Chapter 4

1.6K 180 25
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.

"Aku akan memberinya pelajaran."

"T-tunggu. Maksudmu-"

"Tidak." Potong Mark.

"Aku tidak melakukannya pada orang mabuk."

"Kau yakin?" Jungwoo ragu tentu saja.

"Ya. Sebaiknya kau pulang, sudah hampir tengah malam."

Jungwoo membelalakan matanya. Benar saja, saat ia melihat jam didinding jam tersebut menunjukkan angka 11, yang artinya sebentar lagi gerbang asrama akan ditutup.

"Baiklah, aku pulang dulu." Dengan segera Jungwoo berdiri dan mengambil langkah untuk keluar ruangan itu.

Saat sudah meraih gagang pintu Jungwoo berbalik dan menatap Mark. "Tapi, aku benar benar bisa memegang ucapanmu kan?" Tanya Jungwoo sekali lagi.

Mark hanya memberikannya senyuman sebagai jawaban. Jungwoo tidak tahu apa arti senyuman tersebut. Haruskah ia tinggal? Sepertinya itu ide yang buruk.

"Hanya saja... Jangan terlalu kasar padanya. Dia ada kelas besok." Setelah mengatakan hal tersebut Jungwoo memutuskan untuk pergi.

Setelah kepergian Jungwoo, Mark menatap Haechan yang berbaring di kasurnya. Jika boleh jujur, Haechan sangat manis saat ini. Bulu mata lentiknya, hidung bangirnya, pipinya yang sedikit tembam dan juga memerah karena efek alkohol. Jika saja Haechan tidak bersikap kekanakan mungkin itu akan lebih baik.

Dan jika Mark boleh jujur lagi, Haechan adalah tipenya. Karena Haechan adalah kombinasi sempurna dengan semua hal yang disukainya.

"Tapi kau membenciku."

Mark muak dengan kenyataan yang ada, juga apa yang telah Haechan lakukan terhadapnya. "Jangan lupakan fakta bahwa kau yang memulai semua ini."

Mark mulai membuka kancing kemeja milik Haechan dan dengan cepat melepaskannya dari tubuh pemiliknya.

"Apa kau tahu? Saat ini kau seperti seorang anak kecil yang lucu." Mark bergumam sambil menyentuh bulu mata lentik yang saat ini sudah menjadi favoritnya dengan lembut.

"Tapi jika kau sudah terbangun, kau akan menjadi seseorang yang sangat menyebalkan."

Mark pun membenarkan posisinya dengan mengukung Haechan dibawahnya. Ia mulai menciumi leher Haechan dan memberi tanda disana.

Haechan mendesah dibuatnya. Dengan tidak sadar ia melingkarkan tangannya di leher orang yang berada diatasnya, memperdalam cumbuan Mark pada leher jenjangnya.

Mark mencium, menghisap, bahkan menggigit setiap inci tubuh Haechan. Membuat tanda kepemilikan yang tak terhitung jumlahnya. Tubuh Haechan menjadi basah dibawah bibirnya.

Ia ingin memastikan Haechan dapat melihat bercak merah keunguan ini berada di kulit tan nya yang indah.

"Aku penasaran bagaimana reaksimu esok saat kau tahu bahwa kau tidur bersama seorang gay semalaman."

Awalnya Mark ragu, Namun dengan pasti Mark menempelkan bibirnya pada bibir Haechan. Melumat bibir manis itu yang sebelumnya digunakan untuk mengumpatinya.

Ciuman itu tak berlangsung lama. Karena Mark sudah melepaskan tautan mereka berdua.

Mark pun merebahkan dirinya disamping Haechan dan menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk roommatenya itu. Kemudian ia menyelimuti tubuh mereka berdua sebelum mempersiapkan diri untuk tidur.

"Selamat malam Haechan."

🍭🍭🍭

"Haechan, bangunlah."

ROOMMATE | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang