Mungkin Calon Mertua

8.6K 239 26
                                    

Julian bertelanjang dada dengan keringat menetes di pelipisnya, adalah godaaan terberat untukku. Namun aku sedang berusaha tak menjadi terlalu murahan. Sekuat tenaga kuputarkan tubuhku kearah lain. Menghindari punggungnya yang merayu-rayu untukku peluk.

Julian yang tak menyadari, jika ia baru saja membuat kegaduhan di hati dan otakku, berlalu begitu saja kedalam kamarnya.
*
*
Kubuka lemari es didapur Julian. Sepertinya dia baru saja berbelanja. Lemari esnya penuh sesak dengan bahan makanan, benar-benar tak menggambarkan sebuah lemari es milik lelaki lajang.

Kuputuskan membuat soto Bandung untuk menu makan siang kami. Kumulai merebus daging selagi memotong-motong lobak. Wangi kaldu kini semerbak.

Tak berapa lama Julian keluar dari kamarnya. Rambutnya yang basah tersisir rapi. Aroma kaldu didalam panci kalah oleh parfume Julian.

"Waaah masak apa nih?" Tanyanya.
"Aku mau buat soto Bandung" jawabku.
"Aku bantu apa nih?" Tawarnya.
"Duduk aja deh, biar aku aja sendiri yang masak" kataku.

Tiba-tiba saja tangan kanannya melingkar didadaku, sambil berkata "Aku buat jus deh" tepat disebelah telingaku.

Aku mengangguk cepat. Jika dia terus menggodaku, lama-lama aku takkan bisa menahan lagi. Menahan sisi jalangku yang sedang coba ku tahan agar tak terpancing. Terpancing untuk membalas dekapannya.

Layaknya pasangan yang baru menikah, kami bekerja sama memasak didapur. Ketika aku sibuk dengan masakanku, Julian sibuk membuat jus dan menata meja makan.

"Okee semua sudah siapa, mari makan " ajakku.

Lalu kami duduk berhadapan dimeja makan, bersiap menyantap makanan yang aku masak. Hingga terdengar suara pintu diketuk.

"Sebentar yaa, aku buka pintu dulu"
Kata Julian.

Tak lama dua orang paruh baya masuk diikuti Julian yang berjalan dibelakangnya.

"Wah kebetulan, Rara lagi disini rupanya". Ucap seseorang yang tak asing untukku. Seorang wanita cantik memakai baju setelan berwarna pink, berkedurung bermotif dengan warna senada. Dia mirip Julian. Ya, dia adalah ibu dari Julian.

Aku setengah gugup berjalan menghampirinya. Dia memelukku hangat.

"Apa kabar nak?" Sapanya lembut.
"Baik, tante." Jawabku.
"Tante? Mama, panggil Mama ya, biar samaan dengan Julian" pintanya sambil tersenyum.

Disusul oleh lelaki dibelakangnya, yang tak lain adalah ayah dari Julian. Dengan baju koko berwarna abu tua, kacamata berbingkai hitam. Tak kalah ganteng dengan Julian.

"Biar serasi, panggil Bapak yaa !" Ucapnya sambil memelukku juga.

"Heheh iya Pak !" Jawabku malu-malu.

"Sekalian makan yuk, Rara masak soto Bandung nih Mah, Pak !" Julian mengajak mereka makan siang bersama kami.

"Wah Rara yang masak? Kebetulan yak Pak, kita belum makan siang" ucap Mama Julian.

Lalu Julian dengan sigap mengambil alat makan tambahan untuk kedua orangtuanya. Kami makan berempat siang itu. Diselingi cerita-cerita dari orangtua Julian.
*
*
"Kami berdua emang selalu menyempatkan datang kesini Ra dihari libur, kebetulan kan Julian tinggal dikomplek yang sama dengan kakaknya, jadi sebelum nengok cucu kami nengok dulu anak bujang kami dulu, sengaja datangnya siang karena kalau pagi-pagi biasanya Julian main disawah." Ucap mamanya.

"Iyaa Mah, Rara juga tadi diajak main kesawah" kataku.
"Keterlaluan kamu Kak, masa Rara diajak kesawah?" Kata Bapak.
"Udah keburu janji Pak sama si Rizky" Julian memberi alasan.
Lalu kami tertawa bersama-sama.

Meski berusia diatas 30thn, tapi Julian masih seperti anak berusia belasan didepan orangtuanya. Begitupun orangtuanya yang masih memberikan perhatian penuh kepada anak lelakinya ini.

Julian adalah anak ke 3 dari 5  bersaudara. Kakak pertamanya bekerja menjadi seorang Chef di Italia, anak dan istrinya ikut hijrah kesana.

Kakaknya yang kedua, perempuan cantik yang kutemui di Sukabumi waktu itu. Dia seorang PNS dan sudah memiliki dua orang anak.

Dua adik Julian, perempuan. Dua-duanya telah menikah juga. Yang satu tinggal di Jakarta, sedang yang bungsu ikut suaminya tinggal di Surabaya.

Julian satu-satunya yang belum berkeluarga. Dari yang kudengar, Julian tak pernah mengenalkan perempuan kepada keluarganya sejak putus dari kekasihnya 6thn lalu. Bahkan jika ditanya kapan mau menikah, Julian sering menjawab tidak menikah juga tak apa-apa. Makannya keluarganya seperti mendapat angin segar ketika aku hadir disini. Mereka menaruh harapan padaku.

"Jadi kapan Ra?" Tiba-tiba pertanyaan sedikit serius ini hadir ditengah obrolan santai siang itu.

"Kapan apanya Mah?" Aku bertanya balik dengan heran.

"Kapan kami boleh minta izin orangtuamu untuk menjadikanmu anak perempuan kami juga ?"

Pertanyaan dari orangtua Julian membuat mulutku tak sanggup mengeluarkan kata.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Where stories live. Discover now