13. Mabuk

35 3 0
                                    

Up lagi deh...
Selamat membaca yaa

****

Matahari sudah berganti tugasnya dengan sang rembulan, dan raina masih tetap berada di kantornya. Keenggannnya untuk pulang hari ini muncul ketika mendapat telpon dari neneknya yang sudah datang dari Surabaya. Pekerjaannya sudah selesai dari satu jam yang lalu, jam di sudut kanan bawah layar laptopnya sudah menunjukkan jam 07:42 PM, lantai dua belas pun hanya berisikan beberapa orang saja.

“malas pulang” raina berkata pada dirinya sendiri, kepalanya disandarkan pada sandaran kursi menatap ke atas langit-langit kantor pikirannya kembali kepada pertemuan keduanya dengan Soni.

“bagaimana apa sudah dipikirkan tentang kesepakatan itu” dengan entengnya soni bertanya “kamu juga dapat untungnya raina” sambil menyesap kopi pesanannya soni masih dengan gaya santainya berbicara dengan raina “okeh, kalo kamu masih bingung aku kasih penawaran lagi, kamu aku kasih uang lima ratus juta sebagai hadiah dari perceraian kita nanti, sama-sama untung bukan” soni menyeringai licik

Menunduk lemas di hadapan soni sambil memaki laki-laki yang tidak tahu diri ini, mendesah pelan “maaff saya menolak kerjasama ini, dan saya tidak bisa menikah dengan anda” raina merubah panggilannya dari mas dengan kata-kata formal.

Soni terkejut mendengar keputusan raina “dasar gadis keras kepala” desisnya tajam, “artinya kamu sudah siap jika soraya kawin lari dan buat malu keluarga, hum” tantang soni tidak mau kalah

“biar itu jadi urusan saya, dan….” raina melihat jam tangan di pergelangan kirinya “waktu istirahat saya sudah selesai, permisi” pamit raina meninggalkan soni yang terdiam dengan tatapan marah

“baik, kalo itu sudah keputusan kamu, akan aku pastikan soraya bakal mengamuk jika mendengar keputusan ini” senyum licik soni jelas tercetak dibibir hitamnya

Raina meninggalkan soni tidak ada gunanya untuk meladeni pria aneh itu.

Ddrtt..drrtt..drtt…

Lamunan raina buyar mendengar suara hpnya yang bergetar, pesan whatsapp dari soraya muncul dilayar persegi itu

“aku sudah didepan kantor mba, tepatnya diparkiran”

Raina tidak heran dan yakin sekali kedatangan soraya malam ini akan membahas tentang perjumpaannya dengan soni tadi siang, membuka pesan tersebut dan membalasnya

“tunggu, mba turun dulu”

Sesampainya di lobi kantor raina sudah bisa mengedarkan pandangannya mencari mobil yang dikendarai soraya, lebih tepatnya mobil adam, adam kini sudah pindah ke lampung dan adam memberikan mobilnya pada soraya untuk transportasinya selama adam tidak ada, setelah menemukan keberadaan adiknya dengan langkah mantap raina mendekati soraya yang sudah menunggunya sambil berdiri di depan kap mobil dengan melipat kedua tangannya.

“tadi lift nya ngantri, jadi agak lama” raina berbasa basi pada adiknya sendiri

Berdecak kesal sambil menaruh kedua tangannya di pinggang soraya sudah siap akan meluapkan kekesalannya pada sang kakak

“bisa kita langsung ke focusnya mba?” ujar soraya dengan nada dinginnya “jadi, mba nggak mau menikah dengan soni, dan mba sudah tahukan apa yang akan terjadi”

Menelan ludahnya dengan pelan raina yang sudah tahu arah pembicaraan ini dan ia sudah menyiapkan jika dirinya di pojokkan oleh soraya, tapi tetap saja rasa gugup muncul ketika akan mengeluarkan suaranya

“aku nggak bisa nunggu mba, sudah hampir dua bulan”

“seharusnya kamu ngertiin mba, soraya”

Just A NumberWhere stories live. Discover now