02

1.8K 249 98
                                    

"Permisi,"

Jennie segera keluar begitu mendengar ada orang yang datang. Mungkin orang itu yang sebelumnya sudah membuat janji untuk melakukan wawancara hari ini.

"Yang mau wawancara hari ini kan?" ucap Jennie begitu ramah karena dia sudah mendapat peringatan dari Joy agar bersikap lebih ramah pada calon pegawai nya nanti.

Laki-laki di hadapan Jennie ini pun mengangguk.

"Silahkan masuk. Langsung duduk aja disitu." ucap Jennie sambil mengarahkan tempat duduk yang ia maksud.

Laki-laki itu pun menurut dan mengikuti perintah Jennie.

Tak lama, Jennie datang membawakan dua cangkir teh dengan gula terpisah.

"Ini di minum dulu."

"Terima kasih." Pemuda itu langsung meminum teh nya.

Jennie mengamati pemuda dihadapannya ini dari atas sampe bawah.

Satu kata, mengagumkan. Tidak ada yang kurang dari pemuda ini. Pemuda ini juga tidak terlihat seperti pria miskin sehingga tidak harus bekerja di cafe kecil milik nya ini.

"Permisi," ucap pemuda itu menginterupsi lamunan Jennie.

"Hah? Oh udah selesai minum nya? Mau tambah lagi ga?"

"Engga, terima kasih." jawab pemuda ini dengan sopan.

"Oke. Kalo gitu, kita mulai sesi wawancara nya aja."

Pemuda ini mengangguk.

"Sebelumnya udah pernah kerja di cafe? Sebagai barista atau apa gitu?"

"Belum. Tapi saya bisa gunain mesin kopi ataupun ngelola keuangan karena kebetulan saya ambil jurusan managemen bisnis. Dan karena saya penyuka kopi dan teh juga, jadi saya tau dan bisa bikin dari berbagai macem nya."

Jennie terdiam sebentar. Suara nya terlalu bagus untuk di dengar sehingga membuat Jennie salah fokus.

"Oke, lo bisa kerja besok. Oiya panggil Jennie aja. Terus jangan pake bahasa baku oke?"

"Baik, ini.. wawancara nya udah selesai?"

Jennie langsung mengangguk.

"Besok cafe ini buka jam berapa?"

"Jam 8, tapi jam 7 harus udah disini karena buat siapin kopi dan segala macem nya. Nama lo? gua lupa tadi siapa."

"Sean Zausky."

"Umur?"

"22 tahun."

"Bagus."

"Hm?"

"I--itu maksudnya.. gua lebih suka karyawan yang lebih tua umurnya daripada gua." jawab Jennie gugup.

Sean mengangguk canggung. Mungkin dia merasa aneh punya bos sejenis Jennie.

"Hm.. Satu pertanyaan lagi. Kenapa lo mau kerja disini? Butuh uang?"

"Iya--" Jennie sedikit terkejut mendengar jawabannya.

"Dan juga karena rumah saya ga jauh dari sini."

Tapi ga keliatan miskin ni orang dari tampang sama gaya nya. Auah bodo amat, batin Jennie yang masih memandang lekat pemuda dihadapan nya ini.

"Yaudah semangat buat besok. Jangan sampe telat."

"Siap!" jawab Sean dengan patuh.

"Bener-bener sesuai kriteria yang Joy bilang ke gua." gumam Jennie ketika pemuda itu sudah pamit pulang.

Ps: I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang