huluP auD

20.5K 1.7K 178
                                    

Sejak mendapat kiriman pesan itu Lea jadi lebih penakut. Bahkan untuk mengambil makanan di dapur pun ia takut.

Untung ada Jerry yang selalu mau menemaninya kemana saja. Pria itu selalu siap kapan pun Lea meminta bantuannya.

Gadis itu akhir-akhir ini berubah jadi lebih pendiam, pikirannya terus tertuju pada pesan singkat itu.

"Kamu akan menderita, Leandra!!"

Tulisan yang berada di sana masih ia ingat sampai sekarang, padahal itu telah terjadi beberapa hari yang lalu.

Jerry pun sudah meminta orang suruhannya untuk melacak nomor ponsel yang mengirimi Lea pesan, tapi hasilnya nihil. Kemungkinan nomor itu telah dirusak setelah digunakan mengirim pesan.

Kini mereka tengah menikmati acara televisi bersama di ruang keluarga dengan Lea yang bersandar di dada sang Om sedangkan Jerry sibuk dengan berkas-berkasnya.

Pria itu memilih menyelesaikan pekerjaan di ruang keluarga sebab Lea yang takut menonton sendiri meminta dirinya untuk menemani.

Ting tong

Dua insan itu sama-sama menoleh saat mendengar suara bel berbunyi. Salah seorang maid dengan segera berjalan menuju pintu untuk membukanya.

Lea pun ikut berdiri menghampiri sang maid, berpikir jika itu adalah Leo. Gadis itu sudah beberapa hari ini tak bertemu dengan sang Kakak.

"Hai, Lea," sapa tamu tersebut.

"Luna? Kok tau rumah Lea? Kan, Lea belum kasih alamat," bingungnya.

Maid yang tadi membuka pintu membungkuk pamit pada Lea kemudian berlalu pergi.

Mendengar pernyataan Lea, Luna seketika cengengesan. Satu tangannya memegang sebuah kotak dan tangan yang lain menggenggam koper.

"Om Jerry yang kasih tau, emang Om Jerry gak bilang kalau aku bakal nginap di sini?" jelas Luna.

"Oh ya?" antusias Lea. "Akhirnya Lea gak sendiri lagi, hehe," senangnya.

Luna ikut tersenyum, tangannya mengulurkan kotak berwarna merah muda dengan pinta ungu itu pada Lea.

"Le, ini punya kamu, bukan?" tanya Luna.

Alis Lea mengerut bingung kemudian menggeleng. "Bukan, Lea pikir Luna yang bawa itu."

"Bukan," elak Luna. "Aku nemu ini di depan gerbang. Terus liat ada nama kamu, yaudah aku bawa masuk aja," jawab Luna menjelaskan.

Meski bingung Lea tetap mengambil kotak itu, dan benar saja namanya tertera di sana. Gadis itu mengajak Luna masuk, mereka berjalan beriringan menemui Jerry.

"Om Jer," sapa Luna.

Jerry mendongak, mengalihkan perhatiannya dari kertas yang ia genggam ke arah orang yang memanggil namanya.

"Luna? Jadi nginep nya? Om pikir gak boleh sama Papa kamu," sambut Jerry.

"Boleh, kok, Om. Soalnya Papa pergi lagi, minggu depan baru balik," balas Luna.

Jerry mengangguk-angguk mengerti, tatapannya seketika teralihkan oleh gadisnya. "Itu kotak apa, Le?"

Lea menggeleng. "Gak tau, Luna nemu di depan gerbang, terus di sini ada tulisan namanya Lea," jujur Lea.

Jerry mengerut bingung, biasanya jika ada paket seperti itu, pasti satpam rumahnya yang akan mengantar hingga depan pintu. "Hah? Siapa yang kasih? Coba buk- "

"Aduhh, Om Jer, toiletnya di mana? Aku kebelet," ucap Luna memotong perkataan Jerry.

"Di sana," tunjuk Jerry pada sebuah pintu di sebelah kanan sofa ruang keluarga. "Itu akan jadi kamar kamu, di dalam sana ada toilet," jelas Jerry.

Akhirnya dengan segera Luna berlari kecil ke arah pintu yang ditunjuk Jerry seraya membawa kopernya.

Karena cukup penasaran dengan isi kotak tersebut, Lea memilih membuka nya. Tangan itu bergerak menarik pita cantik yang mengikat kotak itu kemudian membuka penutupnya.

Jerry tersentak saat mendengar pekikan tertahan Lea, ia segera berdiri menghampiri gadis itu.

Sedangkan Lea sudah gemetar dengan tangan yang masih menggenggam kotak itu, ia takut melihat benda yang berada di dalam sana tapi matanya tak ingin beralih.

Jerry merebutnya, membuang kotak itu ke dalam tempat sampah terdekat. Di peluknya sang tunangan guna memenangkan Lea yang sudah menangis takut.

"Om Jer hiks," adu Lea mencengkram erat kaos putih Jerry.

"Ssttt, sudah. Lea aman," ucapnya menenangkan.

Rupanya masalah ini harus segera ia tindak lanjuti. Siapa yang sudah berani meneror gadisnya separah ini.

Lea ia bawa ke dalam gendongannya, meninggalkan pekerjaan yang berserak dan membawa Lea menuju kamar. Rahang kokoh itu mengeras saat tubuh Lea masih gemetar bahkan belum menghentikan tangisnya yang malah semakin deras.

Orang itu akan Jerry beri pelajaran yang lebih parah karena telah membuat gadisnya ketakutan seperti ini.

Jerry jamin itu!

***
Pagi ini rumah Jerry kembali ramai karena kedatangan Arga, Rena dan sahabat-sahabatnya yang lain.

Penyebabnya tak lain adalah Lea, gadis itu terserang demam setelah semalam mendapat kotak tak terduga.

Luna telah berangkat kuliah. Sedangkan Leo kini tengah menemani adiknya yang masih nyenyak dalam mimpi. Mungkin, ia tak akan masuk kuliah, rasa cemasnya pada sang adik lebih mendominasi sekarang.

"Le," panggil Leo. "Ayo, bangun, Sayang."

Bukannya apa, gadis itu masih belum membuka matanya sejak ia tiba. Jerry bilang adiknya menjadi seperti ini setelah mendapat kotak misterius yang berisi burung mati dengan leher terpenggal berlumur darah.

Leo pun tak menyangka jika ada orang yang membenci adiknya. Lea pribadi yang baik, semua tak akan tega hanya untuk sekedar membuatnya menangis. Namun, siapa yang sudah sejahat itu meneror sang adik.

Keringat dingin masih membasahi wajah manis itu. Leo sudah sedari tadi mengusap dahi adiknya guna menghapus keringat Lea, ia tak ingin sang adik merasa tak nyaman.

"Le," panggil Leo lagi.

Lea masih bergeming. Namun, tangannya yang sedari tadi digenggam Leo tiba-tiba mencengkram kuat, alisnya mengerut dengan nafas memburu.

Gadis itu pasti mimpi buruk.

"Hei, Lea. Ayo bangun," cemas Leo menepuk pelan pipi sang adik.

Lea tersentak bangun. Gadis itu terduduk, kemudian memeluk tubuh sang Kakak dengan air mata yang mengalir deras.

"Abang hiks. Jahat, dia hiks jahat," adu Lea.

Jangan lupa votemen 🌟
Jika ada typo atau kata yang tidak dimengerti silahkan komen😉
Thanks

Kuyy main tebak-tebakan lagu😁
Siapa yang neror Lea?

Salam
Rega♥️

21 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Where stories live. Discover now