#13

3.9K 459 15
                                    

150 vote, aku langsung up next chapter. Gak perlu comment atau DM minta update. Cepat atau lambatnya aku update tergantung dari vote kalian juga kok :)

-----

Janet sedang berada di rumah Risa, mamanya, dia sedang mengerjakan pekerjaan di laptopnya. Risa menghampiri Janet, lalu duduk di sebelahnya. "Jan, kamu lagi sibuk?" tanya Mama sambil melirik laptop Janet. "Lumayan. Kenapa Ma?" tanya Janet. Risa tidak langsung menjawab melainkan dia menatap Janet sejenak. "Pacarmu itu gak pernah ke sini, tapi dia mau beliin kamu mobil," kata Risa sambil mengelus kepala Janet.

Segera saja Janet menutupi hal itu. "Ih Mama, kan aku udah jelasin waktu itu kalau aku sengaja nyicil sama dia karena mobilku kan emang harus diganti," kata Janet berusaha berbohong. Senyuman mengembang di wajah Risa. "Janet, Mama ini yang lahirin kamu, Nak. Kalau benar kamu nyicil dari dia, kenapa gak ada pengeluaran untuk cicilan mobil? Lalu uang di rekeningmu bukannya berkurang tapi semakin gendut tiap bulan? Lalu kamu kan bilang kalau kamu bantuin dia, tapi beberapa kali ada transaksi uang masuk yang jumlahnya cukup besar. Nak, jujur sama Mama, kamu sama dia udah sejauh mana?" tanya Risa lembut. Pertanyaan dari mamanya itu sungguh sangat mengejutkan Janet. Memang Janet sangat terbuka masalah keuangan dengan Risa, karena sejak ditinggal oleh Mikael, papanya, Risa dan Janet yang menjadi tulang punggung keluarga.

Menghela napas, Janet tersenyum sedih. "Aku gak pernah mau bawa dia ke sini karena aku gak mau Mama sedih atau Papa marah. Biarin ini jadi rahasia aku Ma, dan aku harap Mama bisa menerima itu. Aku dan dia udah serius banget, tapi kita gak akan bisa bersama di sini," kata Janet. Dia tidak mau secara eksplisit memberi tahu keadaannya. Risa diam, lalu membuka mulut. "Kamu ngomong seperti itu ada dua kemungkinan. Mana yang benar, beda keyakinan atau pacarmu juga perempuan?" tanya Risa, namun Janet menggelengkan kepalanya. "Aku gak mau jawab itu," kata Janet frustasi.

Bukan Risa namanya kalau dia tidak gigih mengorek informasi dari Janet, karena selama ini Janet dan Luna tidak pernah menyimpan rahasia darinya. "Janet, tolong dengar Mama. Apa pun itu, kamu tau resikonya. Dan Mama ada di sini, siap bantu kamu untuk lindungi kamu dari Papa. Mama hanya ingin ketemu dengan pacarmu, berterima kasih karena dia udah buat kamu bahagia dan bantu keluarga kita. Apalagi dia sering kirim hadiah ke sini," kata Risa.

Jujur Janet tidak tahu harus mengatakan apalagi. Akhirnya dia mengangguk. "Oke, kalau Mama mau ketemu dia. Kita ketemu dia di restoran aja, dan nama dia Naresa."

-----


Di restoran mewah milik Ares di pusat perbelanjaan daerah elit Jakarta, Ares sudah duduk di ruang makan private. Mengenakan kemeja lengan panjang warna putih terbuat dari sutera yang pas di tubuhnya dan seperti biasa kancingnya dibuka tiga, dan celana bahan warna biru tua, kaca mata bergagang silver, dan jam tangan kulit melingkari tangannya, Ares tampak memukau seperti biasa. Ada yang membuka pintu, dan Jonas masuk sambil tersenyum lebar. Mengenakan setelan jas warna hitam dan kemeja warna pink yang lembut, ayahnya itu terlihat sangat tampan di usianya yang sudah lanjut. Rambut putihnya yang tebal disisir rapi, dengan wajahnya dibingkai oleh kacamata bergagang emas yang sederhana dan jam tangan super mahal namun berdisain sederhana.

"Janet dan keluarganya belum datang?" tanya Jonas sambil duduk di sebelah Ares, yang dijawab gelengan kepala oleh Ares. "Gugup?" tanya Jonas melihat anak bungsunya yang sedang meneguk air putih banyak-banyak. "Lumayan. Janet belum kasih tau ke keluarganya bahwa aku ini perempuan," jawabnya. Terkekeh, Jonas tersenyum nakal. "Ayah punya rencana kalau keluarganya gak bisa terima kamu," katanya sambil tersenyum jenaka. Hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Jonas, Ares memainkan cincin serbet di hadapannya. Tak lama, pintu kembali di buka, dan Janet beserta Risa dan Luna masuk.

Keep MeWhere stories live. Discover now