22

889 73 27
                                    


"Aku mencintaimu.. tolong.. tolong jangan tinggalkan aku.."

Hera yakin ia tidak salah mendengar. Sudah lama ia tidak mendengar perkataan itu terucap dari bibir seorang pria.

Baru kali ini ada yang mengucapkan kata cinta padanya dengan berurai air mata. Mungkin sangat klise bagi orang lain. Namun terasa sangat tulus bagi Hera. Mengingat dalam hubungan sebelumnya, Hera lah yang selalu mengemis kasih sayang, bahkan ia lebih sering menyatakan perasaan cintanya lebih dulu.

Namun Hera tetaplah Hera. Ia tidak bisa berubah 180 derajat dalam waktu satu hari karena beberapa kalimat yang didengarnya.

"A-aku.. mengantuk Abbhien.." bisik Hera

Abbhien merenggangkan pelukkannya, lalu tanpa menyeka air mata ia menatap dan menangkup wajah Hera lembut.

"Aku akan selalu disini, jadi tidurlah."

Hera hanya bisa mengangguk dengan air mata yang terus mengalir. Rasanya ada yang ingin ia ungkapkan. Tapi sangat sulit. Terlalu berat pikirnya.

Abbhien yang duduk di sisi kasur kini mengelus dan merapikkan helaian rambut Hera dengan tangan kirinya. Tangan lainnya sibuk mengenggam seraya memijat pelan tangan Hera.

Semuanya kembali hening, Abbhien menatap nanar wajah pucat yang kini sedang mencoba untuk tidur itu.

"Tidak apa apa.. semuanya baik baik saja.." bisik Abbhien berkali kali.

Ucapan Abbhien sungguh efektif. Hera tertidur pulas setelahnya.

.

.

.

.

.

Keadaan Hera sudah lebih membaik dari segi fisik maupun psikisnya. Wajah Hera terlihat lebih segar dibanding beberapa hari lalu. Dengan Abbhien yang selalu ada di sisinya, jujur Hera merasa lebih aman. Apalagi Abbhien bisa dikatakan sosok yang sangat sigap dan siaga bahkan hingga pergerakan kecil Hera tak pernah ia lewatkan.

"Abbhien.. apa kamu tidak bekerja?" Tanya Hera

Abbhien hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Sampai kamu pulih, aku akan terus disampingmu."

"Aku sudah tidak apa apa.." sanggah Hera cepat

"Aku 'apa-apa', kamu masih terbaring lemas, mana mungkin sudah pulih."

Kemudian suasana kembali canggung. Setelah pembicaraan pendek itu, lagi lagi mereka diselimuti keheningan.

"Maaf, aku banyak merepotkanmu." Sesal Hera

"Tidak.. aku malah berterimakasih. Aku sangat bersyukur kejadian ini terjadi ketika aku berada di dekatmu."

Hera terkekeh kecil. "Aku masih ingat wajahmu yang pucat.. aku baru pertama kali melihat seorang tentara menjadi pucat pasi seperti itu.."

"Itu lebih menyeramkan daripada latihan militer yang sering aku jalani. Aku bahkan mengeluarkan air mata tanpa sadar" Tambah Abbhien yang ikut tertawa walaupun terasa pahit.

"Maafkan aku.." sesal Hera lagi

Abbhien menatap Hera. Sendu, terlihat sedih.

"Jangan menatapku seperti itu. Jangan kasihani aku." jawab Hera sambil sesekali melirik tatapan intens Abbhien dengan ekor matanya.

Cup

Hera sedikit tersentak dengan serangan tiba tiba dari Abbhien. Wajahnya memerah setelah Abbhien mendaratkan sebuah kecupan di keningnya.

MISS INDEPENDENTWhere stories live. Discover now