Bab 3. Sleep

56K 4.9K 54
                                    

Author balik lagiiii... Tap tap bintang nya yaaaaaaaaaaa..... Semakin kesini bakalan makin seru...


Selepas maghrib aku baru kembali menemani Starla, 'biar sekalian katanya'. Aku sudah berpakaian lengkap, meski masih terbilang santai. Asalkan tetap menutup aurat. Aku menuju ke atas, kamar Starla. Pintu kamar tertutup, tadinya aku ingin langsung masuk saja tapi aku urungkan, tidak sopan sepertinya. Ini bukan rumahku.

Tok tok tok

"Assalamualaikum." Aku menempelkan telingaku ke pintu. Hening. Mungkin tidak ada yang mendengar.

"Assalamualaikum." Masih tidak ada jawaban. Oke, satu kali lagi kalau tidak ada jawaban aku bakalan langsung masuk.

"Assalamualaikum."

Masih hening. Harusnya ada suara ocehan Starla. Apa mungkin dia sedang tidur. Tangan kananku sudah memegang knop pintu. Membukanya perlahan. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah tempat tidur dewasa itu di tempati dua orang, Pak Rafa dan Starla. Sayangnya dugaanku salah, yang tertidur bukan Starla tapi malah Pak Rafa. Starla malah sedang berusaha untuk turun dari tempat tidur yang untungnya tidak terlalu tinggi. Kakinya sudah menggantung tapi tidak kunjung sampai.

"Baby, kamu mau turun ya?" Starla menyadari kehadiranku. Aku langsung mengangkatnya.

Jam dinding berwarna pink menunjukkan pukul 18.30 WIB. Pak Rafa jelas belum sholat maghrib. Sepertinya juga belum mandi. Aku tidak berani membangunkannya. Tapi dia juga katanya akan keluar malam ini. Bagaimana caraku membangunkannya?

"Mamamama."

Starla mulai berceloteh kembali. Seingatku dia belum makan. Tadi aku sempat membuatkan bubur untuknya. Kalau cuma bubur aku masih bisa. Tiba-tiba saja muncul ide di otakku. Biarkan Starla yang membangunkan Pak Rafa. Setelah ini baru dia makan.

"Mamamama."

Aku meletakkan Starla di belakang punggung Pak Rafa yang memang tdiur dengan posisi menyamping. Aku membisikan sesuatu yang aku yakin Starla tidak paham, tapi anggap saja dia mengerti.

"Mamamama."

Starla mulai menaiki tubuh Pak Rafa. Menyentuh hidung yang mungkin memang menjadi spot kesukaannya. Sambil berceloteh dia terus menekan ujung hidung Pak Rafa yang memang mancung menurutku. Lucu sekali mereka. Otak jailku muncul, aku mengambil ponsel dan memotretnya. Kapan lagi melihat dosen dengan tatapan killernya bisa di perlakukan semena-mena oleh princess-nya seperti sekarang.

Pak Rafa mulai menggeliat. Dia tidak menyadari kalau bayi perempuannya sedang beraksi di atas tubuhnya. Hampir saja Starla terjatuh. Tapi namanya tangan laki-laki sangat cekatan, Pak Rafa berhasil memegangi tubuh mungil Starla.

"Pak, bangun. Sudah jam setengah tujuh." Pak Rafa melihat jam tangannya, memastikan. Tidak percayaan sekali sih dia.

"Kok kau nggak bangunin saya dari tadi sih. Ini malah ngebiarin Starla naikin saya. Kalau saya refleks nggak megangin dia gimana? Kalau dia jatuh bagaimana? Saya juga yang repot, kan?"

Aku menatapnya heran. Bagaimana bisa orang yang baru bangun tidur punya tenaga untuk marah-marah. Lagian juga ada aku kan yang jagain Starla. Pak Rafa mulai berlebihan.

"Starla juga udah dari tadi bangunin Bapak. Tapi Bapak tidurnya kayak keb-" aku langsung menutup mulut lemesku. Bisa kena pasal kalau kelepasan. Aku memasang senyum terbaik. Pak Rafa langsung turun dari tempat tidur sambil menggendong Starla. Keluar dari kamar. Aku mengekor di belakangnya. Objek pekerjaanku adalah Starla, kalau dia tidak ada ngapain juga aku masih berdiri di kamar ini.

MAMA MUDA(COMPLETE)Where stories live. Discover now