3

16 3 0
                                    

"Gila Vin, kok ada anjing malem malem sih!" Omel Reynand dengan nafas terengah engah, begitupun dengan Gavin. Keduanya sekarang sedang berada diatas pohon durian yang terletak di ujung komplek Gavin. "Namanya anjing gila, mana ada yang ngandangin"

Sementara anjing masih mengonggong dibawah mereka. "Lu punya apa kek? Yang bisa ngalihin perhatian tu anjing?" Tanya Gavin kepada Reynand. Dia sebenarnya tau kalau Reynand datang dengan tangan kosong, bahkan tanpa embel embel tas.

"Aha! Gua ada ini nih" Reynand terlihat mengeluarkan sesuatu dari kantong celana cargo pendeknya. Gavin memperhatikan apa yang akan Reynand keluarkan.

"Wah, lu ngapain bawa bawa gituan?" Tanya Gavin setelah Reynand mengeluarkan ular mainan. Reynand terlihat nyengir kuda. "Buat jailin anak anak komplek lu vin. Bandel bandel gila, kemaren gua kesini dilemparin petasan sama mereka. Nah sekarang gua bales dendam gitu" Jelas Reynand panjang lebar.

"Bacot ah" Gavin  mengambil alih ular mainan nya, lalu melemparkannya jauh kearah depan. Sesuai rencana anjing itu mengejar ular mainan Reynand dan mereka bisa bernafas lega sekarang.

Dengan hati hati mereka turun dari atas pohon durian. Kalau soal manjat mereka ahli nya. Kalau turun, beda cerita. Gavin sih no problem tapi Reynand masih setia diatas sambil memeluk batang pohon.

"Ck, Rey cepet keburu anjingnya balik" Sahut Gavin dari bawah. Reynand mengangguk lalu turun dengan perasaan was was. "Aduuh vin, sumpah si gua takut. Nanti kalo gua mati gimana? Caca nangis ntar kasian" Gavin merotasi kan bola matanya malas.

"Caca nangis liat ini" Ucapnya sambil menggeleng gelengkan kepala.

Akhirnya Reynand bisa turun dari atas pohon durian. Mereka lanjut jalan. Sebenarnya rumah Reynand sudah terlihat tapi karna anjingnya terus mengejar mereka memilih untuk manjat pohon.

"Reynand kenapa ngos ngosan?" Tanya Bunda Reynand setelah Reynand menutup pintu rumah keluarganya. Reynand meringis begitupun  dengan Gavin.

"Itu bun, olahraga malem" Jawabnya asal. Bundanya hanya mengerutkan kening dan akhirnya mengangguk. "Eh ada Gavin, mau nginep vin?" Tanya Bunda Reynand setelah menyadari keberadaan Gavin.

"Eh, iyanih tan, boleh kan?" Tanya Gavin meminta izin. Bunda Reynand tersenyum dan mengangguk. Mereka pun berjalan ke lantai atas dan masuk kekamar Reynand.

Gavin langsung merebahkan dirinya di kasur bersprai hitam milik Reynand. "Capek gila" Reynand menyusul Gavin dan mereka sekarang rebahan berdua.

"Vin bokap lu tetep keukeuh mau jodohin lu sama Friska?" Tanya Reynand tiba tiba, Gavin menghembuskan nafas kasar, "Lu tau kan, si Sanjaya tuh gila harta" Ucapnya terkekeh kecil. Reynand hanya mengangguk kecil. 10 tahun hidup sebagai sahabat Gavin membuatnya mengetahui semua lika liku kehidupan Gavin. Yang bahkan orangtua Gavin pun tidak mengetahuinya.

"Gladis gimana ya?apa dia masih marah sama gua?" Gumam Gavin tetapi dapat didengar jelas oleh Reynand. "Iyalah, lu tau sendiri dia ngambis banget pinter, bolos aja gapernah. Apalagi ini lu bikin dia kena skors" Jelas Reynand. Gavin mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menatap Reynand dengan sedikit terkejut.

"Serius lu Rey?" Reynand mengangguk sambil memejamkan matanya. Gavin kembali merebahkan dirinya lalu ikut Reynand memejamkan mata. "Rey, gua harap gua bisa jadi seseorang yang terindah dihidup Gladis tapi gak sesaat" Reynand mendengar tetapi dia pura pura tertidur. Gavin melirik nya sebentar lalu tersenyum dan kembali menatap langit langit.

"... Di sisa sisa waktu gua" Gavin menutup mata, sedangkan Reynand merasa terpukul dengan kalimat terakhir Gavin. Sampai akhirnya mereka berdua terlelap dalam alam mimpi masing masing.

Gavino-ON GOINGWhere stories live. Discover now