#35

119 11 0
                                    



Dua minggu menuju hari pernikahan yang telah ditentukan Aleya mendapatkan wahana dimana ia akan melanjutkan internshipnya. Hampir setiap hari Aleya menggerutu tak suka dengan wahana yang ia dapatkan. 

"Al, jadikan.?" Tanya Abe.

Hari ini, Abe dan Aleya ingin menjenguk Mamanya beberapa bulan tak bertemu cukup membuat Aleya rindu. Bahkan beberapa hari yang lalu Aleya sempat memimpikan mamanya yang datang dan memeluknya sembari menangis.

"Tegang banget mukanya." Ucap Abe.

"Takut, Be. gimana kalau Mama.." ucapan Aleya terpotong oleh Abe.

"Kamu selalu aja, buat ini otak memikirkan hal yang tidak tidak." Ucap Abe sambil menyentil dahe Aleya.

"Be, Kania mana yah.? Aku kok gak pernah lihat dia.?" Tanya Aleya. Memang benar, hampir dua minggu Kania tak menampakkan batang hidungnya.

"Katanya balik ke Singapore dulu, palingan tiga hari lagi dia balik." Jawab Abe.

Perjalanan menuju rumah sakit diselimuti celotehan Aleya yang bercerita masa masa koasnya yang menyenangkan dan penuh tantangan. Menurutnya banyak hal hal yang unik dan tidak terkira yang ia lewati.

Aleya teringat dengan Bila, dengan iseng ia kembali mengungkit gadis itu. Pasien yang bernama Bila kemarin sempat datang lagi di rumah sakit. kali ini dengan keluhan yang berbeda. Katanya semalaman ia tak bisa tidur karena matanya sakit, ia takut kalau saraf matanya ada kelainan. Lalu, Abe menyarankan untuk Bila ke dokter mata saja. Remaja labil itu pulang dengan wajah kusut.

Keesokan harinya lagi, Bila datang dengan keluhan telinganya semalam tak bisa mendengar apapun, alhasil, Abe menyarankan Bila cek di dokter THT. Saat itu Aleya sangat ingin tertawa keras melihat remaja labil yang mengejar ngejar Abe itu.

Lalu, beberapa hari kemudian. Bila datang lagi, ia mengatakan kakinya sering sakit. Maka, Abe kembali membuat Bila sebal dengan mengatakan sebaiknya Bila cek ke dokter tulang.

Lalu, minggu depannya. Bila datang. Tapi kali ini berbeda, Bila belum buka suara Abe sudah membuatnya kesal.

"Sebaiknya Adek Bila ini harus dilakukan pembedahan besar besaran di seluruh anggota tubuhnya deh.! Soalnya selalu punya keluhan. Saya jadi khawatir. Atau mungkin, saya rujuk ke rumah sakit lain.?"

Sejak saat itu, Bila tak pernah muncul lagi.



****

Telpon Abe berbunyi. "Be, ada telpon nih." Ucap Aleya. Abe tak mengalihkan pandangannya dari jalanan. Ia masih focus, sebab perjalanan rumah sakit dengan tempat Mama Aleya di rawat itu cukup jauh.

Abe mengambil Handphonenya, Aleya yang memperhatikan raut wajah Abe berubah khawatir juga ikut kepo.

"Aku segera kesana. Jangan ngapa ngapain." Ucap Abe penuh kekhawatiran. Abe langsung memutar balik mobilnya kembali kejalan sebelumnya.

"Loh.?" Tanya Aleya.

"Kita ke polikliniknya nanti yah. Ada yang lebih penting." Ucap Abe yang terdengar begitu khawatir setelah mengangkat telpon tadi.

Aleya diam tak ingin bertanya. Ia tak ingin membuat suasana hati Abe semakin kacau. Aleya sedikit terkejut ketika mobil Abe berhenti dikawasan apaertement yang ia kenali. Bahkan Abe sudah turun tanpa menunggu dirinya. Abe berlari layaknya orang kesetanan, ia bahkan menabrak beberapa orang.

"Kania kenapa.?" Tanya Aleya pada dirinya. Karena penasaran akhirnya Aleya ikut memasuki gedung apartment.

Aleya kembali terkejut ketika melihat Abe kini memeluk Kania yang berada didalam bathup. Aleya diam tak ingin bertanya. Mungkin ia bisa bertanya nanti.

"Al, ambilin selimut dikamar." Ucap Abe yang masih memeluk Kania. Aleya tak bergerak, ia masih mencoba menerka nerka apa yang terjadi disini.

"ALEYA. AMBIL SELIMUT. KANIA KEDINGINAN.!! KAMU GAK LIHAT." Abe membentaknya. Aleya bingung, Aleya kaget setengah mati, ini kali pertama Abe membentaknya seperti itu. dengan cepat Aleya mengambil selimut dan memberikannya ke Abe.

Kania yang masih berpakaian utuh itu ,terus menangis dengan sebuah pisau ditangan kirinya. Kania menangis dalam pelukan Abe, membuat hati Aleya merasakan gelenyar aneh.

"MINGGIR, AL.!" Abe kembali membentaknya. Sepanik itukah Abe? Sampai sampai ia kembali meninggalkan Aleya didalam apartement. Nampaknya, Abe ingin membawa Kania ke rumah sakit.

Aleya keluar dari gedung apartemn tersebut dengan wajah kagetnya. Ia masih kaget akan tingkah Abe yang membentaknya. Ia kaget, Abe yang begitu peduli dengan Kania sampai melupakannya. Sampai di parkiran, Aleya terkejut bukan main. Mobil Abe tidak ada. Abe meninggalkannya di apartemen Kania.

"ASTAGA." Teriak Aleya. Ia teringat dompet dan tasnya berada dimobil Abe. Hanya tersisa handphone yang sedang lowbat itu ditangannya.

Aleya diam memandang langit yang mulai menggelap dan mulai menangis. Menangis mengguyur tubuh Aleya yang juga sama sedihnya. Aleya, bingung sejauh apa kisah cinta Abe dan Kania yang tak tersampaikan itu, sampai Abe melupakannya.

Hujan turun membasahi Aleya, bahkan hujan berhasil merobohkan pondasi kepercayaan yang Aleya bangun untuk Abe. Hari ini, Aleya kembali kecewa akan sikap Abe. Aleya berlari menghindari hujan yang terus menerpanya. Berlari kesebuah pohon disamping apartemen tersebut.

****

Croire ABWo Geschichten leben. Entdecke jetzt