Twenty Six - Don't Leave Me

4.5K 396 21
                                    

"Kau akan melihat orang yang kau cintai mati di depanmu." Aidan mengarahkan pistol padaku namun wajahnya memandang Cloud.

Tiba-tiba dia menoleh ke arahku dan merubah haluan pistolnya ke arah Cloud. Mataku melotot, bibirku menganga tak percaya melihat apa yang dia lakukan

Dor!

Tidak. Ini tidak boleh terjadi! Suamiku! Cloud ku! Aku berjanji untuk membiarkannya menemukan kebahagiaannya, aku tidak akan membiarkannya merasakan kesakitan lagi. Sudah begitu banyak kesedihan dan kesakitan yang dia rasakan. Aku berlari memeluknya, merasakan sesuatu yang perih menembus punggung. Mataku terpejam menahan rasa sakit yang begitu tiba-tiba.

Dor!

Aku merasakan sekali lagi sesuatu menembus punggungku lagi, panas membakar punggungku, sakit yang teramat.

Dor!

Aku mendengar suara tembakan lagi, namun sepertinya bukan berasal dari Aidan. Mungkin itu dari Barret atau Joe.

Aku membuka mataku. Melihat wajah Cloud, matanya melebar menandakan bahwa dia begitu terkejut, aku memegang wajahnya yang tampan bak malaikat. Memandang mata biru yang selalu membuatku bertekuk lutut padanya, aku tak dapat mengartikan kilatan apa yang ada pada matanya sekarang. Namun dia begitu indah hari ini, wajah tampannya terlihat jelas walau hanya diterangi lampu remang-remang rumah ini. Membuat bibirku tersenyum padanya. "Cloud, aku mencintaimu entah itu kau di tahun 2017 ataupun di tahun 2020. Aku akan selalu mencintaimu. Maafkan aku." Kata-kata itu berhasil aku ucapkan. Lalu aku merasakan pusing pada kepalaku, dan lama-lama perasaan sakit itu menghilang, semuanya menjadi gelap, mataku terpejam namun aku dapat mendengar suara di sekitarku.

Terdengar beberapa kali suara tembakan, namun aku hanya dapat memusatkan suara lirih memanggil namaku. Suara malaikat ku yang memohon padaku untuk tetap bersamanya.

"Hazel, bangun lah!" Suara begitu menyayat hati. "Tidak! Tidak! Bangunlah, Sayang." Dia memanggilku dengan kata sayang.

"Barret, cepat kita harus segera ke rumah sakit!" Aku dapat mendengar nada panik di suara Cloud.

Cloud tenanglah, aku disini! Aku ingin meneriakkan kata-kata itu, namun tidak bisa.

Suara sirine mulai bersahutan, sepertinya beberapa mobil polisi dan ambulan berdatangan. Aku mendengar suara orang-orang disekitarku. Seakan bersaut-sautan memanggil nama-nama asing yang belum ku kenal.

"Hazel, bertahanlah!" Aku mendengar suara Cloud sendu, merasakan badanku melayang mungkin digendong olehnya.

"Hazel, aku mohon bertahanlah!"

"Hazel, bertahanlah! Demi aku dan bayi kita!" Rasanya aku ingin sekali bangun dan memeluknya, saat dia berkata 'bayi kita'.

"Hazel, Sayang, Please, aku mohon." Dia terisak.

Oh, malaikatku menangis. Suaranya bagai lantunan bunga tidur untukku, menambah kegelapan yang menarik begitu dalam.

Sesuatu yang kusadari saat ini, Lucas mencintai Cloud, anak yang dia tinggalkan dulu, dia mencoba melindungiku agar Cloud tetap bahagia, sedangkan aku mencintai Cloud, aku ingin melindunginya, tidak ingin dia terluka sedikitpun.

Ketika kita mencintai seseorang, rasa ketakutan akan muncul di hati kita. Takut tidak bisa melindungi orang yang kita cintai. Takut melihat mereka terluka.

Dalam hidup kita dapat bahagia ketika melihat orang yang kita sayangi bahagia. Sehingga kita mampu untuk memberikan apapun yang bisa kita berikan. Termasuk nyawa.

Aku dapat merasakan sakit dikepalaku, aku terombang ambing dalam kegelapan, tak bisa membuka mataku. Aku tak tahu berada dimana, jam berapa sekarang. Namun aku merasakan seseorang menggenggam tanganku.

The Wings On The Bird (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang