✉ 15 || Vienna Esterina Elara

1.7K 291 42
                                    

Duh, tiba-tiba aku merasa bersalah karena membiarkan Riga melakukan penyelidikan sendirian. Sebenarnya aku bingung kenapa cowok itu berkeras mengajakku bergabung dengannya. Aku memang sedikit penasaran dengan keganjilan pemilihan Raja dan Ratu Sekolah ini. Tapi setelah melihat keadaan Anna kemarin, nyaliku jadi ciut.

Aku masih cukup waras untuk tidak mencari gara-gara dengan Raja dan ratu tahun lalu. Mereka tampak sangat berkuasa. Aku tidak mau kalau hidupku yang damai ini berubah jadi tidak menyenangkan hanya karena aku begitu kepo dengan hal-hal yang seharusnya memang tak kuketahui.

Sekarang aku harus bagaimana? Aku melihat ke gedung sekolahku yang gelap gulita. Apa aku harus kembali ke sana?

Tapi entah atas komando siapa, kaki nyatanya berjalan kembali memasuki sekolahku. Otakku terus-terusan meneriaki agar aku pergi saja dari tempat terkutuk ini. Namun ternyata hatiku lah yang menuntun langkahku hingga sampai di ujung koridor gedung kelas.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari sosok Riga. Pokoknya cowok itu harus bertanggung jawab kalau sampai aku celaka. Dia yang membuatku memutuskan untuk batal pulang dan malah kelayapan di gedung yang gelap ini.

Aku mendengar percakapan dari ruangan di sebelah tangga. Aku mencoba mendekat ke sana. Aku melihat Raja dan Ratu tengah berdiri menghadap ke sesuatu yang tergeletak di lantai. Keduanya masih menggunakan topeng, tapi tidak dengan jubah kebesaran mereka. Persis seperti kemarin malam saat mereka berusaha melenyapkan Anna. Kali ini aku bisa melihat Raja dan Ratu menggunakan baju berwarna hitam yang senada.

"Hey," bisik seseorang di telingaku.

Jantungku terasa berhenti berdetak barang beberapa detik. Rasanya tubuhku lemas. Aku membalikkan badan dan menyender pada tembok. "Kamu gila ya? Bikin aku kaget aja."

"Lho, gue kan cuma bilang 'hey'. Memangnya salah?"

Aku menghela napas. Percuma berdebat dengan cowok satu itu. Aku memilih tidak mempedulikan kehadiran Riga. Aku kembali mengintip aktivitas Raja dan Ratu di dalam sana.

"Kita nggak bisa terusin pemilihan ini," ucapan Ratu terdengar samar-samar.

Raja tampak menggeleng, "Nggak mungkin tahun ini sekolah kita nggak punya Raja dan Ratu. Kamu pikir semua bisa berjalan dengan baik tanpa adanya Raja dan Ratu?"

"Kamu mau nanggung risikonya?" Ratu bertanya dengan dingin. Sepertinya, mereka tidak harmonis sebagai Raja dan Ratu. "Ya sudah, kita lihat besok. Kalau kejadian ini masih terulang. Kita hentikan seleksinya."

"Hey, kamu lupa ya. Bukankah dulu saat seleksi angkatan kita, dua orang terluka dan empat lainnya menghilang. Kita menjadi Raja dan Ratu karena berhasil bertahan sampai akhir. Coba kamu pikir, kenapa pemilihan ini selalu memakan korban, ini karena yang akan menjabat sebagai Raja dan Ratu Sekolah haruslah tahan banting."

"Sekarang berhenti bahas itu dan segera bawa cowok ini pergi dari sekolah. Aku akan membereskan tempat ini terlebih dahulu."

Raja tampak mengangguki ucapan Ratu. Ia memapah Doni keluar dari ruangan itu. Ratu seperti biasa, ia membereskan TKP hingga kembali seperti semula.

Jujur saja, aku bingung dengan obrolan mereka tadi. Kenapa aku menyimpulkan kalau ini semua bukan ulah Raja dan Ratu. Tapi kalau bukan mereka, siapa lagi yang memilik kekuatan untuk melukai para kandidat?

o0o

Begitu Ratu pergi dari ruangan itu, aku dan Riga segera mengecek ke sana. Tapi ruangan itu sudah benar-benar bersih. Bahkan bau anyir darah tampak tidak tercium lagi. Aku baru tau kalau sebagai seorang Ratu, ia harus bisa bersih-bersih dengan baik.

Oh sial, lagi-lagi aku dan Riga tidak bisa menemukan apa-apa. Aku jadi merasa telah membuang-buang waktu kalau begini. Aku melirik ke jam tangan yang dipakai Riga. Sepertinya sekarang sudah pukul sepuluh malam. Aku harus segera pulang.

"Udah nggak ada apa-apa kan? Kayanya, aku harus pulang sekarang." Aku berpamitan pada Riga.

Cowok itu mengangguk. Kami pun berjalan keluar dari area sekolah. Tapi belum sempat kami mengakses pintu gerbang, sebuah mobil berwarna putih tampak melaju cepat memasuki pelataran sekolah. Ketika mobil telah berhenti, aku bisa melihat empat orang berpakaian serba hitam tampat turun dari mobil itu. Mereka sepertinya terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan. Siapakah mereka?

o0o

Aku akhirnya memutuskan untuk mengikuti kata Riga. Jadilah kami sekarang sedang mengendap-endap menuju ke bagian belakang sekolah. Ya, kami tengah menguntit orang-orang berpakaian serba hitam itu.

Aku bisa menilai kalau mereka dari kalangan atas. Mereka mengenakan pakaian rapi. Yang laki-laki menggunakan pakaian formal dengan kemeja dan celana warna hitam. Yang perempuan tampak menggunakan gaun formal yang berwarna hitam pula.

Cara jalan mereka tampak tegas dan elegan. Aku bisa merasakan aura mengintimidasi yang kuat dari orang-orang berbaju hitam itu. Juga mereka tampaknya bukan orang yang bisa diajak bercanda. Bahkan dengan rekannya pun, mereka berbicara dengan bahasa formal.

Tapi menurutku, mereka masih muda. Bahkan sepertinya usia mereka tidak jauh beda denganku. Mereka terlihat lebih tua dari usia mereka karena faktor pakaian dan cara bicara serta cara bersikapnya. Selebihnya, kurasa mereka memang tidak tua-tua amat.

Aku masih terus menilai mereka sambil mengikuti ke mana tujuan mereka. Ternyata mereka menuju ke halaman belakang sekolah yang super gelap. Aku tidak bisa lagi menangkap keberdaan mereka. Yah, aku kehilangan jejak.

"Riga," bisikku.

"Hmm," gumam cowok itu.

"Mereka pergi ke mana?"

"Sepertinya mereka punya ruangan rahasia. Di bawah tanah mungkin."

"Oh ya?" Wow, aku tidak tahu bagaimana cara membuat ruangan di bawah tanah. Dulu aku selalu berharap bahwa aku akan menemukan ruangan bawah tanah di rumah baruku yang bergaya Belanda. Tapi sayangnya, itu tidak pernah terwujud.

"Tadi gue udah berusaha mencari jalan masuk ke ruangan rahasia mereka. Tapi gue nggak berhasil nemuin apa-apa karena gelap. Mungkin gue bakal balik ke sini besok siang."

"Pas MOS? Kita kan nggak boleh keliaran sembarangan di sekolah ini selama MOS belum selesai."

"Gue nggak peduli."

Aku mengangguk-angguk. Ya, terserah dia mau patuh pada aturan atau tidak.

"Terus kita mau ngapain sekarang?"

"Balik aja, yuk. Sopir gue udah jemput kayanya."

Kami berjalan meninggalkan area gedung sekolah. Tapi entah kenapa, aku merasa sedang diawasi. Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau memang ada orang yang tengah mengamatiku lekat-lekat. Huft, aku ingin segera pergi dari sini!

o0o

Aku mengucapkan terima kasih pada Riga dan Pak Gunawan. Ya, lagi-lagi aku menumpang mobil mereka.

Aku berjalan memasuki kompleks perumahanku yang tampak kosong. Padahal, ada beberapa keluarga yang menghuni kompleks ini. Tapi memang mereka jarang menampakkan diri. Jadi ya, tak banyak orang luar yang tahu eksistensi mereka.

Aku segera menuju ke jendela kamarku. Aku membukanya perlahan, lalu mengaksesnya. Aku menyalakan lampu di kamarku. Betapa terkejutnya aku saat mendapati ibuku duduk di sisi ranjangku. Hmm, sepertinya aku akan mendapat masalah besar malam ini.

o0o

Vote and comment yahh. Tunggu aku update part selanjutnya ya.

Love you all ❤

PEMILIHAN RAJA & RATU SEKOLAH (BAGIAN 1)Where stories live. Discover now