Bintang

47 4 0
                                    

Malam ini.
Bintang tampak tak malu-malu menunjukkan dirinya. Membuatnya seolah menjadi pertunjukan malam yang sangat mengenakkan di mataku. Tampak jelas terlihat dari tempatku berdiri sekarang. Di depan pintu kamar kostku. Menyandarkan tubuhku ke depan. Ke tembok yang sengaja dibuat di pinggiran teras kamar-kamar yang berjejer rapi itu. Tak terlalu tinggi. Cukup untuk membuat tanganku nyaman diposisikan di atasnya. Memandangi bintang-bintang yang tak terkira itu.

Iya, tak terkira. Seperti banyaknya pergumulan yang kubuat-buat sendiri. Akhirnya hanya membebani diri sendiri. Antara berhenti berjuang atau tetap berharap. Sesungguhnya aku sendiripun tidak tahu. Selama ini aku berjuang atau hanya menunggu keajaiban datang dan berpihak padaku.

Ingin sekali kuceritakan pada angin malam tentang hari yang mengesalkan ini. Ingin sekali aku bercerita padanya tentang ketidaksukaanku pada orang yang adalah penikmatnya. Ingin sekali kukatakan tentang ketidakadilan yang dia lakukan padaku. Aku mencintainya, dan aku merasakan demikian karena kenyamanan yang dia berikan. Tentang aku yang tak mau dekat dengan siapapun hanya karena merasa dia sedang berjuang untukku, baiknya kutunggu.

Pandanganku tetap saja datar. Tak ingin membuat orang-orang berpikir lain-lain. Aku mengerti kebanyakan  orang lebih suka mengurusi urusan  orang lain daripada memperbaiki dirinya yang belum tentu lebih baik. Sesekali akan ada orang yang melewati tempatku berdiri. Jelas saja harus kuposisikan diriku menjadi orang yang seharusnya ramah jika tanpa sengaja mataku harus bertabrakan dengannya.

Ingin sekali rasanya aku naik ke balkon dan berteriak. Namun tak kulakukan. Akan ada pencemaran suara nantinya. Toh setelahnya aku akan merasa kesal lagi karena harus memasuki kostku yang penuh dengan tanda tanya itu. Tanda tanya yang jelas tertuju padaku.

Kemarin Yana menasihatiku. Jangan terlalu gampang menangis. Gampang menangis hanya akan menandakan seseorang lemah.

Entah lewat apa melampiaskan apa yang sedang merasa tak berdosa memenuhi hati dan pikiran ini. Ingin sekali kukutuki diriku yang selalu memikirkan orang yang sama. Seandainya Yana tahu.

Baik, akan kupandangi bintang itu lebih lama. Bintang yang membuatku lupa akan pahitnya kehidupan di bumi.

Sebelum PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang