5 | You're mine

9.1K 958 258
                                    

"Take of your clothes, Lee Jeno."

Jeno terdiam. Tubuhnya bingung ingin bereaksi seperti apa. Permintaan Jaemin terlalu blak-blakan dan terkesan memaksa. Namun dia sudah berdiri di sini. Mulutnya juga sudah merapal sumpah kepada Jaemin yang kini menjadi atasannya.

Dengan menelan ludah perlahan Jeno mulai mengangkat tangannya. Ia dengan perlahan melepas jasnya kemudian menjatuhkannya ke lantai. Jaemin menatap Jeno dengan seksama. Memperhatikan tiap inci gerak-gerik omega di depannya.

Jeno kemudian menanggalkan dasinya. Untuk sesaat ia ragu. Haruskah dia melakukan hal ini?

Tangannya terangkat menuju kancing teratas kemejanya. Perlahan ia mulai membuka kancing pertamanya. Jantungnya berdegup dan jemarinya bergetar. Ia meneguk ludah sebelum beralih ke kancing berikutnya.

"Apa kamu benar-benar akan membuka pakaianmu?" tanya Jaemin menginterupsi.

"Kamu benar-benar polos ternyata."

"Pardon?"

"Aku hanya bercanda."

Mata Jeno mengerjap. Untuk sesaat ia hanya termenung di tempatnya berdiri. Sampai akhirnya dia menyadari kalau dia sedang dipermainkan. Kesal, tentu saja. Dia sudah mengorbankan waktu dan tenaganya datang kemari juga dengan persiapan mental yang ia lakukan sebelum memasuki tempat ini. Dan bajingan tampan itu dengan seenaknya mempermainkannya seperti ini.

"Tidak usah cemberut seperti itu. Kemarilah." Jaemin menepuk pahanya dan Jeno seketika terbelalak. Pria ini benar-benar brengsek.

Jeno berjalan mendekat. Dia sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Jaemin. Saat dia sampai di sofa Jeno kemudian duduk di sebelah Jaemin. Mengabaikan tatapan pria itu yang diiringi dengan sebuah tawa kecil.

"Nah sekarang aku sudah ada di sini. Tapi kita juga harus membuat beberapa peraturan saat aku bekerja di sini." ujar Jeno dengan nada kesal. Sedang Jaemin hanya menatap gemas omega di sebelahnya.

Tahan dirimu Jaemin, tahan.

"Baiklah, tunggu sebentar."

Jaemin kemudian beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar sembari membawa selembar kertas. Ia kembali duduk dan memberikan kertas itu kepada Jeno.

Jeno menatap Jaemin sejenak sebelum akhirnya mengalihkan fokusnya pada kertas di tangannya. Ia membacanya dengan seksama. Ada empat poin yang tertulis di kertas itu.

1. Pelayan harus membersihkan apartemen setiap jam lima sore dan memasak makan malam untuk sang majikan.

2. Pelayan harus selalu siap jika sang majikan membutuhkannya sewaktu-waktu

3. Demi kesempurnaan dalam bekerja asisten harus tinggal di apartemen sang majikan

4. Asisten harus siap untuk memenuhi kebutuhan biologis sang majikan seaktu-waktu.

"Hei! Nomor tiga dan empat apa-apaan?!" protes Jeno. Bagaimana bisa Jaemin membuat kontrak seenaknya sendiri seperti ini.

"Ayolah pelayan harus selalu berada bersamaku. Lagipula jika kamu tinggal di sini kamu akan lebih mudah bekerja. Hanya tinggal turun ke lantai dasar dan selesai. Lalu untuk poin ke empat bukankah dengan datang ke mari itu artinya kamu menyerahkan dirimu padaku?"

Jaemin tersenyum miring. Sial, Jeno benar-benar tidak bisa berkutik.

"Tapi yang nomor empat bisakah kita menjadwalnya?" tanya Jeno.

"Menjadwal ya? Baiklah boleh juga. Sehari tiga kali."

"Hei! Bukan seperti itu kamu kira aku ini makanan?"

Royal ServantWhere stories live. Discover now