tapmE

22.6K 1.9K 110
                                    

"Mama, Luna pulang!!" teriak gadis itu saat sampai di depan pintu rumahnya.

Lea yang berada di belakang pun seketika menepuk punggungnya hingga membuat Luna terbatuk-batuk. "Kata Papinya Lea, kalau mau masuk rumah ucapkan salam. Bukan malah teriak, itu gak sopan."

Mendengar itu Luna mendengus sebal, tapi tetap menarik tangan Lea masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam sana, tepatnya di ruang santai. Lea melihat seorang wanita kira-kira seumuran Tante Clara, istri dari Om Sean serta Ibu Sheila. Bisa Lea tebak jika itu adalah Mamanya Luna.

Mama Luna bangkit dari kegiatan santainya, tangan wanita itu melepas dua timun di matanya serta masker yang tadi menutupi seluruh wajahnya.

"Ehh, Luna bawa temen. Namanya siapa, cantik?" sambut Mama Luna.

"Lea, Tante," jawabnya malu.

"Duduk Lea, jangan berdiri terus. Kamu kok cantik banget, sih? Tante gemes, deh. Oh iya, tadi Tante bikin brownies cokelat," ucap Mama Luna berlalu ke dapur. Tak berselang lama ia kembali lagi dengan nampan berisi sepiring brownies serta jus jeruk di tangannya. "Dicoba, nih. Enak gak?"

Seketika Lea menyengir lebar, tangannya meraih satu potong kemudian masuk ke dalam mulutnya.

Surga dunia.

Lea sampai terpejam menikmatinya, jarang-jarang ia diperbolehkan memakan makanan cokelat yang manis seperti ini.

"Kamu suka, gak? Dihabisin, ya?" ucap Mama Luna yang disambut anggukan semangat dari Lea.

Sedangkan Luna, gadis itu lagi-lagi mendengus sebal karena merasa diacuhkan oleh dua orang itu. Akhirnya ia memilih berlalu ke kamarnya untuk membersihkan diri.

"Kamu kok baru main ke sini, sih? Emang tinggalnya di mana?" tanya Mama Luna.

"Lea baru sekarang diajak sama Luna," jawabnya. "Kalau tempat tinggal, Lea baru pindah kemarin jadi belum ingat alamatnya."

Mama Luna mengangguk-angguk mengerti. "Satu fakultas ya sama Luna?"

"Iya, Tante," jawabnya.

"Luna kalau di kampus gimana anaknya? Bandel, gak? Kalau waktu SMA Luna bandel, suka nyontek. Padahal udah sering Tante marahin."

Lea menggeleng. "Luna gak bandel, kok. Kalau nyontek, kemarin Luna mau nyontek kerjaan Lea, tapi gak jadi karena Lea gak mau. Jadinya Luna cuma liat aja, terus di salin ke bukunya," jelas gadis itu dengan wajah polos.

Mama Luna dibuat terbengong seketika. Ia menggeleng heran dengan keluguan gadis itu. Ternyata masih ada yang seperti ini di bumi.

"Kamu anaknya siapa, sih? Kok gemes, polosnya kelewatan," ucap Wanita itu terkikik geli.

"Anaknya Papi Arga sama Mami Rena," jawabnya.

"Rena?" Nama itu baru Mama Luna dengar kembali setelah sekian lama.

Lea mengangguk. "Tante kenal? Tapi, nama Rena kan banyak. Mamanya Dino juga namanya Sirena, di panggil Rena. Tante kenal juga, gak?"

Mama Luna hanya tersenyum, tangannya mengelus rambut Lea lembut. "Iya, kamu benar. Mungkin yang Tante maksud bukan Rena Mama kamu. Tapi Tante penasaran deh, sama Mama kamu. Soalnya wajah kamu mirip teman lama Tante."

Lea mengangguk. "Mungkin bener, kata orang Lea mirip sama Mami, tapi menurut Lea beda. Mami kan sering marah-marah, kalau Lea gak suka marah-marah," adunya.

"Haha, Lucu banget, sih?" Gemasnya. "Boleh tau gak nama Kakek Nenek kamu siapa? Atau orang-orang terdekat kamu aja, deh."

"Orang-orang terdekat Lea ada Abang, Papi Arga, Mami Rena, Om Jerry, Rio, Tante Alya, sama Om Ian. Udah, itu aja yang tinggal di dekat Lea sekarang," jelas Lea.

Mendengar itu, Mama Luna seketika menegang, bahkan pandangannya sudah kosong menatap lurus ke arah depan, tepat pada gadis itu.

Lea tak sadar, sebab ia asik menikmati brownies cokelat itu.

***
Malam ini Lea sudah tampil cantik dengan gaun putih gading yang terlihat pas di tubuh mungilnya.

Saat ini gadis itu tengah berada di sebuah hotel berbintang bersama dengan Arga dan Rena serta Leo. Sabrina tak bisa ikut sebab harus menjaga sang Ibu.

Saat pulang tadi, yang menjemputnya bukan Jerry melainkan Leo. Abangnya bilang ia telah meminta izin pada Jerry untuk membawanya ke pesta keluarga Stev malam ini.

Meski baru dua kali menghadiri pesta formal semacam ini, Lea sudah bisa memahami situasi. Asal ada Leo ia tak akan bosan.

"Mau makan, gak?" tawar Leo.

"Makan apa?" tanya Lea. Ia merapatkan tubuhnya pada Leo saat sekelompok pria bertuxedo mahal berjalan melewatinya seraya terus berbincang tanpa memperhatikan jalan.

Karena takut sang adik akan terdorong oleh orang-orang itu, akhirnya Leo memeluk Lea dan membawanya ke tempat yang lebih senggang.

"Lea?" Dan tak disangka, ada Stev di sana. Mereka pikir Stev akan sibuk dengan para tamu keluarganya.

"Hai, Kak Stev," sapanya.

"Halo, Lea. Lea mau dansa sama aku, gak?" tawar Stev.

Lea menggeleng kemudian menatap Leo. "Lea mau makan dulu sama Abang," tolaknya.

Stev tertawa kecil mengacak rambut Lea. Baru kali ini ia ditolak seorang gadis, dan cukup paham jika orang itu adalah Lea.

"Yasudah, Lea makan dulu. Setelah itu kita dansa, ya?" pintanya yang langsung diangguki adik dari Leo itu.

Setelah kepergian Stev, Leo membawa adiknya menuju meja yang berisi berbagai macam hidangan. Membuat Lea bingung sendiri harus memakan yang mana.

"Lea mau yang mana?" tanya Leo.

"Itu," tunjuknya pada salah satu cupcake cokelat dengan cream strawberry serta satu buah cherry di atasnya.

Leo mengambil satu dari sekian banyak, kemudian mengambil makanan yang menurutnya sehat untuk dikonsumsi sang adik, Lea hanya boleh makan satu makanan manis. Sesudah itu mereka duduk di meja yang tersedia.

Belum lama duduk, Lea kembali berdiri. "Abang, Lea mau ke toilet dulu, ya," izinnya.

"Abang antar," ucapnya ikut berdiri menggandeng tangan sang adik.

Lea menurut saja, ia berjalan di depan sebab sudah tidak tahan. Belum jauh berjalan, seseorang memanggil Leo, membuatnya berbalik dan melihat orang tersebut.

Ternyata itu adalah salah satu teman kampus Leo yang juga turut hadir di pesta ini. Mereka berbincang banyak mengenai beberapa masalah tugas.

Sedangkan Lea sudah tiba di toilet, ia masuk tanpa menunggu lama lagi, gadis itu harus segera menuntaskan panggilan alamnya.

"Huhh," ia keluar dari bilik toilet dengan nafas lega.

Kakinya berjalan menuju wastafel untuk mencuci serta mengeringkan tangannya. Setelah keluar dari sana, ia memandang bingung sekeliling.

Kemana perginya Leo?

Lea berjalan kembali ke mejanya, mungkin saja Leo sudah ke sana lebih dulu.

Tiba-tiba seseorang memeluk pinggangnya, membuat Lea menoleh dengan mata melotot.

Bukannya takut, cowok itu malah tertawa gemas. Sangking gemasnya ia sampai tak bisa menahan diri untuk tak mengecup pipi gembul itu.

Cup

"Kak Stev jangan cium-cium, nanti Lea dimarahin, tau!" rajuknya sebab Jerry pasti akan marah jika melihat ini.

"Kakak gemes sama Lea," balasnya.

Tanpa sadar, ada seseorang yang memperhatikan interaksi keduanya dari jauh.

Dengan tangan mengepal menahan amarah.

Jangan lupa votemen 🌟
Jika ada kesalahan atau kata yang tidak dimengerti silahkan tanya saja😁
Thanks💕

Salam
Rega♥️

4 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Where stories live. Discover now