Pengagum Rahasia

4.8K 377 5
                                    

Bahkan jika hanya sekedar,
Memandangi wajahmu yang
tersenyum, bagiku itu
Cukup:)



Happy Reading Pandaku:)

Mata Dara menyesuaikan pencahayaan diruangan itu, ternyata kamarnya. Aneh perasaan tadi Dara sedang dibonceng oleh Gavin, kini ia tengah berada diatas kasur empuk miliknya.

"Jam 8 malam?" Gumamnya, sudah berapa lama ia tertidur?

Dengan malas Dara bangkit dari ranjang, pakaian nya masih sama, Dara berjalan gontai menuju pintu. Matanya menyusuri sekitar rumahnya, diruangan tamu tv nyala. Ia melihat kaki seseorang disofa.

Dengan takut-takut Dara menuruni anak tangga, ia berjalan kearah dapur untuk mengambil sapu guna menyerang pria asing itu. Kini ia berada tepat dibalik sofa, mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

Laki-laki itu tiba-tiba menggeram, membuat Dara terkejut dan melayangkan pukulan dengan sapu yang dipengangnya tadi.

"Awwwww."

"Awww."

"Woi sakit woi." Ringisnya, reflek Dara menghentikan penyerangannya pada pria itu, ia mengenal suara itu.

Dara berjalan menghadap depan sofa, ia melihat Gavin yang tengah kesakitan akibat pukulan bringasnya.

"Kok lo disini sih, ngapain?" Kaget Dara, Dara meringis melihat hasil pukulannya diwajah Gavin.

"Tadi lo ketiduran, makanya gue disini." Ucapnya lirih. Wajahnya sudah babak belur.

"Kenapa lo nggak langsung pulang aja, gue kira maling makanya gue pukul." Ketus Dara, Gavin heran sebenarnya disini ia adalah korban kenapa ia yang seakan-akan yang menjadi pelakunya.

"Mana ada maling yang ganteng kayak gue." Ucapnya percaya diri, Dara hampir aja mual karena mendengar kata-katanya itu.

"Pede banget lo."

Keduanya terdiam sejenak, Dara merasa bersalah melihat wajah Gavin yang sedikit lebam, itu karenanya.

"Sakit ya?"

"Ya sakit lah." Ucapnya sebal, tangannya sibuk mengusap pelan bekas luka lebam dipipinya.

"Gue obatin ya, tunggu disini." Dara berjalab kedapur untuk mengambil nampan dan sedikit es batu.

"Kalo sakit bilang ya." Peringat Dara, Gavin hanya mengangguk.

Dengan hati-hati Dara megompres luka lebam Gavin, ia meringis.

"Pelan-pelan dong Dara." Sunggutnya.

Dara tak menjawab, ia berusaha berhati-hati mengobati luka Gavin. Tak beberapa lama akhirnya kerjanya selesai.

"Udah nih." Dara membereskan nampan itu dan beranjak pergi meninggalkan Gavin yang terdiam memandanginya.

"Lo beneran Dara?" Tanya Gavin polos, setelah Dara kembali dari dapur. "Menurut lo." Tanyanya.

"Soalnya nggak biasa aja gitu, lo kedengeran panik gitu." Tutur Gavin, Dara menghela nafas."terus gue harus gimana? Lo kayak gini itu gara-gara gue." Kata Dara.

I'm Fine Where stories live. Discover now