Chapter 6

1.6K 143 15
                                    

"Kenapa kau tersenyum?!"

Mark menghampiri Haechan yang masih berada diatas kasur dengan senyum yang semakin melebar.

Melihat Mark mendekat Haechan pun dengan cepat membungkus dirinya menggunakan selimut. Sial, ia sangat malu. Ini pertama kalinya ia melakukan hal semacam ini didepan orang lain.

"Karena..." Mark menggantungkan kalimatnya dan malah memandang Haechan dengan pandangan mengejek.

"Apa yang kau lihat?! Keluar!"

"Mengapa aku harus keluar?"

Haechan bungkam, jadi Mark meneruskan ucapannya. "Bukankah kau yang seharusnya keluar? Kau tahu persis ini kamar bersama. Ah... Apa kau berusaha menggodaku?"

"Tidak! Aku sangat membencimu. Bahkan aku tak mau bernafas dengan udara yang sama denganmu!"

Haechan menjeda sebentar ucapannya. "Aku tidak mengerti mengapa aku harus berbagi kamar dengan orang sepertimu. Apa ayahmu tidak menyayangimu sebagai anaknya? Itulah mengapa kau menyukai laki laki?"

Mendengar perkataan Haechan yang menurutnya sudah keterlaluan Mark pun menarik kerah roommatenya itu lalu mendekatan wajah mereka sebelum berkata dengan tajam. "Jangan pernah sekali kali kau hina ayahku."

"A-apa yang kau lakukan." Haechan panik karena wajah mereka sangat dekat. Benar benar sangat dekat.

"Aku sudah muak dengan sikapmu." Setelah berkata seperti itu Mark pun membuang selimut yang menutupi tubuh telanjang -pada bagian bawah- Haechan dan mengukung tubuhnya, juga menahan tangan Haechan agar si empunya tidak bisa memberontak.

"LEPASKAN AKU!" Teriak Haechan.

"TENDANG AKU! PUKUL AKU! AKU MENANTANGMU!" Balas Mark juga berteriak.

"Kubilang lepaskan!"

"Kenapa aku harus menuruti perkataanmu?!"

Tubuh Haechan bergetar saat Mark dengan cepat memegang penis miliknya yang belum sepenuhnya tertidur setelah pelepasannya tadi.

Dengan suara yang juga bergetar, ia memohon pada Mark. "Kumohon lepaskan aku."

Melihat itu Mark tertawa. "Kemana perginya bajingan kecil yang menghina ayahku?"

"Kumohon Mark."

Mark tidak mengidahkan perkataan orang dihadapannya itu dan malah semakin meremas milik Haechan.

"L-lepaskan aku, ahh..."
Mark tahu benar bagaimana cara menyenangkan seorang pria. Ia menggerakkan tangannya dan mulai bermain main dengan adik kecil Haechan.

"Kumohon jangan sakiti aku." Suara Haechan mulai tersenggal, perasaan itu muncul lagi, perasaan takut yang amat mendalam.

Mark tidak juga berhenti, Haechan mencoba untuk memberontak sambil memohon padanya untuk berhenti tapi itu tidak berhasil. Sampai akhirnya ia telah larut pada rasa takutnya.

"Hiks, Ku mohon Mark, hentikan. Jangan sakiti aku."

Haechan mulai menangis. Ia masih memohon kepada Mark. Tapi Mark hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk dia artikan.

"Aku minta maaf. Kumohon lepaskan aku." Ucap Haechan sesegukan.

Melihat itu Mark menghela napas dan mulai menenangkan Haechan yang menangis. "Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu." Namun bukannya tenang tangisan Haechan malah semakin menjadi jadi.

"Kau keras Haechan, Aku akan membantu mu keluar. 'Hanya' membantumu keluar, Oke? Aku tidak akan menyakitimu."

Tangan Mark kembali bergerak dibawah sana. Kali ini ia tidak bermain main, ia hanya akan membantu Haechan agar cepat mendapatkan pelepasannya.

ROOMMATE | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang