20. Pias

29 1 0
                                    

Selamat hari minggu

Happy reading yaa

****

Baru saja ia berjalan keluar dari toilet lengannya sudah ditarik oleh seseorang

"tunggu" katanya dengan nada suara sedikit naik

"lo, cewek yang waktu itu ketemuan di apartemen fadhil kan?"

Mata raina terbuka lebar, tapi dengan kepintarannya ia bisa menyembunyikan rasa terkejutnya itu

"hai, mba. Apa kabar?" tanya raina berbasa basi

"baik" jawab enteng lastri tak perduli dengan basa basi ke akraban yang ditawarkan, lalu melipat tangannya di dada

"gue udah lihat video lo yang mabuk, ada hubungan apa lo dengan fadhil?" lastri sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya

Setengah mati raina menahan rasa terkejutnya atas pertanyaan itu, jujur saja ia belum menyiapkan jawaban jika di tanya seperti itu.

Tersenyum kecil "saya nggak ada hubungan apa-apa kok mba" jawab raina jujur sambil meremas pelan tepian celana panjang dasarnya

"terus kenapa lo bisa mabuk dan di tolong fadhil?, atau jangan...jangan lo yang ngajak dia ke club?

"lastri"

Raina menoleh ke samping, tepat di depan pintu toilet laki-laki berdiri seorang pria yang sedang menjadi pembicaraan.

"sayang, kamu disini juga?" lastri langsung menghampiri fadhil

"aku janjian sama akbar dan zahid disini" jelasnya sambil berjalan menyingkir dari depan pintu toilet

"terus kok nggak ngasih tahu kalo kesini kalo tahu gitu kan tadi bisa barengan" rengeknya manja sambil melingkarkan tangannya di pinggang fadhil

Berdecak pelan sambil memaki dua orang yang tidak punya akhlak ini, berani sekali mereka mesra-mesraan di depan umum, "lalu apa perdulimu, raina?", salah satu dewi jahat mulai merasuki otaknya raina. Lebih baik dirinya mengalah saja bukannya sudah jadi hukum alam jika ada orang yang sedang berpacaran maka duni milik mereka berdua orang lain Cuma ngontrak, cuihh...nasib jomblo ngenes yaa gini batin raina lalu memutar tumit kakinya.

"tunggu"

Apalagi ini gerutu raina dalam hati, memutar badannya memasang senyum ala manisan mangga.

"gue belum selesai" ucap lastri "jadi, duit fadhil yang tiga puluh juta kapan lo mau kembaliin?"

Tunggu apa tadi baru saja terdengar bunyi petir atau bunyi ledakan, tapi apa yang meledak, tabung gas di café ini atau suara petasan malam tahun baru?, duhh otak raina mulai tidak berfungsi tapi akal pikirannya sepertinya berfungsi dan barusan tadi anggota tubunya yang berfungsi sebagai indera pendengar memberi perintah untuk ke otaknya agar bekerja sesuai dengan fungsinya.

Uang?, tiga puluh juta?" telinganya tidak salah mendengar dan satu lagi kapan mau dikembalikan? Seingatnya ia tidak punya hutang dengan orang sebanyak itu, okeh, sepertinya ini harus dipertanyakan

"uang apa ya mba?," raina memberanikan dirinya untuk bertanya

Berdesis pelan sambil menghembuskan nafas kesal, lastri pikir ini mudah dan ternyata tidak.

"lo, mabuk dan fadhil harus bayar tiga puluh juta, itu artinya hutangkan?" serunya enteng tapi dengan suara tegas,

"lagian gue heran, lo ngapain ngelibatin cowok gue, atau jangan-jangan lo sengaja untuk menarik perhatian dia" cecar lastri tanpa ampun

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Just A NumberWhere stories live. Discover now