu Mark. Dia memikirkan apa yang laki-laki itu sedang lakukan? Apa laki-laki itu juga memikirkannya? Atau bahkan juga merindukannya?

Sungguh, memikirkan itu saja membuat Wendy merasa gila. Dia sangat merindukan sosok Mark dengan senyum yang menyenangkan itu. Dan senyum itu masih ada di bayangannya dengan sangat jelas.

Wendy selalu tidak bisa tidak menangis ketika bayangan Mark muncul di kepalanya. Yang paling membekas adalah penyesalannya malam itu. Betapa bodohnya dia yang membohongi perasaannya sendiri. Dan sekarang dia juga yang tersiksa sendiri.

Harapan tidak mungkin Wendy adalah memutar waktu kembali. Sementara dia juga sangat berharap Mark cepat kembali. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana selanjutnya. Satu minggu saja sudah hampir membuatnya gila.

Bunyi notifikasi dari ponsel yang tergeletak di atas kasur itu menarik perhatian Wendy ketika gadis itu baru saja masuk ke dalam kamarnya. Kaki mungil gadis itu membawa tubuhnya menghapiri benda tersebut.

Wendy mengambil benda pipih canggih berwarna putih itu. Jari-jari menyentuh layar benda tersebut. Membuka kunci layar dan menekan notifikasi chat yang baru masuk.

Jaebum
Kalo lo mau jujur sama perasaan lo, masih belum terlambat. Lo bisa hubungi ke nomor yang ini buat jujur.

Jaebum
Jangan sampai lakuin kesalahan lagi.

Wendy menatap dengan kerutan dahi kecil pada isi chat dari Jaebum yang mengirimkan sebuah nomor telepon milik negara luar. Tanpa bertanya, sebenarnya dia tau siapa pemilik nomor ini.

Jelas saja jawabannya adalah Mark.

Gadis berpipi bulat itu menggigit bibir bawahnya bimbang. Menimang-nimang apa yang harus dia lakukan. Apa dia harus menghubungi nomor itu atau tidak?

Selama beberapa menit lamanya Wendy hanya diam dengan pikirannya yang berputar keras, gadis itu akhirnya tersadar. Sesuatu telah menggerakan hatinya. Otaknya memerintahkan otot tangannya agar mengetikan sesuatu di atas layar ponselnya.

To:xxxxxxx (Mark)
Mark, aku minta maaf. Harusnya malam itu aku jujur sama kamu. Kalau aku nggak bersikap bodoh, pasti kamu masih ada disini sekarang.
Aku yang nggak sadar sejak awal kalo kamu tulus. Aku yang terlalu bodoh karna nggak bisa lihat kejujuran di mata kamu. Aku minta maaf...
Asal kamu tau setelah kamu pergi, ada satu hal yang paling bikin aku menyesal. Kenapa aku harud bohong malam itu? Kenapa aku juga nggak tau kalo kamu bakalan pergi?
Cepet pulang Mark.. Biar aku bisa langsung bilang apa jawaban sebenernya buat pertanyaan kamu malam itu.
Dan satu lagi, gelang kamu masih aku simpen. Aku dan gelang ini nunggu kamu pulang.






When You Love Someone[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang